Cegah Abrasi Sekaligus Bangun Obyek Wisata di Bantul

Sekelompok pemuda di Kalinampu, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, membuat obyek wisata sekaligus sebagai upaya pencegahan abrasi sungai.
Bunga dan tumbuhan eceng gondok menjadi andalan wisata para pemuda di Kalinampu, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Bantul – Tumbuhan eceng gondok memenuhi sebagian kecil tepi Sungai Opak di Kalinampu, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Daunnya yang hampir bulat bergoyang-goyang tertiup angin yang datang bersama mendung tebal. Tak jarang tumbuhan itu terdorong menepi oleh riak air sungai.

Beberapa kuntum bunga eceng gondok berwarna ungu menyembul di antara hijaunya dedaunan. Tetapi embusan angin membuatnya tak terlihat karena tertutup oleh rimbunnya daun eceng gondok.

Suara desiran angin yang menyapa dedaunan terdengar pelan, mengiringi kecipak air sungai yang beradu dengan galah dalam genggaman dua pengemudi perahu.

Cerita Kalinampu Bantul (2)Pengunjung Kalinampu Natural Park sedang menikmati suasana alami di lokasi itu dari atas perahu, Senin, 2 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Pemandangan itu sangat berbeda dengan beberapa bulan lalu, tepatnya antara bulan Juli hingga September 2020, saat tumbuhan itu memenuhi hampir setengah bagian sungai. Kala itu bunganya bermekaran mewarnai sungai. Bunga-bunga eceng gondok tersebut disebut-sebut mirip dengan kondisi di Jepang.

“Hamparan eceng gondok yang dikonsep ala Jepang sudah hanyut mas,” kata seorang warga setempat, Khasanatul Rohmat, Selasa, 3 November 2020.

Para pemuda Kalinampu yang tergabung dalam karang taruna memang menata kampung mereka menjadi obyek wisata dengan konsep bergaya Jepang. Mulai dari gerbang tori di pintu masuk yang terbuat dari kayu bercorak Jepang, ornamen-ornamen yang terpasang sepanjang jalan menuju sungai, hingga jembatan dan payung khas negeri matahari terbit.

Bahkan pengelola Kalinampu Natural Park, nama yang disematkan untuk obyek wisata berkonsep Jepang itu, menyediakan kimono untuk disewa para pengunjung yang ingin berfoto di lokasi.

Mencegah Abrasi Sungai

Lokasi tempat tumbuhnya eceng gondok tersebut sekaligus menjadi dermaga perahu wisata. Ada semacam jembatan yang terbuat dari anyaman bambu untuk menuju sungai. Para pengunjung bisa menikmati suasana alam di kawasan itu dari atas perahu. Mereka cukup membayar Rp 10 ribu per orang.

Hanya beberapa puluh meter dari lokasi dermaga perahu wisata di situ, terlihat sisa longsoran di tepi sungai akibat abrasi. Menurut warga setempat, abrasi di tempat itu telah mengakibatkan kompleks pemakaman hanyut terbawa arus sungai, juga dua unit rumah.

Hanyutnya pemakaman dan rumah itu terjadi saat Sungai Opak dilanda banjir pada tahun 2017 dan 2018, yang menggerus tanah di pinggirnya.

Betul (ada pemakaman yang hanyut). Udah habis makam kampung kami. Ada dua rumah yang udah hilang. Yang lain terancam abrasi.

Khasan, sapaan Khasanuddin Rohmat, menuturkan, Kalinampu Natural Park bukan hanya bertujuan sebagai obyek wisata semata, tetapi sekaligus untuk menata kawasan itu untuk mencegah terjadinya kembali abrasi sungai.

“Setidaknya jika di situ tetap terjaga.. Maka abrasi juga berkurang,” ucap pria yang juga merupakan pengelola Kalinampu Natural Park ini.

Cerita Kalinampu BantulKhasanatul Rohmat, seorang tokoh pemuda di Kalinampu, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, mengatakan bahwa pembuatan obyek wisata di daeah itu sekaligus untuk mencegah abrasi. (Foto: Tagar/ Dok Pribadi Khasanatul Rohmat)

Saat ini sudah ada upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya abrasi, yakni membagi atau memisahkan lokasi penambangan pasir tradisional di Sungai Opak dengan kawasan wisata, termasuk perkampungan.

“Untuk saat ini, ya mungkin baru berbagi lokasi antara area obyek wisata dengan penambang pasir tradisional di tempat kami,” ujar Khasan menegaskan.

Alasan Pemilihan Konsep Jepang

Pemilihan konsep ala Jepang sebagai tema obyek wisata di tempat itu, tidak lepas dari hamparan eceng gondok yang menutupi sungai. Khasan mengatakan, saat hamparan eceng gondok tersebut berbunga dan mekar merata, akan terlihat seperti guguran bunga sakura.

