Cerita HUT Ke-91, "Bali Ning Omah Bali Ning PSIM"

Tim sepakbola kebanggaan warga Yogyakarta merayakan ulang tahun yang ke-91. Salah satu rangkaian acara adalah pameran memorabilia di Museum PSSI.
Sejumlah orang menyaksikan barang memorabilia pada pameran bertajuk \'Bali Ning Omah, Bali Ning PSIM\' di Wisma PSSI, kawasan Stadion Mandala Krida Kota Yogyakarta, Sabtu malam, 5 September 2020. Pameran ini dalam rangka HUT ke-91 PSIM. (Foto: Tagar/Istimewa)

Yogyakarta – Nuansa biru-putih terasa kental di Wisma PSSI, kawasan Stadion Mandala Krida Kota Yogyakarta, Sabtu malam, 5 September 2020. Beragam barang-barang memorabilia PSIM dipamerkan di sana.

Tanggal 5 September 2020 merupakan hari ulang tahun ke-91 untuk tim sepakbola kebanggan warga Yogyakarta tersebut. Namun tidak ada hingar bingar perayaan meski cukup banyak kegiatan yang dilaksanakan.

Museum PSSI di Yogyakarta menjadi salah satu lokasi perayaan ulang tahun klub berjuluk Laskar Mataram. Gedung itu menjadi lokasi pameran bertajuk 'Bali Ning Omah, Bali Ning PSIM', yang artinya Pulang ke Rumah, Pulang ke PSIM. 

Kostum lawas dan foto-foto para pemain saat berlaga di lapangan pada masanya, menghiasi dinding partisi di gedung itu.

Pameran yang merupakan salah satu rangkaian peringatan ulang tahun PSIM ini digelar selama dua hari, yakni 5 dan 6 September 2020.

Banyak Benda Bersejarah yang Hilang

Puluhan benda milik mantan pemain dengan cerita menarik yang dipamerkan, mulai album foto, video, jersey, jaket, piala, kliping surat kabar, medali, sepatu, tas, bola, kruk hingga sepeda motor. Semuanya merupakan barang besejahra sejak tahun 1950an.

Cerita HUT PSIM (2)Mantan Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto didampingi Ketua Umum Asprov PSSI DIY M Syauqi Suratno dan beberapa pemain PSIM Yogyakarta lainnya tengah melihat-lihat barang memorabilia pada pameran bertajuk \'Bali Ning Omah, Bali Ning PSIM\' di Wisma PSSI, kawasan Stadion Mandala Krida Kota Yogyakarta, Sabtu malam, 5 September 2020. (Foto: Tagar/Gading Persada)

FX Harminanto, salah satu inisiator pameran, mengatakan banyak barang bersejarah lain yang hilang.

"Banyak yang sudah hilang benda dari legenda-legenda ini, terutama jersey-jersey karena dulu memang jumlahnya sedikit dan dipakai sampai rusak. Juga untuk merunut PSIM sejak 1929 itu sulitnya minta ampun," ungkap Harminanto menceritakan kisahnya mengumpulkan memorabilia tersebut, Minggu, 6 September 2020.

Harminanto yang berprofesi sebagai jurnalis ini menjelaskan, dirinya mengalami banyak cerita menarik saat mengumpulkan barang-barang itu. Salah satunya sebuah bola pasir milik mantan pemain PSIM, Susilo Harso. 

Bola itu yang diberi oleh suporter itumasih dalam kondisi yang cukup baik karena dirawat sejak 1980-an, bola pasir itu punya cerita menarik lantaran selalu dipakai Susilo Harso untuk latihan fisik.

Kami mempersiapkan pameran ini hanya dua pekan, namun karena antusiasme luar biasa dari legenda PSIM lintas angkatan, maka terkumpul cukup banyak koleksi. 

"Harapannya, siapapun yang menyaksikan bisa belajar bagaimana sejarah PSIM terangkum dari berbagai sudut pandang mantan pemain. Kami juga ingin menunjukkan bahwa tim sebesar PSIM dengan sejarah panjang seharusnya punya ruang untuk belajar perjalanan tim sejak 1929," kata Harminanto, mewakili Bidang Pameran Museum of Laskar Mataram.

