China Bantah Tuduhan Kerja Paksa Warga Uighur di Xinjiang

China kecam merek-merek asing yang dipasarkan di China terkait dengan sanksi-sanksi negara-negara asing tentang perlakuan terhadap warga Xinjiang
Warga berjalan melewati toko asal Swedia H&M di kompleks perbelanjaan di Beijing, China, 25 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Florence Lo)

Beijing – Kementerian Luar Negeri China mengatakan tuduhan mengenai kerja paksa di Xinjiang terhadap warga Uighur merupakan “kebohongan jahat” dengan tujuan “mendiskreditkan citra China, melemahkan keamanan dan stabilitas Xinjiang dan membatasi pembangunan China.”

Pernyataan itu muncul setelah Partai Komunis yang berkuasa dan warganet mengecam H&M dan merek busana serta alas kaki lainnya yang mengkritik catatan HAM China di kawasan tersebut, serta sanksi-sanksi Barat terhadap para pejabat China yang dituduh melanggar HAM di Xinjiang.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, 25 Maret 2021, mengacu pada sejarah perbudakan di Amerika Serikat (AS), dengan menunjukkan foto hitam putih, yang dia katakan dia “lihat di Internet,” memperlihatkan warga kulit hitam yang bekerja di ladang kapas.

jubir kemlu china huaJuru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying (Fofot: voaindonesia.com/Reuters)

Hua kemudian membandingkannya dengan foto berwarna mengenai pemetik kapas dan mengatakan bahwa 40% panen kapas dilakukan oleh mesin di Xinjiang, seraya mengklaim bahwa karena itu, kerja paksa “tidak eksis” di provinsi tersebut.

Kecaman terbaru dimulai sewaktu Liga Pemuda Partai Komunis pada hari Rabu, 24 Maret 2021, di akun media sosialnya meminta perhatian ke sebuah pernyataan H&M pada Maret 2020 bahwa perusahaan itu akan berhenti membeli kapas dari Xinjiang di bagian barat laut China. Perusahaan ritel Swedia itu, dalam kata-kata yang juga digunakan oleh beberapa merek lainnya, mengatakan “sangat prihatin” mengenai berbagai laporan tentang kerja paksa di sana.

petugas kebersihanPetugas kebersihan duduk di depan toko H&M di Guangzhou, Provinsi Guangdong, 26 Februari 2014. (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Alex Lee)

Hari Kamis, 25 Maret 2021, surat kabar partai, the Global Times, menyebut Burberry, Adidas, Nike dan New Balance membuat “pernyataan tajam” mengenai kapas Xinjiang sedini dua tahun silam. Sebuah laporan terpisah Global Times menyebut apa yang dikatakan sebagai pernyataan Zara bahwa perusahaan itu memiliki “pendekatan tanpa toleransi terhadap kerja paksa.”

Hari Kamis, 25 Maret 2021, produk-produk H&M tidak ditemukan di dua perusahaan ritel daring paling populer di China, TMall milik Alibaba Group dan JD.com.

sejumlah petugasSejumlah petugas menjaga pintu gerbang pusat pelatihan kejuruan di Huocheng Countu, di Wilayah Otonomi Xinjiang Uighur, 3 September 2018 (Foto: voaindonesia.com/Reuters).

Berbagai berita menyebutkan produk-produk itu disingkirkan karena kritik terbuka mengenai pernyataan terkait Xinjiang. Juru bicara Alibaba dan JD tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.

Para pengguna internet menyebut merek Uniqlo dari Jepang dan The Gap dari AS sebagai kemungkinan pelanggar lainnya. Tidak jelas berapa banyak akun internet itu yang dimiliki oleh masyarakat umum dan berapa banyak yang dioperasikan oleh perangkat propaganda partai berkuasa yang sangat besar.

“Pasar China di sini. Kami tidak memerlukan paksaan,” kata Hua. “Tetapi satu hal yang jelas, rakyat China tidak membiarkan sejumlah orang asing memakan beras China dan kemudian menghancurkan panci China.” (uh/ab)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Nasib Warga Uighur Diskriminasi di China Terdesak di Turki
Akibat tekanan yang bertubi-tubi dari pemerintah China sebagian warga minoritas Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang pindah ke Turki
China Anggap Uni Eropa Campuri Urusan Uighur Balas Sanksi
China membalas sanksi kepada pejabat Uni Eropa (UE) karena dianggap "merugikan" kedaulatan China karena mencampuri urusan Uighur
Parlemen Kanada Tuding China Lakukan Genosida Pada Uighur
Parlemen Kanada keluarkan mosi tidak mengikat katakan perlakuan China terhadap minoritas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang sebagai genosida
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.