Cerita Jakarta: Bang Ali Izinkan Perjudian dan Pelacuran

Cerita Jakarta: Bang Ali izinkan perjudian dan pelacuran. Ia Gubernur DKI yang tegas, kontroversial, penuh gebrakan.
Cerita Jakarta: Bang Ali Izinkan Perjudian dan Pelacuran | Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. (Foto: Wikipedia)

Jakarta, (Tagar 26/7/2018) - Penguasa Jakarta berikutnya adalah seorang tokoh fenomenal, Letnan Jenderal Marinir Ali Sadikin lahir di Sumedang 7 Juli 1927, wafat di Singapura 20 Mei 2008 pada umur 80 tahun. Ia meninggalkan lima orang anak lelaki dan istri keduanya yang ia nikahi setelah istri pertama terlebih dahulu meninggal mendahuluinya.

Saat ia aktif di militer, Marinir masih bernama KKO AL atau Korps Komando Angkatan Laut.

Ali Sadikin gubernur yang kemudian menjadi lawan politik Presiden Kedua RI, Jenderal Soeharto, karena keterlibatannya dengan Kelompok Petisi 50 yang kerap mengkritik keras sikap Presiden kedua itu dalam berbagai kebijakannya.

Satu hal keras dinyatakannya saat isu berembus, Presiden Soeharto membeli kuda-kuda dari Australia untuk hobinya dan membawanya menggunakan kapal perang milik Angkatan Laut Republik Indonesia. Ali Sadikin pun marah besar. Namun, cerita ini hanya berkembang menjadi isu, karena saat itu tak satu pun media nasional berani memberitakannya.

Ali SadikinPresiden Soekarno melantik Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin di Istana Negara, Kamis 28 April 1966. (Wikipedia)

Ali Sadikin dilantik menjadi Gubernur DKI pada Kamis, 28 April 1966, pukul 10.00 di Istana Negara. Ali Sadikin dilantik oleh Presiden Sukarno. Pelantikan Ali Sadikin tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1966.

Dalam keputusan tersebut, Ali Sadikin yang juga merupakan anggota staf wakil perdana menteri (Waperdam) Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan dipandang cakap dan memenuhi syarat-syarat menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Tegas

Ali Sadikin ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966 yang kemudian diduetkan dengan tokoh Sunda lainnya, Laksamana Muda Raden H Atje Wiriadinata untuk membangun Ibu Kota Republik.

Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno.

Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali, sementara istrinya, Ny Nani Sadikin, seorang dokter gigi yang disapa Mpok Nani.

Ali Sadikin adalah gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Sebagai mantan tentara, ketegasan Ali Sadikin tak perlu dipertanyakan lagi. Ia pun teguh memegang pendiriannya saat harus mengeluarkan kebijakan. Satu hal yang diingat adalah kompleks hiburan Copacabana di Ancol yang konon diizinkan menyelenggarakan perjudian sebagai salah satu hiburannya.

Di bawah kepemimpinannya Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali seperti; Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet.

Karya Ali SadikinGubernur Ali Sadikin dan gebrakannya pada zamannya. (Foto: Rully Yaqin)

Bang Ali juga mencetuskan pesta rakyat setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta, 22 Juni dinamakan Malam Muda-Mudi. Perayaan Malam Muda-Mudi ini dilaksanakan dengan menutup sebagian Jalan Sudirman mulai dari jembatan Semanggi, Patung Selamat Datang bundaran Hotel Indonesia hingga jalan Thamrin sampai ke jalan Medan Merdeka Selatan atau Istana Negara.  

Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, seperti kerak telor, ondel-ondel, lenong dan topeng Betawi.

Ia juga sempat memberikan perhatian kepada kehidupan para artis lanjut usia di kota Jakarta yang saat itu banyak bermukim di daerah Tangki, sehingga daerah tersebut dinamai Tangkiwood.

Selain itu, Bang Ali juga menyelenggarakan Pekan Raya Jakarta yang saat ini lebih dikenal dengan nama Jakarta Fair, sebagai sarana hiburan dan promosi dagang industri barang dan jasa dari seluruh tanah air, bahkan juga dari luar negeri. Ali Sadikin berhasil memperbaiki sarana transportasi di Jakarta dengan mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte (tempat menunggu) bus yang nyaman.

Di bawah pimpinan Bang Ali, Jakarta berkali-kali menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) yang mengantarkan kontingen DKI Jakarta menjadi juara umum selama berkali-kali.

Kontroversial

Salah satu kebijakan Bang Ali yang kontroversial adalah mengembangkan hiburan malam dengan berbagai kelab malam, mengizinkan diselenggarakannya perjudian di kota Jakarta dengan memungut pajaknya untuk pembangunan kota, serta membangun kompleks Kramat Tunggak sebagai lokalisasi pelacuran. Di bawah kepemimpinannya pula diselenggarakan pemilihan Abang dan None Jakarta.

Masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada tahun 1977, dan ia digantikan oleh Letjen. Tjokropranolo. Setelah berhenti dari jabatannya sebagai gubernur, Ali Sadikin tetap aktif dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk pembangunan kota Jakarta dan negara Indonesia. Hal ini membawanya kepada posisi kritis sebagai anggota Petisi 50, sebuah kelompok yang terdiri dari tokoh-tokoh militer dan swasta yang kritis terhadap pemerintahan mantan Presiden Soeharto.

Jabatan Politik Ali Sadikin

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.