Cara Warga Kudus Mengelola Aliran Sungai di Daerahnya

Sejumlah sungai di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dikelola oleh warga setempat dengan manjadikannya sebagai tempat wisata. Ini sungainya.
Warga Desa Temulus nampak begitu antusias menyusuri Sungai Juwana dengan perahu. (Foto: Tagar/Nila Niswatul Chusna)

Kudus – Satu perahu berukuran tidak terlalu besar melaju di Kawasan Bendungan Logung, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Riak air terbentuk dari lunas perahu, menimbulkan gelombang kecil yang berkejaran menuju tepian sungai.

Rumpun tumbuhan eceng gondok yang menghijau di tepi sungai, seperti menunggu riak-riak itu mengenai batangnya. Di atasnya, satu gubuk kecil tampak lusuh, berdiri di atas tiang-tiang bambu yang mertumpu pada dasar sungai.

Perahu itu terus melaju. Lebih dari 20 penumpangnya seperti tidak memperhatikan riak, rumpun eceng gondok, maupun gubuk yang terletak beberapa meter dari tempat mereka. Seorang penumpang perahu terlihat asyik dengan ponselnya.

Sebagian besar penumpang perahu tersebut mengenakan jaket pengaman yang disediakan oleh pengelola perahu wisata di tempat itu, Bendungan Logung.

Bendungan Logung yang terletak di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe tersebut baru selesai dibangun pada bulan Desember 2018. Meski usianya belum genap dua tahun, lokasi itu langsung menjadi magnet bagi warga untuk mengunjungi.

Foto Pranikah di Perahu

Keindahan pemandangan alam di sekitar bendungan menjadi daya tarik utama pengunjung, terlebih saat senja mulai menyapa. Warna oranye berpadu emas dari matahari sore yang terbenam di antara Perbukitan Patiayam cukup meneduhkan perasaan dan suasana.

Cerita Pemanfaatan Sungai di Kudus (2)Sejumlah wisatawan diajak berkeliling menikmati keindahan bendungan logung dengan menggunakan perahu. (Foto: Tagar/Nila Niswatul Chusna)

Keindahan pemandangan itu rupanya disadari oleh warga setempat dan mengelolanya menjadi obyek wisata. Pengelola mematok biaya sebesar Rp 15 ribu untuk tiap-tiap pengunjung yang ingin menyusuri keindahan bendungan dengan perahu.

Keindahan itu juga dimanfaatkan oleh sebagian pengunjung untuk mengambil gambar atau memotret dengan latar belakang nuansa alam. Bahkan seorang pengunjung, Ahlun Nafi, mengaku sengaja datang ke situ untuk mencari lokasi foto prewedding atau pranikah..

Saya ke sini buat hunting foto prewedding. Foto prewedding di atas perahu sepertinya bagus.

Selain di Bendungan Logung, pemandangan indah alami lain yang ada di Kecamatan Dawe berada di Desa Dukuh Waringin, yakni berupa air terjun, yang dinamai Air Terjun Kedung Gender.

Berbeda dengan keindahan di kawasan Bendungan Logung yang bisa langsung dinikmati, untuk menikmati pesona alam Kedung Gender, pegunjung harus rela sedikit berkorban. Dari gerbang pintu masuk, para pengunjung harus berjalan kaki sekitar 700 meter menyusuri jalan setapak untuk sampai ke lokasi air terjun.

Tapi perjalanan sepanjang hampir satu kilometer itu akan terbayar lunas saat pengunjung tiba di kawasan air terjun. Terlebih sepanjang perjalanan, pengelola telah menyediakan sejumlah tempat duduk untuk pengunjung yang ingin melepas lelah.

Pengunjung yang hobi fotografi, khususnya berswafoto, bakal puas memotret pemandangan yang instagramabel di sepanjang perjalanan menuju Air Terjung Kedung Gender.

“Jalannya cukup jauh dan medannya juga cukup menanjak. Capek memang. Tapi pas sampai di lokasi rasa capeknya terbayarkan. Pemandangannya bagus banget,” ucap Siti Rahayu, salah satu pengunjung Air Terjun Kedung Gender.

Pemandangan di sekitar air terjun memang sangat eksotis. Curahan air yang seperti ditumpahkan dari atas tebing-tebing batu setinggi kurang lebih 20 meter, menimbulkan suara menderu dan menyegarkan. terlebih saat percikannya mengenai kulit. Mengundang siapa pun untuk bermain air di situ.

Saat musim kemarau, debit air dari tebing-tebing itu tetap mengalir, meski tak sederas saat musim penghujan. Tetapi, saat musim penghujan tanah di sana menjadi lebih gembur dan bebatuannya menjadi licin. Pengunjung harus ekstra hati-hati saat berjalan.

Cerita Pemanfaatan Sungai di Kudus (3)Peserta river tubing begitu asyik menikmati sensasi menegangkan melintasi jeram Sungai Gelis. (Foto: Tagar/Instagram @abbas_fighter)

Hasanuddin, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Mutiara Hijau Desa Dukuh Waringin, selaku pengelola, menjelaskan, selain keindahan air terjun, para pengunjung juga bisa menikmati kuliner lokal di situ.

