Cara Umat Muslim Tionghoa Merayakan Imlek di Jakarta

Umat muslim Tionghoa di Masjid Lautze Jakarta Pusat mempunyai cara sendiri menyambut Tahun Baru Imlek.
Ilustrasi Imlek. (Foto: Pixabay/Dustin_Do)

Jakarta - Umat Muslim Tionghoa di Masjid Lautze, Jakarta Pusat mempunyai cara tersendiri dalam menyambut Tahun Baru Imlek, yaitu ucapan syukur dan makan bersama. Namun, jika hari istimewa itu jatuh pada Minggu. 

"Nah, kalau Imlek terjadinya hari Minggu itu nanti makan siangnya bisa kita bikin sedikit mewah istilahnya. Tetapi, Imlek tahun ini jatuhnya hari Sabtu, jadi ya tidak melakukan apa-apa," kata Pengurus Masjid Lautze Naga Kunadi, 43 tahun kepada Tagar, Senin, 20 Januari 2020.

Naga memang umat Muslim Tionghoa, tetapi dia punya cara sendiri untuk menghargai Imlek, yaitu hari istimewa yang sebelumnya pernah dianutnya itu. 

"Makna Imlek untuk saya setelah masuk Islam, yaitu menjadi ajang silaturahmi, karena di Imlek itu kan banyak keluarga atau saudara yang lama tidak bertemu, pada hari itu bisa bertemu. Nah, hal itu juga saya jadikan ajang toleransi antara keluarga yang berbeda agama," tutur dia. 

Dia memperingatkan bagi umat Muslim Tionghoa agar tetap menjaga keimanan serta nama baik.

"Jika perorangan ingin memeriahkan Hari Raya Imlek silahkan saja, tetapi jangan sampai ada image Chinese muslim memperingati tiga hari raya, yaitu Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, dan Imlek. Tetapi sebagai muslim, hari raya tetap dua. Namun jika ingin merayakan Imlek kita serahkan kepada pribadinya masing-masing" ucapnya.  

Makna Imlek untuk saya setelah masuk Islam, yaitu menjadi ajang silaturahmi.

Meski warga Tionghoa di sekitar Masjid Lautze telah memeluk agama Islam, dia menegaskan tidak ada perayaan khusus menyambut Imlek di tempat ibadah itu. 

"Kalau secara institusi yayasan atau masjidnya kita tidak melaksanakan, namun kalau untuk perorangan silahkan saja," ujarnya. 

Memang biasanya sejumlah tempat umum yang kental dengan budaya Tionghoa, selalu terdapat beberapa dekorasi meriah demi menyambut tahun baru China ini.

Namun, itu berbeda dengan masjid yang berlokasi di Jalan Lautze, Sawah Besar, Jakarta Pusat ini, yang hingga kini tampak sepi dan hanya ada hiasan khas Tionghoa, seperti lampion kecil.  

Senada hal itu juga, Ngadimin yang juga pengurus masjid tersebut menyampaikan bagaimana kondisi tempat ibadah itu ketika menjelang Imlek setiap tahunnya. 

"Saya sudah 10 tahun jadi marbot di sini, kalau di sini Imlek sepi tidak ada perayaan apapun. Paling setiap Minggu baru ada pengajian yang diikuti oleh mualaf," kata Ngadimin.

Sementara salah satu jemaah mualaf Masjid Lautze Rony Wijaya, usia 41 tahun itu mengatakan Tahun Baru Imlek di sana tidak ada perayaan khusus untuk memeriahkan hari tersebut. 

"Imlek ini kan bukan perayaan agama, jadi momen ini kita rayakan dengan kita panjatkan rasa syukur," tutur Rony.  

Diketahui Masjid Lautze itu diresmikan pada 1994 oleh mantan Presiden B. J. Habibie. Alasan dibangunnya tempat ibadah itu untuk pembauran antara masyarakat Chinese dengan non-Chinese pada saat itu.  

Masjid tersebut berada di Jalan Lautze, Sawah Besar, Jakarta Pusat ini memiliki arsitektur dan dekorasi yang kental akan budaya khas Tionghoa. Tentu tempat ibadah itu sangat terlihat berbeda dengan masjid pada umumnya. []

Baca juga:

Berita terkait
Ahok dan Tionghoa Kelas Glodok
Ahok dibilang Tionghoa kelas Glodok. Bagaimana rasanya menjadi orang Indonesia keturunan Tionghoa yang sekaligus menjadi pengusaha kelas Glodok?
Kesenian Tionghoa Menjadi Penguat Yogyakarta Kota Budaya-Wisata
Warga Tionghoa mengeapresasikan diri terhadap adat istiadat nenek moyangnya di Yogyakarta.
Mengintip Persiapan Perayaan Imlek di Makassar
Di Kota Makassar, Sulawesi Selatan sejumlah persiapan perayaan Imlek dilakukan.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.