Curhat Gabriella Sayers: Mama Meminta Kami Tidak Membenci Papa

'Dan mama masih tetap mendoakan papa, saat papa sudah menjadi jenazah di dalam peti sekarang ini.' - Gabriella Sayers
Gabriella Sayers putri dari istri pertama Petrus Rudolf Sayers (58) korban Lion Air JT 610, di Rumah Duka RS Dharmais, Jakarta Barat, Kamis (8/11/2018). (Foto: Tagar/Rommy Yudhistira)

Jakarta, (Tagar 9/11/2018) - Gabriella Sayers (30) putri dari istri pertama Petrus Rudolf Sayers (58) korban Lion Air JT 610, mengatakan mamanya meminta dirinya dan dua kakaknya untuk tidak membenci papanya. 

Kamis (8/11) jenazah Petrus belum dimakamkam, masih disemayamkan di Rumah Duka RS Dharmais, Jakarta Barat. 

Dalam sebuah ruangan di mana jenazah Petrus disemayamkan, rasa sepi menyergap. Deretan kursi di sekeliling peti jenazah itu kosong, tak ada yang mendudukinya. Hanya ada empat orang, yaitu Gabriella, seorang teman Gabriella, seorang bapak, dan seorang ibu teman dekat ibunda Gabriella.  

Di Rumah Duka RS Dharmais ini, Gabriella menceritakan kehidupan mama-papanya. Ia tidak bermaksud menjelek-jelekkan papanya, hanya berusaha jujur apa adanya. 

Berikut ini curahan hati Gabriella yang disampaikan dengan mata berkaca-kaca kadang berurai air mata kepada Tagar News:

"Papa-mama saya, Petrus Rudolf Sayers-Yuke Meiske Pelealu sama-sama asli Minahasa, Sulawesi Utara. Mama-papa menikah tahun 1985, menikah secara sah berdasarkan agama dan adat. 

Saya anak bungsu dari tiga bersaudara. 

Ada masanya kami sekeluarga tinggal di Cilacap, Jawa Tengah. Kala itu papa adalah anggota majelis gereja di sana. 

Pada tahun 2002 papa mulai sering berlaku kasar pada mama. Sering terjadi pertengkaran di antara mereka. Sampai jemaat gereja turut memberikan saran untuk meredakan pertengkaran yang terjadi, namun tidak membuahkan hasil. 

Baca juga: Jenazah Petrus Jadi Rebutan Lima Istri

Petrus Rudolf SayersJenazah Petrus Rudolf Sayers, korban Lion Air JT 610, disemayamkan di Rumah Duka RS Dharmais, Jakarta Barat, Kamis (8/11/2018). Ruangan duka itu disergap sepi, kursi-kursi kosong, hanya ada empat orang dari pihak keluarga istri pertama Petrus. (Foto: Tagar/Rommy Yudhistira)

Mama bahkan pernah melaporkan perilaku papa ke polisi, tapi tetap saja sama, tabiat papa tidak berubah. 

Keadaan itu membuat kami anak-anaknya stres. Saya sering membolos sekolah untuk menjaga mama dari sikap kasar papa. Di sekolah, nilai-nilai saya turun. 

Sampai akhirnya mama tidak tahan untuk hidup bersama papa. Namun mama tidak mau bercerai dari papa, karena mama berprinsip pernikahan hanya bisa dipisahkan oleh kematian. 

Hari itu mama dan kami anak-anaknya meninggalkan rumah hanya dengan baju di badan. Kami pulang ke kampung di Minahasa. 

Sehari setelah kami pergi, mama mendengar ada seorang perempuan mengaku istri kedua, menghampiri papa. Papa semasa hidup memang punya sejarah dengan perempuan-perempuan, banyak perempuan. Mama sudah tidak mau tahu itu semua. 

Saya bangga punya mama yang single parent. Ia berjuang untuk menyekolahkan kami. Dan mama mengajarkan kami untuk tidak boleh dendam sama papa. Mama meminta kami untuk tidak membenci papa. Kami sangat menghargai pesan mama itu. Bahkan saat saya dan kakak saya menikah, kami disuruh mama untuk menelepon papa.

Kami sering berkomunikasi dengan papa lewat Facebook, WhatsApp. 

Dan mama masih tetap mendoakan papa, saat papa sudah menjadi jenazah di dalam peti sekarang ini." 

Kesaksian Teman Istri Pertama

Dalam kesempatan yang sama di Rumah Duka RS Dharmais, ada Inneke Ellyaner Aipssa (53) teman dekat Yuke Meiske Pelealu istri pertama Petrus. 

Yuke Meiske Pelealu biasa disapa Yune oleh keluarga dan teman-teman dekatnya.

Inneke memberikan kesaksian tentang sikap kasar Petrus pada Yune.

"Petrus itu orangnya suka kekerasan ya. Saya ingat banget waktu saya tinggal bersama mereka di Cilacap. Beliau sebagai majelis gereja, sering memukuli Yune. Suatu hari pemukulan terjadi, saya larikan Yune dengan motor, mengajaknya bersembunyi di suatu tempat," kenang Inneke dengan mata berkaca-kaca. 

Sebelumnya, pascakematian Petrus Rudolf Sayers bersama jatuhnya Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karang, Senin (29/10) terungkap bahwa Petrus memiliki lima istri. 

Sampai hari ke-11 pasca jatuhnya Lion Air JT 610, jenazah Petrus belum dimakamkan karena masih jadi rebutan. 

Pihak keluarga istri pertama ingin membawa jenazah Petrus ke Minahasa, untuk dimakamkan di sana. Sementara pihak istri kedua sampai istri kelima yang kompak menjadi satu kubu, ingin memakamkan jenazah Petrus di Jakarta. 

Belum ada titik terang mengenai surat kematian Petrus akan diserahkan pada siapa. Masih menjadi pertanyaan, apakah akan diserahkan pada istri pertama, atau diserahkan pada istri kedua sampai istri kelima yang membentuk satu kubu untuk merebut hak surat kematian. []

Berita terkait