Cerita di Balik Gagasan Hari Keris Nasional

Ada gagasan 25 November sebagai Hari Keris Nasional. Ini cerita yang melatarbelakangi gagasan tersebut.
Sekretaris Jenderal Senopati Nusantara Hasto Kristiyanto menyaksikan pameran keris dalam rangkaian acara Rapat Kerja Agung Senopati Nusantara di Yogyakarta, Sabtu malam (9/2/2019). (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta, (Tagar 10/2/2019) - Sekretaris Jenderal Senopati Nusantara Hasto Kristiyanto mengatakan, gagasan tanggal 25 November sebagai Hari Keris Nasional sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan budaya, maha karya peradaban Nusantara.

Keris, senjata tradisional warisan budaya leluhur. UNESCO sudah mengakuinya sebagai maha karya bangsa Indonesia. 

Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji Nusantara (Senopati Nusantara) pun mengusulkan kepada Presiden Jokowi agar menetapkan Hari Keris Nasional.

"Termasuk upaya mengusulkan kepada Presiden Jokowi untuk menetapkan Hari Keris Nasional sesuai pengakuan dari UNESCO tentang maha karya kita yang luar biasa," kata Hasto dalam Rapat Kerja Agung Senopati Nusantara di Yogyakarta, Sabtu malam (9/2).

Rapat Kerja Agung Senopati Nusantara berlangsung dua hari sampai Minggu (10/2). Acara diselingi dengan pameran ribuan keris, bursa tosan aji. Tak lupa 21 jenis yang merupakan masterpiece keris terbaik Nusantara dipamerkan di acara ini.

Hasto menjelaskan dalam upaya agar ada Hari Keris Nasional, terus berkomunikasi dengan Presiden Jokowi. Komunikasi juga dilakukan dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, dan Kementerian Sekretariat Negara. 

"Kami optimistis segera ditetapkan Hari Keris Nasional," ujarnya.

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan ini mengatakan, Presiden Jokowi memiliki perhatian yang besar terhadap kebudayaan. 

"Jokowi itu seperti Bung Karno," kata Hasto.

"Pada tahun 1957 Bung Karno melakukan diplomasi ke Amerika Serikat dan Eropa, membawa para seniman, pesilat dan Tosan Aji Nusantara," lanjutnya.

Ia mengatakan, sebagai anak bangsa patut berbangga dengan warisan budaya nenek moyang ini. 

"Keris di dalamnya ada nilai luhur dan esensi kemanusiaan. Generasi harus melihat maha karya kebudayaan leluhur kita," ungkapnya.

Alasan Pemilihan 25 November

Dalam kesempatan yang sama, Humas Panitia Raker Agung Senopati Nusantara, Sukirman mengatakan tanggal 25 November diusulkan sebagai Hari Keris Nasional. 

"Pertimbangannya pada 25 November tersebut merupakan hari dan tanggal dimana UNESCO menetapkan keris sebagai warisan dunia," katanya.

Sukirman mengungkapkan, Senopati Nusantara sudah melakukan audiensi dengan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud seputar pengusulan Hari Keris Nasional. 

Dari audiensi yang dilakukan, katanya, sepertinya mendapat angin segar, alasannya lebih menguatkan keris sebagai warisan dunia juga mendongkrak ekonomi kreatif nasional.

Hal ini berdasarkan pengalaman saat UNESCO menetapkan batik sebagai warisan dunia. Batik semakin populer dan memasyarakat, perajin batik pun semakin tumbuh dan berkembang. 

"Jadi dengan adanya Hari Keris Nasional, pengrajin keris semakin berkembang," ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPD PDIP DIY Eko Suwanto mengapresiasi Senopati Nusantara dalam menjaga, merawat, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Nusantara khususnya keris. 

"Ini selaras dengan DIY sebagai daerah istimewa yang dipayungi UU 13/2012 tentang keistimewaan DIY," ujarnya.

Ketua Komisi A DPRD DIY ini menjelaskan, di dalam UU Keistimewaan mengamanahkan kebudayaan menjadi salah satu urusan keistimewaan DIY sesuai Pasal 7 UU Keistimewaan DIY. Tentunya DIY memiliki kewajiban konstitusional untuk memberikan dukungan baik dalam kebijakan, program maupun anggaran pengembangan kebudayaan. 

"Semoga Pemda DIY dapat memberikan dukungan kebijakan sesuai amanat UU Keistimewaan DIY," ujarnya. []

Berita terkait