Jakarta, (Tagar 14/10/2018) - Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar akrab disapa Cak Imin mengatakan terpilihnya Kiai Haji Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden melebihi target PKB.
Cak Imin seperti curcol (istilah kekinian curhat colongan), menyebut pada awalnya targetnya adalah santri yang jadi wapres, santri maksudnya adalah dirinya. Ia sangat bersemangat mempromosikan dirinya sebagai cawapres Jokowi, sebelum Jokowi memutuskan memilih Kiai Ma'ruf Amin. Ternyata yang jadi cawapres adalah kiai, yaitu Kiai Ma'ruf Amin.
"Targetnya yang jadi wapres itu santri, tetapi yang jadi kiai," seloroh Muhaimin saat peluncuran Musabaqah Kitab Kuning sebagai rangkaian peringatan Hari Santri di Kantor DPP PKB, Jakarta, Minggu mengutip Antara.
Baca juga: Doa Cak Nun untuk Kiai Ma'ruf
Menurut Muhaimin, terpilihnya mantan Rais Aam PBNU itu sebagai cawapres pendamping Jokowi layak disyukuri sebagai bagian dari capaian perjuangan para santri.
"Kami sebagai santri, alhamdulillah, telah berhasil mengusung Kiai Ma'ruf menjadi cawapres," katanya.
Capaian lainnya, kata Muhaimin, kini peran kiai dan santri di dalam perjuangan kemerdekaan diakui setelah tidak pernah dicatat di dalam sejarah nasional.
"Peran kiai, ulama itu kini masuk dalam buku sejarah perjuangan kemerdekaan, yang hampir 40 tahun tidak dikenal oleh para siswa," katanya.
Menurut dia, butuh perjuangan dan perjalanan yang panjang agar peran kiai dan santri mendapat pengakuan, sampai perlu membuat film Sang Kiai yang menceritakan Fatwa Jihad yang dikeluarkan KH Hasyim Asy'ari yang mendorong kaum muslimin untuk mengusir penjajah dengan senjata seadanya.
Diakuinya peran kiai dan ditetapkannya tanggal 22 Oktober, hari dikeluarkannya Fatwa Jihad, sebagai Hari Santri, kata Muhaimin, sekaligus merupakan pengakuan atas nilai-nilai yang hidup di pesantren karena Fatwa Jihad terlahir dari nilai-nilai itu.
"Saya bersyukur karena pada dasarnya perjuangan kita telah sampai pada titik yang mencerahkan," katanya.
Kini, lanjut Muhaimin, yang harus diperjuangkan adalah bagaimana nilai-nilai keulamaan, kesantrian, dan kepesantrenan, di antaranya kebenaran, kesabaran, dan kejujuran, makin masuk dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya. []