Sementara, Dimas Maulana, pemerhati sejarah PSIM yang juga kurator dalam pameran memorabilia menambahkan, kali ini pihaknya merasakan hal menarik karena seluruh barang berasal dari mantan pemain yang dengan sukarela meminjamkan. Fakta ini menjadi hal baru karena berbeda dari sudut pandang pameran lain yang pernah ada sebelumnya.

"Banyak cerita yang terangkai dari kronologi tahun ke tahun PSIM. Kami temukan kali ini terlama koleksi tahun 1956 dari almarhum Sius dan cukup banyak benda memori lain dari legenda lintas angkatan. Harapannya pameran ini bisa menjadi media belajar pecinta PSIM dan tentu saja bagian dari upaya merangkai sejarah panjang PSIM," sambung pendiri komunitas Bawahskor ini.

Pameran memorabilia bertajuk Museum of Laskar Mataram ini digelar dengan terbatas untuk umum yakni kuota 500 pengunjung dengan pendaftaran secara online melalui google form. Tujuannya, sebagai upaya menjaga protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.

"Oleh tim, pameran akan disebarkan dalam bentuk virtual dengan harapan bisa masif tanpa mendatangkan kerumunan. Namun, satu hal juga bahwasanya mungkin perlu dipikirkan stakeholder jika PSIM sudah waktunya punya museum," ucap Dimas.

Ucapan Selamat Iwan Bule

Tepat pada HUT PSIM, Mochamad Iriawan, Ketua Umum PSSI mengunggah video singkat berdurasi sekitar satu menit di akun instagram miliknya. Dalam video dengan frame latar belakang beberapa pemain PSIM tersebut, Iwan Bule, sapaan akrabnya, mengucapkan selamat ulang tahun untuk PSIM.

Cerita HUT PSIM (3)Jajaran manajemen PSIM Yogyakarta, pengurus Asprov PSSI DIY, ofisial dan pemain foto bersama sebelum pemotongam tumpeng dalam rangka perayaan HUT ke-91 PSIM di Wisma PSSI, kawasan Stadion Mandala Krida Kota Yogyakarta, Sabtu malam, 5 September 2020. (Foto: Tagar/Gading Persada)

"PSIM klub kebanggaan masyarakat Kota Jogja yang berdiri pada 5 September 1929. Salah satu tim dengan sejarah besar. Semangat terus maju dan eksis di kancah sepak bola nasional dan bisa berprestasi lebih baik lagi di masa mendatang. Salam hangat untuk Brajamusti dan pendukung setia PSIM dimanapun berada. Aku Yakin Dengan Kamu."

Hingga Minggu pagi, 5 September 2020, akun instagram @mochamadiriawan84 itu sudah dikomentari 69 komentari dan di-like oleh 1.967 orang.

Tak mengherankan orang nomor satu di federasi sepak bola Tanah Air itu sampai membuat video khusus ucapan selamat ulang tahun bagi PSIM, mengingat klub yang berdiri pada 5 September 1929 itu tak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya PSSI di Indonesia. Bersama beberapa klub lainnya, tim yang berhome base di Stadion Mandala Krida Kota Yogyakarta tersebut memang membidani kelahiran PSSI.

Selain ucapan dari Iwan Bule dan pameran memorabilia, mantan pemain PSIM yang tergabung dalam PSIM Legend juga menginisiasi penghargaan untuk satu legenda hidup Laskar Mataram, yakni Drs Soedjono, pemain era 50-60-an yang juga pernah lama menjadi pelatih PSIM.

Drs Soedjono yang kini berusia 82 tahun merupakan satu dari generasi pemain PSIM yang masih hidup. Dedikasinya untuk PSIM tidak diragukan baik sebagai pemain maupun pelatih.

Susilo Harso, legenda PSIM era 80-an yang didapuk sebagai Ketua Panitia Peringatan HUT-91 PSIM dari PSIM Legend mengatakan inisiasi penghargaan Lifetime Achievement digodog oleh tim kecil dari mantan-mantan pemain lintas angkatan bersama pemerhati sejarah PSIM.

