Bantul - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nanang Indra Kurniawan memberikan pandangannya soal jalannya debat pertama calon Bupati Bantul. Jalannya debat dinilai normatif tanpa banyak ide inovatif yang keluar dari dua kandidat.
Debat perdana Pilkada Bantul 2020 telah berlangsung Rabu malam, 28 Oktober 2020. Peserta debat merupakan kedua calon bupati, yakni Abdul Halim Muslih dan Suharsono, dengan tema Pemerintahan yang Bersih.
Sejumlah forum masyarakat mengadakan nonton bareng acara debat tersebut. Salah satunya Forum Peduli Demokrasi (Fordek) Bantul yang mengambil tempat di Homestay Tembi, Jalan Parangtritis, Bantul.
Dalam nonton bareng itu hadir dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM), Nanang Indra Kurniawan.
Mereka belum secara rinci menjelaskan apa yang akan mereka lakukan untuk membangun Bantul.
Menurut Nanang, secara umum jalannya debat berlangsung normatif. Kedua calon memperlihatkan kecenderungan pertarungan ide yang dikemas dalam citra diri. Padahal masyarakat lebih mengharapkan adanya banyak ide untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih.
“Nomor urut 1 secara normatif ada identifikasi lebih jelas, ada solusi yang ditawarkan meskipun secara makro. Lalu nomor urut 2 cenderung bermain aman, dengan melihat ke belakang, melihat apa yang dilakukan sekarang sambil secara tidak kuat menunjukkan apa yang akan dilakukan jika terpilih,” jelas Nanang.
Selama debat berlangsung, baik Halim maupun Suharsono tidak cukup mendalam dalam mengeksplorasi lima tahun mendatang seperti apa. Dalam konteks persoalan pemerintahan yang berubah seiring adanya Covid-19 dan krisis ekonomi, belum muncul ide inovatif yang bisa membentuk bayangan Bantul dalam lima tahun ke depan.
"Saya berharap untuk debat berikutnya agar muncul ide-ide inovatif yang lebih kuat," ujar dia.
Baca juga:
- 2 ASN Rembang Diduga Tak Netral, Fasilitasi Kampanye Paslon
- Bawaslu Sumbar Bubarkan 51 Kampanye Calon Kepala Daerah
- Sebulan Kampanye di Jateng, Bawaslu: 16 Pelanggaran Prokes
Hal senada disampaikan Didik Rohadi selaku Ketua Fordek Bantul. Ia melihat belum ada hal-hal yang signifikan untuk menerjemahkan visi dan misi dari masing-masing calon.
“Mereka belum secara rinci menjelaskan apa yang akan mereka lakukan untuk membangun Bantul,” jelas Didik.
Untuk debat berikutnya, Didik meminta kedua kandidat kepala daerah dapat mempertajam program-programnya. Dengan demikian masyarakat bisa menangkap apa yang akan mereka lakukan terhadap Bantul. Lewat gagasan yang lebih rinci akan memudahkan masyarakat dalam menentukan pilihannya.
“Isu gagasan nyata, program kuantitatif yang bisa diterjemahkan secara jelas oleh masyarakat. Contohnya adalah ide smart city, yaitu diperinci dengan akan membangun apa, apa yang kurang, kemudian setiap wilayah harus dibangun apa, SDM diterangkankan seperti apa, itu yang diperlukan masyarakat,” terang Didik. []