Cerita Akhyar Nasution Memandangi Foto Bung Karno

Berhari-hari gelisah, batin Akhyar Nasution meronta dan tidak bisa tidur memikirkan maju di Pilkada Kota Medan melawan PDIP.
Akhyar Nasution. (Foto: Facebook Shohibul Anshor Siregar)

Medan - Berhari-hari gelisah, batin Akhyar Nasution meronta dan tidak bisa tidur memikirkan maju di Pilkada Kota Medan melawan PDIP. 

Tetapi selalu saja panggilan untuk membangun kota kelahiran lebih kuat karena banyak elemen yang meminta.

Sampai satu malam di akhir Juni 2020, memori masa kecil dibawa mendiang bapaknya ikut acara Marhaen dan PNI seperti segar melintas.

Kemudian dia memandangi foto Bung Karno dan memegang bendera merah putih. Di situlah batinnya berkata untuk terus berjuang, bakti bagi negeri dan untuk kota.

"Setelah itu dada saya terasa plong, sangat lega dan saya sangat ikhlas jika PDIP tak merekom saya sebagai kadernya," ungkap Akhyar, kader PDIP dengan jabatan terakhir sebagai Wakil Ketua DPD PDIP Sumut.

Dia ditemui di kediamannya Jalan Intertip, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara, Senin, 20 Juli 2020.

Sehari sebelumnya, Akhyar masih sempat mengikuti rapat pengurus partai pada Minggu, 19 Juli 2020, yang dihadiri Pelaksana Ketua DPD PDIP Sumut Djarot Saiful Hidayat. Saat itu menurutnya, dirinya masih kader PDIP.

Akhyar mengungkap, sebagai kader semula sangat berharap dan optimis akan mendapatkan dukungan dari PDIP di Pilkada Medan. Namun, kini dia ikhlas melepas karena menyadari tak bakal mendapatkan rekomendasi.

"Jauh-jauh hari saya juga telah merasakan sinyal tak bakal didukung, tetapi saya tetap bertahan dan berharap ada pertimbangan di DPP PDIP. Saya juga punya prinsip tidak akan meninggalkan PDIP, kecuali saya yang ditinggalkan," ungkapnya.

Namun, kini dia sudah meninggalkan partai besar itu dan merapat ke Partai Demokrat, yang kemungkinan besar mengusungnya dan berkoalisi dengan PKS.

Akhyar mengutarakan, semula hanya berpikir di periode kedua apakah masih dipercaya partai untuk mendampingi Dzulmi Eldin lagi atau tidak. Cerita menjadi lain karena Eldin tersangkut kasus hukum.

Di tengah kesibukannya menangani Covid-19, dia dipantau banyak pihak. Kemudian muncul keinginan bahkan lebih sebagai desakan dari berbagai elemen masyarakat terutama sekali kader PDIP, untuk bersedia dicalonkan menjadi wali kota.

Akhyar semula tak menanggapi. Namun, banyak pihak yang terus mendorong untuk melanjutkan kepemimpinan agar kota ini semakin jelas arah perbaikan dan pembangunannya.

Saya tetap seorang marhaen yang hidup sederhana, mandiri, bekerja keras

"Saya sadari kemudian, tanggung jawab untuk membenahi kota kelahiran bapak dan mamak, kota kelahiran saya dan anak-anak. Kemudian saya pun ikut mendaftarkan diri ke PDIP dan ke sejumlah partai lainnya," ungkap dia.

Dalam perjalanannya, sinyal dukungan PDIP meredup darinya. Itu kemudian ditangkap beberapa partai, seperti Partai Demokrat, PKS dan PAN. Meski belakangan PAN terlihat meninggalkannya.

Sadar dan hampir bisa dipastikan maju di Pilkada Medan dengan lawan yang akan dia hadapai dari partai yang membesarkannya, yakni PDIP, Akhyar merasakan bahwa itu adalah jalan atau takdir dari Tuhan YME.

Akhyar memastikan, dukungan dari Partai Demokrat dan PKS tidak akan membuatnya pandangan dan sikapnya berubah. Kedua parpol itu menurut dia memahami karakter dirinya.

"Saya tetap seorang marhaen yang hidup sederhana, mandiri, bekerja keras, menjaga kejujuran dan nasionalis sejati serta Akhyar yang islami," katanya.

Dia menyebut, bersama PKS dan Partai Demokrat dan relawan akan membangun sinergitas dengan semua elemen lintas suku, agama, profesi, paguyuban, komunitas dan lainnya untuk menjadikan perjuangan Akhyar menuju Medan 1 sebagai perjuangan bersama.

"Kami ingin membentuk koalisi kerakyatan untuk mewujudkan Medan berkarakter," katanya.

Untuk diketahui, PKS di DPRD Kota Medan memiliki 7 kursi dan Partai Demokrat menduduki 4 kursi. Koalisi dua parpol ini memungkinkan mengusung satu pasangan calon, yakni sebanyak 11 kursi. Anggota DPRD Medan hasil Pemilihan Legislatif 2019 sebanyak 50 kursi, sehingga Akhyar dapat dipastikan bisa maju di Pilkada Medan.

Pasal 40 Ayat (1) UU No 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota atau UU Pilkada menyebut syarat ambang batas pencalonan kepala daerah sedikitnya 20 persen jumlah kursi DPRD atau 25 persen akumulasi suara sah pemilihan anggota DPRD.

Biodata

Nama: Akhyar Nasution

Tempat dan Tanggal Lahir: Medan, 21 Juli 1966

Riwayat Pendidikan:

SD Negeri 060863/27 Kelurahan Brayan Bengkel, Medan Timur.

SMPN 11 Kelurahan Pulo Brayan Kota, Medan Barat, Medan.

SMA Negeri 3 Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara.

Riwayat Karier:

1.Anggota DPRD Kota Medan periode 1999-2004.

2. Wakil Wali Kota Medan pada 17 Februari 2016.

3. Pelaksana Tugas Wali Kota Medan pada 17 Oktober 2019. []

Berita terkait
Akhyar-Salman Lawan Kuat Bobby di Pilkada Medan
Akhyar Nasution-Salman Alfairisi diprediksi akan menjadi lawan tangguh bagi Bobby Nasution dan pasangannya yang belum diketahui sejauh ini.
Akhyar ke Demokrat Ngaku Tak Terlibat Korupsi MTQ
Kepada Partai Demokrat, Akhyar Nasution menegaskan dirinya tidak terlibat kasus dugaan korupsi Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-53 Kota Medan.
Demokrat Ancam Akhyar Nasution agar Tidak Korupsi
Partai Demokrat yakin Akhyar Nasution memenangkan Pilkada Kota Medan dan memintanya tidak korupsi saat menduduki jabatan wali kota.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.