Menurut dia, dari studi tersebut didapatkan nama Soedjono yang menjadi satu-satunya pemain masih hidup dari skuad utama tahun 1956.

"Beliau (Soedjono-red) kami pilih karena dedikasi untuk PSIM, juga sebagai mantan pemain paling senior yang masih sugeng (hidup). Kami ingin memberikan apresiasi yang mudah-mudahan bisa terkenang sepanjang hidup beliau," ungkap Susilo.

Penyerahan penghargaan dilaksanakan bersamaan dengan laga persahabatan PSIM Legend dengan PSIS Legend di Lapangan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu, 5 September 2020, yang dilaksanakan secara tertutup sesuai protokol kesehatan. Soedjono secara langsung hadir di lapangan dan diberikan kenang-kenangan berupa jersey PSIM yang mengambil tema besar tahun 1956.

Perwakilan PSIM Legend, Susilo Harso menambahkan pertandingan persahabatan kali ini merupakan inisiasi mantan-mantan pemain sebagai wujud peringatan ulang tahun Laskar Mataram. Menurutnya, PSIS Legend dipilih karena memang memiliki sejarah rivalitas sekaligus pertemanan yang sangat baik antar pemain.

"Kebetulan kami punya relasi yang cukup baik dengan legenda PSIS, dan mereka begitu antusias ikut memeriahkan HUT PSIM. Pertandingan kami gelar tertutup sebagai upaya penerapan protokol kesehatan," sambung dia.

Cerita HUT PSIM (4)Para pemain PSIM Yogyakarta Legend dan PSIS Semarang foto bersama sebelum laga persahabatan dalam rangka HUT ke-91 PSIM di Lapangan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu, 5 September 2020. (Foto: Tagar/Istimewa)

Legenda hidup PSIM era 80-an tersebut menambahkan dalam pertandingan kali ini mantan-mantan pemain PSIM mulai era 70-an hingga 2000-an berkumpul bersilaturahmi bersama di lapangan. Momentum kali ini sekaligus dilaksanakan untuk mengumpulkan kembali mantan-mantan pemain lintas angkatan.

Legenda-legenda macam Mellius Mau, Menot Wihardja, Susilo Harso, Haryadi, Sawor, Marsudiono, Rovik Ismanto, Siswadi Gancis, Sutrisno, Ahmad Gunarto, Semi Suparji, Sugito hingga yang muda layaknya Sumarjono, Seto Nurdiyantoro, Wahyudianto hingga angkatan Topas Pamungkas dan Johan Arga tampak dalam laga persahabatan kali ini.

Sementara di tubuh PSIS Legend, ada beberapa nama kawakan seperti Sartono Anwar, Ahmad Muhariyah, Sudaryanto, Widiantoro hingga M Irfan datang secara langsung dari Kota Lunpia, Semarang. Legend PSIS mengapresiasi perayaan HUT PSIM 91 yang diinisiasi legenda-legenda hidup dari PSIM.

"Ini bagus sekali saya kira, semoga bisa menginspirasi tim-tim lain untuk merangkai sejarah secara utuh seperti yang dilakukan PSIM. Mudah-mudahan bisa berlanjut terus kedepan," ungkap M Irfan, legenda PSIS yang juga pernah berseragam PSIM.

Cerita dan Harapan

Usia 91 tahun PSIM terasa seperti menjadi sebuah momen untuk bernostalgia bagi mereka yang pernah dan masih berhubungan dengan PSIM. Hal ini yang dialami pula FX Harminanto.

Sosok Harminanto memang cukup unik lantaran dia merupakan mantan pemain PSIM, sementara saat ini bekerja sebagai seorang jurnalis. Mantan pemain Tim Nasional (Timnas) U-17, U-20 dan Timnas Pelajar untuk gelaran Asian School Games itu diboyong PSIM pada musim 2007. Saat itu PSIM berlaga di Divisi Utama (kalau sekarang setara Liga 2) dan menjadi tim profesional pertamanya.