“Dengan paket wisata seharga Rp 30 ribu , wisatawan bisa menikmati air terjun Kedung Gender, eduwisata Kampung Lebah, dan menikmati sajian kuliner lokal,” jelasnya.

Susur Sungai 

Bukan hanya warga di Kecamatan Dawe yang memiliki inisiatif memanfaatkan sumber daya alam berupa sungai yang ada di daerahnya. Di Desa Temulus, Kecamatan Mejobo, misalnya, memanfaatkan Sungai Juwana sebagai lokasi wisata perahu.

Obyek wisata ini baru resmi dibuka pada awal tahun 2020, dan langsung menyedot perhatian masyarakat. Pihak pengurus desa mematok harga yang sangat terjangkau untuk menikmati pemandangan alam di sana, yakni sebesar Rp 5 ribu per orang.

Selama kurang lebih 15 menit, pengunjung diajak menyusuri Sungai Juwana sejauh 1,5 kilometer. Dari atas perahu, wisatawan bisa melihat pemandangan di sepanjang bantaran Sungai Juwana. Mulai pemandangan hamparan ladang warga hingga Jembatan Jeratun yang terkenal.

Kepala Desa Temulus, Suharto, mengatakan pihaknya berencana menjadikan wisata perahu yang ada sebagai salah satu kegiatan Bumdes atau badan usaha milik desa. Diharapkan setelah dikelola oleh Bumdes, wisata itu bisa menjadi penggerak perekonomian.

“Nanti akan kita rangkul karang taruna dan organisasi tingkat desa lainnya untuk mengelola wisata ini,” ucap Suharto.

Sungai lain yang digunakan untuk susur sungai adalah Sungai Logung. Bedanya di sungai ini pengunjung bisa menyusuri sungai menggunakan perahu kano. Cukup merogoh kocek sebesar Rp. 10 ribu, pengunjung sudah bisa bermain kano sekitar 30 menit di Sungai Logung.

Meski baru dibuka beberapa bulan lalu, wahana wisata satu ini memiliki banyak pengemar. Tidak hanya anak-anak, remaja hingga orang dewasa juga menyukai permainan air satu ini.

Permainan satu ini sangat cocok untuk mengisi liburan bersama keluarga atau dengan pasangan tercinta. Selain bermain, wisata kano juga bisa melatih motorik dan keseimbangan tubuh anak.

Cerita Pemanfaatan Sungai di Kudus (4)Seorang wisatawan nampak begitu asyik bermain kano di Cengkir Manis, Desa Tanjungrejo. (Foto: Tagar/Nila Nisawatul Chusna)

Wisata Kano ini bisa ditemukan di Wisata Cengkri Manis yang terletak di Desa Tanjungrejo memang tengah hits dilakangan anak muda akhir-akhir ini. Suasana alam yang asri dan objek-objek wisata yang kekinian membuat anak muda betah lama bermain di sini.

Harga tiket masuknya sangat ekonomis, hanya Rp. 3 ribu pada akhir pekan dan isi kotak amal seikhlasnya di hari biasa. Tiket permainannya juga terbilang murah. Susur sungai dengan kano hanya dibanderol dengan harga Rp. 10ribu, ban Rp. 5 ribu, flying fox Rp. 10 dan river tubing Rp. 35 ribu.

Dari beberapa pemanfaatan aliran sungai di Kudus sebagai obyek wisata, yang paling ekstrem adalah pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) Gelis, yakni digunakan sebagai wisata river tubing X-Jurang.

Aliran sungai yang terletak di Desa Jurang, Kecamatan Gebog ini dihimpit tebing-tebing tinggi dengan bebatuan dan tumbuhan di sepanjang bantaran, menyajikan sensasi wisata yang menantang dan memacu adrenalin.

Jeram-jeram dengan tingkat kecuraman yang bervariasi juga siap membuat peserta river tubing menjerit. Seru dan memacu adrenalin, itulah kesan yang dirasakan dari wisata satu ini.

River tubing ini sebenarnya sangat potensial untuk dikembangkan. Sayangnya operasionalnya hanya di musim hujan,” kata Edy Purwanto, Ketua Pokdarwis Desa Jurang.

Untuk menikmati wisata ini, wisatawan cukup membayar sebesar Rp. 50 ribu. Dengan biaya tersebut, peserta bisa menyusuri dan menikmati pemandangan Sungai Gelis sepanjang tiga kilometer dalam waktu dua hingga tiga jam. Biaya ini sudah termasuk biaya perlengakapan safety, dokumentasi, pemandu wisata hingga minuman. []

Berita terkait
Cara Belajar Sejarah Para Pemburu Makam di Yogyakarta
Beragam cara dilakukan oleh orang untuk mempelajari sesuatu, termasuk yang dilakukan oleh dua anak muda di Yogyakarta dalam mempelajari sejarah.
Harapan Pedagang Rokok Asongan di Malioboro Yogyakarta
Malioboro akan menjadi kawasan tanpa rokok, dan pelanggarnya terancam denda hingga jutaan rupiah. Begini harapan pedagang rokok asongan di sana.
Kisah Janda Bolong Jadi Primadona Dibalik Pagebluk di Aceh
Bunga ataupun tanaman hias memiliki daya tarik tersendiri terutama bagi kaum perempuan. Kendati trah Adam banyak juga yang terobsesi dengannya.