Jakarta, (Tagar 26/11/2018) - Pengacara Hotman Paris Hutapea belum lama ini menghabiskan waktu jalan bareng keluarga besar di Milan, Italia. Traveling ke negeri piza bukanlah jarak yang dekat, apalagi buat seorang Hotman. Selama 12 jam, hanya menatap ruang hampa di udara, diakuinya sangat membosankan.
Hotman mengaku, saat berada di pesawat selama 12 jam rasanya seperti di penjara. Jika disuruh memilih, menjadi pilot atau sopir metromini, dia lebih memilih sopir metromini. Karena bisa berhenti kapan pun.
"Jujur ya, ketika naik pesawat selama 12 jam rasanya seperti di penjara, malas banget. Bingung mau ngapain. Makanya saya bingung sama pilot. Kalau disuruh milih, mau pilot apa sopir metromini, saya pilih sopir metromini. Bisa mampir makan di warteg. Kalau di pesawat hanya melihat udara kosong," jelas Hotman di Kopi Johny, Kelapa Gading, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Namun, bukan Hotman namanya jika tidak melenggang dengan kemewahan. Begitu juga saat ke Italia bersama keluarga. Hotman mengatakan, kemewahan itu hasil dari kerja keras. Dia bercerita pernah menjadi pesuruh dari ratusan pengacara di Italia.
"Kunci sukses saya itu kerja keras, dan tahu bidangnya di mana. Saya 10 tahun kacung 700 lawyer bule di Italia, dimulai sejak tahun 1982. Bahkan saya pun pernah bekerja di bank BI, tapi saya nggak cocok dengan dunia itu, saya frustasi, hampir minum Baygon," kenangnya.
Akibat kerja kerasnya itu Hotman berhasil, kini mempunyai harta kekayaan di mana-mana. Kemakmurannya terlihat jelas ketika pengacara berusia 59 tahun itu bergaya perlente, memakai dasi seharga Rp 30 juta, cincin kuda berlapis emas, mengendarai Lamborghini ke warung kopi, sampai mengubah kampung Cina menjadi kampung Batak di Kelapa Gading.
"Saya sangat bahagia dengan hidup yang sekarang, dibanding dulu, nggak punya apa-apa. Yang pasti sama istri saya. Saya sudah nggak mau mengulangi lagi kesalahanku yang dulu, pacaran dengan artis yang paling cantik," tutupnya. (Reza Antarez P)
