Cerita Jakarta: Istana Merdeka atau Paleis te Koningsplein

Istana Merdeka atau Paleis te Koningsplein. Pembangunan istana ini pada masa 1873.
Istana Merdeka atau Paleis te Koningsplein | Awalnya istana kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda hingga pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. (Foto: presidensby.info)

Jakarta, (Tagar 20/7/2018) - Istana Merdeka merupakan tempat resmi kediaman dan kantor Presiden Indonesia, letaknya menghadap Taman Monumen Nasional (Monas) Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta. 

Awalnya istana ini adalah rumah dinas Gubernur Jenderal Hindia Belanda hingga pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Istana dengan luas sekitar 2.400 meter persegi ini terletak satu kompleks dengan Istana Negara dan Bina Graha.

Bagian Dalam Istana MerdekaBagian Dalam Istana Merdeka pada 1930an. Pembangunan istana ini dilaksanakan ketika masa pemerintahan Gubernur Jenderal James Loudon pada tahun 1873. Istana baru ini dibangun di sebelah selatan Istana Risjwijk dan menghadap ke arah Koningsplein (sekarang Medan Merdeka). Kemudian istana ini diresmikan tahun 1879 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge. (Foto: Collectie Tropenmuseum Zaal in paleis van de Gouverneur-Generaal Batavia TMnr 10013665)

Istana Risjwijk (kini Istana Negara) yang dibangun lebih awal pada tahun 1796 dinilai sesak untuk kegiatan administratif kenegaraan. Sehingga Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, Pieter Mijer memerintahkan untuk membangun sebuah bangunan baru sebagai pengganti Istana Risjwijk pada tahun 1869.

Pembangunan istana ini baru dilaksanakan 4 tahun kemudian ketika masa pemerintahan Gubernur Jenderal James Loudon pada tahun 1873. Istana baru ini dibangun di sebelah selatan Istana Risjwijk dan menghadap ke arah Koningsplein (sekarang Medan Merdeka). Kemudian istana ini diresmikan tahun 1879 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge.

Total dari keseluruhan pembangunan istana ini memakan biaya sebesar 360,000 Gulden Hindia Belanda. Istana ini lalu dinamakan Paleis te Koningsplein (Istana Koningsplein) atau masyarakat sering menyebutnya sebagai Istana Gambir karena banyak pohon Gambir yang tumbuh disekitar Lapangan Koningsplein.

Pada masa pendudukan Jepang, Istana ini bersamaan dengan Istana Rijswijk dijadikan tempat kediaman resmi Saiko Shikikan.

Pada awal masa pemerintahan Republik Indonesia, sempat menjadi saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Waktu itu RI diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan kerajaan Belanda diwakili A.H.J. Lovink, wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia.

Dalam upacara yang mengharukan itu bendera Belanda diturunkan dan bendera Indonesia dinaikkan ke langit biru. Ratusan ribu orang memenuhi tanah lapangan dan tangga-tangga gedung ini diam mematung dan meneteskan air mata ketika bendera Merah Putih dinaikkan.

Tetapi, ketika Sang Merah Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah kegembiraan mereka dan terdengar teriakan: Merdeka! Merdeka! Sejak saat itu Istana Gambir dinamakan Istana Merdeka. (rif/wiped)

Berita terkait