Dampak Lambatnya Hasil Swab Covid-19 di Malang Raya

Akibat lamanya hasil swab PDP Covid-19 keluar menyebabkan ratusan warga di wilayah Malang Raya harus menjalani isolasi mandiri.
Ilustrasi - uji PCR untuk melihat rantai DNA. (Foto: (karinov.co.id)

Malang - Lambatnya hasil swab pasien terduga terpapar Covid-19 atau virus corona di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI membawa dampak di Malang Raya. Setidaknya tercatat tiga kasus PDP (Pasien Dalam Pengawasan) meningggal dunia sebelum dinyatakan positif virus baru tersebut.

Kasus pertama yaitu seorang perempuan berumur 51 warga Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Pasien 01 di Malang Raya itu meninggal dunia 14 Maret 2020 lalu dan dinyatakan positif Covid-19 delapan hari setelahnya atau Senin 23 Maret 2020.

Ini masih akan dilanjutkan pelacakan. Setelah itu, hasilnya akan dipilah mana yg perlu dilakukan rapid test dan mana yang tidak.

Kasus itupun menggegerkan warga sekitarnya dan beberapa orang terpaksa diminta melakukan isolasi mandiri. Pasalnya, banyak kerabat dan tetangganya ikut memakamkan, melayat hingga tahlil selama tujuh hari.

Tidak hanya itu, lambatnya hasil swab itu berdampak pada empat keluarganya ikut terpapar Covid-19. Walaupun pada akhirnya, satu keluarga tersebut dinyatakan sembuh dan melakukan isolasi mandiri dirumahnya.

Kejadian serupa kembali terjadi pada perempuan berusia 54 tahun warga Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, 23 April 2020 kemarin. Dia dinyatakan positif Covid-19 dengan dugaan terpapar oleh suaminya meninggal dunia dengan kategori PDP tiga minggu sebelum itu dan belum sempat dilakukan swab.

Diketahui, dia sempat menjalani perawatan di RSSA Malang selama 10 hari dan dilaksanakan tes swab. Karena kondisi klinisnya membaik. Sehingga diperbolehkan pulang pada Selasa 21 April 2020.

Dua hari berselang atau Kamis 23 April 2020. Ibu rumah tangga tersebut baru dinyatakan positif Covid-19. Namun, sebelum itu sudah pernah kontak dengan keluarga, kerabat serta warga sekitar yang menyelawat dan pemakaman hingga tahlilan selama tujuh hari.

Akibatnya, keluarga yang bersangkutan pun juga diminta melakukan isolasi mandiri sembari dilaksanakan rapid test. Baik kepada keluarga hingga warga sekitar yang pernah kontak erat.

Kasus serupa terjadi kembali di Desa Sumberejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Sekitar sebanyak 159 orang lebih dilakukan screening atau pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, Rabu 29 April 2020 kemarin.

Mereka diketahui kedapatan pernah menyelawat ke salah satu pasien positif Covid-19 asal Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Pasien itu dinyatakan positif pada 24 April 2020 atau setelah dua hari sebelumnya meninggal dunia.

Akibatnya, puluhan warga yang tidak mengetahui informasi tersebut dan pernah melayat tersebut diminta untuk melakukan isolasi mandiri. Sekaligus tidak melakukan aktivitas apapun selama 14 hari kedepan dengan pengawasan oleh pihak desa dan Dinkes Kota Batu.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Batu Muhammad Chori menyampaikan pihaknya sedang dilakukan pelacakan terhadap ratusan warga Sumberjo pernah melayat ke Pujon. Mereka dikatakannya di tracing dengan tiga katagori yaitu resiko tinggi, sedang dan rendah.

"Ini masih akan dilanjutkan pelacakan. Setelah itu, hasilnya akan dipilah mana yg perlu dilakukan rapid test dan mana yang tidak," kata dia dalam keterangan tertulisnya kepada Tagar.

Sedangkan perihal pasien asal Pujon, Kabupaten Malang tersebut. Chori mengatakan hasil koordinasi dengan Puskesmas setempat diketahui saat pemakaman sudah dilakukan dengan protokol kesehatan pemulasaran pasien meninggal dunia terduga Covid-19.

"Dia masuk rumah RS Karsa Husada dengan status PDP dan ada riwayat pulang paksa. Kemudian, dia meninggal di rumah dengan hasil swab masih belum keluar," kata dia.

"Hasil swab-nya keluar dua hari setelah almarhum meninggal dunia. Tapi, pada saat meninggal, pemulasarannya sesuai tata laksana Covid-19," tuturnya.

Meski begitu, dia menambahkan pemeriksaan ratusan warga Sumberjo tersebut guna mengantisipasi ada yang ikut terpapar Covid-19. Alasannya, dia berharap semua pihak bisa mematuhi ketentuan yang berlaku.

Terutama warga yang diharuskan melakukan isolasi mandiri untuk melaksanakannya dengan tertib. Sedangkan masyarakat sekitar juga diharapkannya untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan benar.

"Dalam situasi seperti ini, mari kita tetap bersikap tenang dan jangan sampai ada kepanikan berlebihan. Namun harus tetap waspada dengan saling menjaga satu sama lain. Baik antar keluarga maupun dengan sesama tetangga," tuturnya.

Sementara itu, merujuk data dari laman situs Satgas Covid-19 Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) di http://infocovid19.jatimprov.go.id/ tercatat ada 1.578 kasus. Dengan rinciannya sebanyak 1.172 ODP (342 Kabupaten Malang, 714 Kota Malang, 116 Kota Batu) dan 352 PDP (161 Kabupaten Malang, 169 Kota Malang, 22 Kota Batu) Covid-19 di Malang Raya.

Sementara itu, untuk pasien positif Covid-19 tercatat ada 54 kasus di Malang Raya. Dengan rinciannya sebanyak 34 di Kabupaten Malang (8 sembuh, 22 dirawat, 4 meninggal), 17 di Kota Malang (8 sembuh, 9 dirawat) dan 3 di Kota Batu (1 sembuh, 2 dirawat). []

Berita terkait
Wali Kota dan Bupati Malang Raya Klaim Bansos Siap
Tiga kepala daerah di Malang Raya mengklaim siap menyalurkan Bansos kepada masyarakat terdampak Covid-19 jika pengajuan PSBB disetujui oleh Menkes.
Malang Raya Sepakat Ajukan PSBB ke Menkes
Tiga kepala daerah di Malang Raya yakni Sutiaji, Sanusi dan Dewanti Rumpoko sepakat mengajukan PSBB ke Menkes melalui Gubernur Jatim.
Sempat Demam, Balita di Malang Positif Covid-19
Satgas Covid-19 Kota Malang menyebutkan balita terinfeksi Covid-19 sempat dirawat di Rumah Sakit Hermina Malang.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.