“Nampak seolah-olah seperti guguran bunga sakura. Yang identik dengan warna pink keunguan. Makanya kami konsep ala Jepang. Serta ada alasan lain kenapa kami membawa ala Jepang. Itu karena budaya dan tradisionalnya yang hampir sama dengan budaya Jawa, yaitu kearifan lokal,” ucap Khasan menguraikan.

Dia melanjutkan, awal munculnya ide mengelola kawasan itu menjadi tempat wisata sekaligus mencegah abrasi, ditemukan secara tidak sengaja. Kala itu, sekitar bulan September 2019, Khasan yang sedang berada di tepi sungai. Dia memperhatikan hamparan eceng gondok di sekelilingnya.

Melihat pemandangan yang menurutnya indah tersebut, Khasan pun memotret tumbuhan gulma tersebut dari berbagai sudut, kemudian mengunggahnya ke media sosial dengan akun pribadinya.

“Terus saya foto-foto dr berbagai sudut. Terus saya upload di media. Lalu ada banyak sambutan dan menanyakan dibikin obyek wisata ga.”

Cerita Kalinampu Bantul (3)Seorang anak berpose di depan lapak penyewaan payung khas Jepang dan kimono, di Kalinampu Natural Park, Senin, 2 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Melihat respons warganet yang cukup antusias untuk berkunjung ke tempat itu, Khasan pun mengajak beberapa rekannya di karang taruna Ikatan Muda Mudi Islam Kalinampu (IMMIKA) untuk menjadikan eceng gondok dan kawasan itu sebagai obyek wisata alam.

“Karena begitu banyak yang penasaran dan ingin menjadikan hamparan bunga eceng gondok itu menjadi tempat wisata,” ucapnya.

Kemudian seorang rekan Khasan yang merupakan ketua karang taruna, yakni Anang Taufik, memberikan masukan agar obyek wisata itu nantinya dibuat berkonsep ala Jepang. “Waktu itu teman-teman setuju lalu antusias dan mulai penggarapan, dengan tujuan sebagai obyek foto dan fotografi.”

Sebenarnya, lanjut Khasan, beberapa tahun sebelumnya, para pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna telah mencari ide untuk membuat sudut kampung mereka menjadi lebih bermanfaat.

Bergantung pada Musim

Kalinampu Natural Park yang dibentuk oleh para pemuda tersebut sempat viral pada tahun 2019. Sejumlah pengunjung yang datang mengunggah foto-foto tentang keindahan lokasi itu di media sosial, sehingga Kalinampu Natura Park menjadi viral.

Meski mampu menarik banyak pengunjung, Khasan mengakui bahwa obyek wisata yang menjual keindahan bunga eceng gondok tersebut sangat tergantung pada musim.

“Iya mas, karena emang musiman. Mungkin karena musiman ini juga yang bikin jadi viral. Kan momen yang kita sajikan. Momen eceng gondok.”

Cerita Kalinampu Bantul (5)Payung-payung yang disewakan pada pengunjung Kalinampu Natural Park, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Senin, 2 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Hal lain yang cukup unik dari Kalinampu Natural Park ini adalah semangat para pemuda di kampung itu dalam membangun daerahnya. Kata Khasan, para pemuda yang turut serta mengelola obyek wisata tersebut sama sekali tidak digaji. Mereka secara sukarela turut membangun kampungnya.

“Kita semua murni gotong royong, tak ada gaji. Dana yang masuk di samping buat pengembangan juga ada dana buat dana sosial kampung,” ujarnya lagi.

Mengenai musim-musim atau bulan yang paling tepat untuk berkunjung dan menikmati hamparan eceng gondok di tempat itu, Khasan mengaku tidak bisa memastikan. Tetapi biasanya eceng gondok itu tumbuh subur dan bunganya mekar pada bulan Agustus hingga September.

“Eceng gondok banyak itu kalau musim kemarau. Di area sungai Kalinampu sendiri bulan Agustus hingga September mulai ada.” []


Berita terkait
Bisnis Ular dan Reptil di Yogyakarta, Bukan Cuma Menjual
Bisnis ular dan reptil di pasar satwa Yogyakarta bukan sekadar menjual, tetapi juga mengedukasi dan melestarikan melalui penangkaran.
Ramainya PASTY di Yogyakarta, Jual Burung Hantu hingga Ulat
Beberapa jenis hewan yang sekilas tidak lazim dipelihara dan diperdagangkan terlihat dijual di pasar hewan dan tanaman hias Yogyakarta (PASTY).
Nestapa Pemulung Aceh Diusir Camat Hingga Tak Terima Bantuan
Saban hari, bersama becak barangnya, Lek Rohim akan berputar-putar di kawasan Jalan Nasional, mengais setiap tong sampah yang ada di Aceh Barat.