Di klub ini, Harminanto merasakan manis pahitnya sepak bola profesional, termasuk masa transisi saat klub dilarang menggunakan APBD untuk keuangan. Akibatnya, seluruh tim mendapat pukulan telak.

Menurutnya, gaji pesepak bola turun drastis. Situasi di lapangan pun juga ikut terdampak karena pemain semakin sensitif dan kerap meninggalkan asas fair play.

"Liga jadi keras, siaran televisi masih sedikit, dan sosial media belum sedetail sekarang. Ya akhirnya kalau laga away mesti kalah," lanjut dia

Di PSIM, Harminanto sempat mendapatkan cedera engkel parah, namun dirinya tetap setia bersama tim ini. Padahal sejumlah tim besar ingin menggunakan jasanya mulai PSMS Medan, Persiba Balikpapan, Pro Duta, Persija Jakarta, hingga Arema Malang.

"Sudah sempat berkomunikasi dengan pengurus tim mereka, namun mungkin belum rejeki dan saya memilih bertahan di PSIM. Apalagi saat itu pas pemulihan cedera engkel sekitar satu bulan. PSMS juga sudah CEO, tapi tidak mencapai sepakat karena saya saat itu juga kuliah," paparnya.

Cedera engkel kaki kiri benar-benar menjadi ujian Harminanto sebagai pesepak bola, terlebih saat berada di puncak karir. Kondisi itu juga berpengaruh pada performa di lapangan lantaran banyak menghabiskan waktu untuk penyembuhan. Dia lantas menghabiskan waktu di PSIM hingga musim 2012 sebelum akhirnya berlabuh ke tim tetangga, Persiba Bantul.

Kenangan serupa juga dialami Seto Nurdiyantoro. Seto saat masih aktif menjadi pemain, pernah pula membela PSIM bahkan di tim ini pulalah karir profesional sebagai pelatih untuk pertama kalinya dimulai, yakni 2014.

Seto dikenal dengan kemampuannya meracik pemain-pemain, Seto sempat hengkang ke klub PS Sleman dan berhasil membawa tim itu promosi ke Liga 1 musim 2018. Hingga akhirnya pada musim 2020 ini, Seto kembali didapuk menukangi PSIM.

"Di ultah PSIM ini mengingatkan bagaimana perjalanan tim yang luar biasa, banyak momen-momen yang akhirnya kita mengetahuinya. Sayang, saya sudah tidak punya benda-benda kenangan terkait PSIM, bukannya apa-apa karena setiap selesai kompetisi pasti sudah langsung diminta teman-teman suporter," kata Seto.

Dari kalangan suporter, Presiden Brajamusti Muslich Burhanuddin berharap, hari jadi PSIM ke-91 ini menjadi momentum tepat untuk naik kasta, promosi ke Liga 1. 

"PSIM adalah klub kebanggan dengan sejarah yang panjang bahkan lebih tua dari usia republik ini. Sekaligus sebagai salah satu pendiri PSSI, juga sebagai klub yang menjadi ikon Kota Yogyakarta," kata pria yang akrab disapa Thole ini.

"Sebagai suporter, kami menilai di usia 91 tahun ini adalah momentum yang tepat menuju kasta tertinggi sepakbola di Tanah Air yaitu promosi liga 1, tempat di mana seharusnya PSIM berada. Apalagi klub kebanggaan Brajamusti ini sekarang sudah menuju era profesional dimana pengelola benar-benar serius dalam menjalankan sepak bola industri," tambah dia. []

Berita terkait
Jantan, Betina, dan Mandulnya Pohon Kurma di Sleman
Seorang petani kurma di Kabupaten Sleman mengisahkan awal ketertarikannya terhadap kurma, serta jenis pohon kurma jantan, betina, dan mandul.
Mengusir Buta Aksara di Pesisir Utara Tangerang
Seorang pemuda Desa Surya Bahari, Kecamatan Pakuhaji, di sebelah utara Kabupaten Tangerang mendirikan taman baca di pinggir laut di kampungnya.
Menghitung Jejak Kaki Singa yang Tersisa di Afrika
Sejumlah peneliti berusaha mencari metode yang tepat untuk menghitung jumlah singa di Afrika secara akurat.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.