Dari Sopir Angkot Sukses Menjadi Pengrajin Miniatur

Sejak itu akhirnya ia tinggalkan profesinya sebagai sopir angkot. Kini Nurfuad menjadi salah satu pengrajin produktif di Desa Mulyoharjo, yang terkenal dengan kerajinannya.
Nurfuad (42), pengrajin kayu asal Jepara dengan beberapa miniatur hasil produksinya, Senin(13/11). (Foto: Alf)

Jepara, (Tagar 13/11/17) – Tekad Nurfuad (42), warga Mulyoharjo, Jepara berganti profesi menjadi keberhasilan bagi kehidupannya. Setelah bertahun-tahun menjadi sopir angkot, pria beranak 3 ini meraih kehidupan yang lebih baik dengan menjadi seorang pengrajin kayu. Memanfaatkan limbah kayu yang banyak tersedia di Jepara, pria ini sukses menjadi pengrajin miniatur. Pemesannya tidak hanya dari Indonesia, namun juga orang-orang manca negara.

Suatu saat di tahun 2008, saat Nurfuad yang masih menjadi sopir angkutan, melewati jalanan Kawasan Sentra Patung Desa Mulyoharjo, Jepara. Di kawasan ini berbagai macam produk kerajinan kayu dipajang menunggu para pembeli datang membelinya. Matanya tidak lepas dari sebuah produk kerajinan berbentuk Kapal Pinisi yang dipajang. Rasa kagetnya muncul, ketika temannya yang tinggal di kawasan itu menjelaskan, harga kapal pinisi tersebut ratusan ribu rupiah.

Pria asli Jepara ini merasa tertantang. Sebab bentuk kerajinan miniatur tersebut, menurutnya tidaklah sebagus yang mungkin bisa dibuatnya. Sejak itu keinginan untuk membuat kerajinan miniatur langsung timbul. Di sela-sela menjadi sopir angkot, dibuatnya sebuah kerajinan kayu kapal pinisi. Setelah jadi, karyanya dititipkan di show room milik temannya di Kawasan Sentra Patung Mulyoharjo.

Berapapun harganya, ia meminta agar karyanya itu bisa dijual. Tidak diduga, dalam satu hari berikutnya, ia mendapatkan uang Rp 800 ribu dari kapal pinisi yang dititipkan ke temannya. Sejak itu akhirnya ia tinggalkan profesinya sebagai sopir angkot. Kini Nurfuad menjadi salah satu pengrajin produktif di Desa Mulyoharjo, yang terkenal dengan berbagai produk kerajinannya.

“Sekarang saya sudah menerima orderan produk kerajinan dari berbagai negara. Replika Kapal pinisi Dewa Ruci banyak dipesan. Selanjutnya saya juga mulai membuat berbagai replika jenis mobil, pesawat terbang dan alat berat. Biasanya untuk souvenir dan hiasan rumah,” ujar Nurfuad membagi pengalamannya.

Kini Nurfuad memperkerjakan 6 orang mengembangkan produksi karya-karyanya. Mereka semua adalah siswa-siswa SMK yang bekerja paruh waktu seusai bersekolah. Replika mobil Jeep Rubicon, pesawat capung, Kapal Dewa Ruci, catur, ekskavator kapal pinisi dan beberapa produk kerajinan dibuat di bengkel kerjanya.

Pemesannya pun tidak tanggung-tanggung. Sebagian besar dipesan ke luar negeri diantaranya Iran, Malaysia, Qatar dan Korea. Sementara pesanan dari dalam negeri hanya 5 persen saja yang saat ini dilayaninya. Harga kerajinannya juga berfariasi mulai Rp500 ribu sampai Rp5 juta lebih, bergantung ukuran dan tingkat kerumitan dalam pembuatannya.

Kapal Dewa Ruci milik TNI AL yang legendaris menjadi ikon bagi usaha kerajinannya. Berkat Kapal Dewa Ruci, Nurfuad mengaku mendapatkan perubahan dalam kehidupan keluarganya. Pengalaman hebatnya adalah saat pada tahun 2013 dirinya diundang khusus oleh TNI AL untuk mengunjungi KRI Dewa Ruci.

Dirinya diminta membuat replika KRI Dewa Ruci untuk kenang-kenangan bagi SBY yang saat itu masih menjadi Presiden RI. Karena dianggap piawai membuat replika, dirinya diminta mempelajari secara langsung detail-detail bentuk KRI Dewa Ruci.

“Saat itu saya datang bersama anak saya. Di sana saya catat dan saya potret detail-detail bentuk KRI Dewa Ruci. Hingga saat ini saya sangat terkesan. Kapal Dewa Ruci benar-benar memiliki magis. Hebat sekali kapal ini. Hingga kini saya terus membuatnya,” jelas Nurfuad.

Kini dirinya semakin serius mendalami profesinya sebagai pengrajin. Meski banjir order, Nurfuad menyatakan tidak mau terburu-buru menerima pesanan. Pembuatannya yang memerlukan keahlian, membuatnya tetap berhati-hati. Dirinya kuatir jika sembarangan menerima pesanan, malah justru mengecewakan pemesan.

Produk Kapal Dewa Ruci berukuran panjang 2 meter misalnya, membutuhkan waktu 10 hari untuk menyelesaikannya. Harganya bisa mencapai Rp 2,5 juta dengan bentuk yang sudah cukup mendetail. Semua proses produksi dikerjakannya sendiri, mulai dari membentuk bagian-bagian kapal, sampai finishingnya. (alf)

Berita terkait
0
Natur-E Rayakan 45 Tahun Memberdayakan Wanita dengan Kecantikan Luar Dalam
Sri Annisa Shaliyasih, Brand Manager Natur-E menjelaskan fakta-fakta tersebut muncul dari survei kualitatif yang dilakukan oleh Natur-E.