Debat Pilgub Sumut, Akademisi: Saatnya Masyarakat Menilai Program Kerja Konkret

Debat Pilgub Sumut, Akademisi: saatnya masyarakat menilai program kerja konkret. Semua tergantung kecerdasan masyarakat.
Prof Dr Ir Posman Sibuea, Ahli Teknologi Pangan dan Gizi dari Universitas Katolik St Thomas Medan yang turut menjadi tim ahli perumus debat calon presiden pada tahun 2014 silam. (Foto: Tagar/Wesly Simanjuntak)

Medan, (Tagar 15/5/2018) - Dua sesi debat kandidat calon gubernur - wakil gubernur Sumatera Utara, antara pasangan calon Edy Rahmayadi - Musa Rajeck Shah (Eramas) dan pasangan calon Djarot Syaiful Hidayat - Sihar Sitorus (Djoss) usai sudah.

Dua akademisi berharap masyarakat dapat memberi penilaian terhadap dua pasangan calon tersebut. 

Dua akademisi ini adalah Mirza Nasution Pakar Hukum Tata Negara Universitas Sumatera Utara, dan Posman Sibuea Ahli Teknologi Pangan dan Gizi dari Universitas Katolik St Thomas Medan yang turut menjadi tim ahli perumus debat calon presiden pada tahun 2014 silam.

Mirza Nasution mengatakan, "Sekarang tergantung kecerdasan masyarakat menilai visi-misi dan program calon yang mana yang benar-benar konkret."

Ia mengatakan hal itu usai menjadi narasumber pada acara Festival Konsitusi dan Anti Korupsi dengan tema Pilkada Berintegritas di Universitas Sumatera Utara, Medan, Senin (14/5).

Mirza berharap pada debat berikutnya para panelis lebih menajamkan  pertanyaan yang mencerminkan kegelisahan atau keadaan yang sebenarnya dihadapi masyarakat Sumatera Utara.

"Pertanyaan harus yang problematik yang menyentuh sisi persoalan fundamental seperti kondisi infrastruktur jalan dan lapangan pekerjaan," katanya

Ia berharap masyarakat tidak hanya menilai dari hasil debat saja, namun juga memperhatikan perilaku sehari-sehari kehidupan para calon gubernur dan calon wakil gubernur selama ini.

Sementara itu Posman Sibuea mengatakan masyarakat Sumatera Utara sudah dapat menilai kedua pasangan calon dari sudut pemahaman persoalan.

"Kalau mau memperhatikan keseluruhan debat, masyarakat Sumut sudah dapat menilai paslon yang memahami substansi masalah hingga ada solusinya," ujarnya.

Ia sangat menyayangkan ada calon yang tidak memahami arti 'stunting'. Menurutnya persoalan kurang gizi kronis (stunting) yang terjadi pada anak-anak merupakan isu yang sudah usang.

"Bagaimana mau memimpin kalau persoalan yang umum saja tidak memahami," kata Posman.

Untuk merealisasikan program para kandidat, kata Posman, dari debat tersebut masyarakat seharusnya juga dapat menilai pasangan calon nanti menjalankan programnya dari mana saja sumber pendanaannya.

"Saya menilai ada paslon yang secara terperinci memaparkan sumber-sumber pendanaan programnya. Selain APBD disebut juga CSR dari hasil keuntungan BUMN dan BUMD yang akan dilakukan secara transparan. Itu bagus sekali," ujarnya. (wes)

Berita terkait
0
Keuntungan dan Kerugian Anies Baswedan Menerima Sunny Tanuwidjaya
Apakah Anies Baswedan akan dapat keuntungan atau justru dapat kerugian dengan dukungan Sunny Tanuwidjaya yang pernah dekat dengan Ahok dan PSI.