Cemino, Akses Utama Bagi Pasien Cuci Darah

Seharusnya dokter meminta pasien membuat akses cemino terlebih dahulu sebelum 3 bulan pasien gagal ginjal menjalani terapi cuci darah.
seminar awam bertajuk “Perawatan Akses Vaskuler pada Pasien Ginjal Kronis” yang digelar oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) bekerja sama dengan Fresenius Medical Care, di Jakarta, Minggu, 15 September 2019. (Foto: Dok. KPCDI)

TAGAR.id, Jakarta - "Seharusnya dokter meminta pasien membuat akses cemino terlebih dahulu sebelum 3 bulan pasien gagal ginjal menjalani terapi cuci darah. Mau dipakai atau tidak yang penting pasien sudah punya akses. Ketika sudah saatnya cuci darah, maka pasien cepat tertangani.” 

Demikian disampaikan dr. Patrianef, SpB(K)V di hadapan 150 orang pasien gagal ginjal dalam seminar awam bertajuk “Perawatan Akses Vaskuler pada Pasien Ginjal Kronis” yang digelar oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) bekerja sama dengan Fresenius Medical Care, di Jakarta, Minggu, 15 September 2019, mengutip siaran pers KPCDI.

“Kita di Indonesia tidak demikian, pasien datang sudah dalam keadaan parah bahkan di ICU, baru dilakukan pemasangan CDL, dan ini memiliki resiko yang sangat tinggi,” ujar dr. Patrianef.

Patrianef yang merupakan konsulen bedah vaskuler itu menjelaskan bahwa di luar negeri pasien akan langsung dibuat AV Fistula terlebih dahulu ketika dokter memvonis mereka mengalami penyakit ginjal kronis.

“Akses CDL itu bukan yang terbaik dan tidak bertahan lama serta banyak komplikasinya, seperti infeksi, demam dan bekuan darah. Yang terbaik dan aman bagi pasien tetap menggunakan AV Fistula/Cemino. Ini sangat kecil komplikasinya. Biasanya perlu waktu matang 6 sampai 12 minggu akses Cemino tersebut baru bisa digunakan untuk mengalirkan darah ke mesin”, katanya.

Dokter yang berpraktek di RSCM Jakarta ini menjelaskan lebih dalam lagi Arteriovenous Fistula (AV Fistula) dibuat dengan menghubungkan sebuah arteri dengan sebuah vena dan vena ini akan menjadi lebar dan lebih kuat. Sedangkan CDL adalah suatu selang steril yang dimasukkan ke dalam vena sentral besar pada sekitar leher dan dada pasien.

Menurut data KPCDI Saat ini sekitar 95 persen pasien gagal ginjal melakukan perawatan melalui terapi hemodialisis atau yang akrab disapa dengan cuci darah. Proses hemodialisis menggunakan mesin khusus untuk menyaring darah guna menggantikan fungsi ginjal yang rusak.

Cara kerja hemodialisis adalah dengan mengalirkan darah melalui sebuah sirkulasi ke mesin yang berada di luar tubuh untuk membuang toksin dan kelebihan cairan, kemudian mesin mengembalikan darah yang sudah dibersihkan kembali ke dalam tubuh.

Untuk mengalirkan darah ke mesin khusus tersebut, diperlukan sebuah akses vaskuler dari pembuluh darah yang besar dengan aliran yang cukup kuat. Dan akses untuk hemodialisis ini ada beberapa jenis yang diantaranya dengan Kateter Double Lumen (CDL), AV Fistula/Cimino dan AV Graft. []


Berita terkait
Terapi Cuci Perut Pilihan Bijak Penderita Fungsi Ginjal
Di Indonesia, tindakan Hemodialisa merupakan terapi paling banyak digunakan penderita fungsi ginjal. Padahal, masih ada terapi CAPD
Surat Komunitas Cuci Darah untuk Menteri Kesehatan
Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) mengirimkan surat kepada Kementerian Kesehatan RI. Berikut ini isi surat lengkapnya.
Hebat, Pasien Cuci Darah Ini 12 Jam Mudik Naik Motor
Mudik dengan mengendarai motor dari Tangerang menuju Kebumen dilakukan seorang pasien cuci darah.