China Sebut Penyerangan Gedung Capitol Kemerotosan Demokrasi

China melancarkan propaganda penyerangan pendukung Trump ke Gedung Capitol sebagai kemerosotan demokrasi tapi juga bisa jadi bumerang
Seorang pria berdiri di depan koran Global Times yang menampilkan foto Gedung Capitol AS. Koran itu dipajang di sebuah toko di Beijing, China, 21 Januari 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Jakarta – Bagi mesin propaganda China, penyerbuan pendukung mantan Presiden Donald Trump ke Gedung Capitol AS, 6 Januari 2021, sangat cocok dengan narasi anti-Amerika yang dilancarkan Beijing. China pun menyebut kerusuhan itu sebagai contoh kemerosotan demokrasi. Di sisi lain propaganda ini menggiring opini publik bahwa sistem sosialis komunis jadi pilihan dan bisa jadi bumerang juga bagi China.

Namun, para ahli mengatakan pendekatan itu bisa menjadi bumerang bagi China karena menunjukkan kekuatan sistem AS yang memungkinkan transfer kekuasaan secara damai dan penyelidikan dilakukan sesuai dengan aturan hukum.

Surat kabar Global Times yang dikendalikan partai yang berkuasa di China menerbitkan sebuah artikel berjudul "Model Demokrasi Sekarat, Amerika Tidak Bisa Perbaiki Citranya Setelah Kerusuhan Capitol." Artikel itu mengatakan Electoral College adalah sistem kuno yang tidak mampu memenuhi tantangan demokrasi modern.

Feng Chongyi, seorang profesor studi China kontemporer di Universitas Teknologi Australia Sydney, mengatakan Partai Komunis China (PKC) telah melakukan perang ideologi dengan demokrasi liberal Barat selama bertahun-tahun. Jadi, tidak mengherankan jika Beijing menyoroti masalah masyarakat Amerika yang terungkap pada insiden 6 Januari 2021.

Namun, pendekatan tersebut bisa menjadi bumerang karena "insiden besar seperti kerusuhan di Capitol sekalipun tidak bisa menghentikan transfer kekuasaan secara damai," kata Feng. “Itu menunjukkan bagaimana politik multipartai dan demokrasi bisa memperbaiknya. Jadi ini adalah perspektif yang mengancam kekuasaan PKC."

massa pendukungMassa pendukung Trump menerobos masuk ke Gedung Capitol AS untuk membatalkan pengesahan hasil pemilihan presiden, 6 Januari 2021 (Foto: dw.com/id).

Diskusi dan opini tentang Electoral College telah berkembang luas di media AS sejak pemilu 2016 di mana Hillary Clinton dari Partai Demokrat memenangkan suara terbanyak. Namun, Donald Trump dari Partai Republik memenangkan Electoral College yang menjadikan Trump sebagai presiden.

Hal baru dari propagada tersebut adalah penghinaan Beijing terhadap Electoral College serta upaya kuat yang dilakukan untuk menggambarkan kemerosotan demokrasi AS setelah kerusuhan 6 Januari 2021 (my/pp)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Amerika Serikat Ingin Cari Pendekatan Baru dengan China
Gedung Putih mengatakan Washington dengan sabar mencari "pendekatan baru" terhadap hubungan dengan China yang sekarang terlibat persaingan
Konflik dengan Amerika Memanas China Gelar Latihan Tempur
Konflik di Laut China Selatan memanas China gelar latihan tempur beberapa hari setelah kapal induk AS masuk ke Laut China Selatan
Sanksi China Terhadap Pejabat Amerika Era Pemerintahan Trump
China menjatuhkan sanksi terhadap 28 pejabat era pemerintahan Presiden Trump, termasuk mantan Menlu Mike Pompeo