Buruknya Transportasi dan Suksesnya SMI 2019 di Samosir

Event bernapas budaya lokal namun bertaraf internasional ini sudah menjadi kalender pariwisata Pemkab Samosir.
Penonton konser di Open Stage Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Sabtu 24 Agustus 2019. (Foto: Henry Manik).

Parapat-Arus lalu lintas Kota Pematangsiantar menuju Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, lancar meski cuaca sedikit mendung. 

Tidak ada tanda-tanda akan terjadi penumpukan kendaraan di satu titik atau kemacetan yang bisa melambatkan mobilisasi warga pengendara di akhir pekan.

Sabtu 24 Agustus 2019 sore hingga malam, Tongam Sirait, Viky Sianipar, Hermann Delago dan sederet artis dan musisi mancanegara akan unjuk suara di Open Stage Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Kegiatan sudah diawali sejak Jumat 23 Agustus 2019, dengan penampilan sejumlah musisi lokal dan event hiburan lainnya yang disiapkan Pemkab Samosir dan event organizer.

Event bernapas budaya lokal namun bertaraf internasional ini sudah menjadi kalender pariwisata Pemkab Samosir, dan merupakan event terbanyak menyedot pengunjung dan penonton, bisa datang dari Pulau Jawa, Sumatera bahkan dari luar negeri.

Kali ini digelar dua hari, berbeda dari pagelaran empat tahun sebelumnya yang cuma satu hari. Henry Manik, selaku manajer projek konser ini mencoba sesuatu yang baru dan berbeda dari event sebelumnya. 

Meski konser tetap dengan konsep awal yakni menghadirkan kolaborasi musisi/artis Tanah Air dan mancanegara membawakan lagu-lagu Batak.

Pembedanya, di hari pertama ada sejumlah kegiatan non musik, semisal pagelaran kuliner se-Kawasan Danau Toba dan juga atraksi tari modern dan lokal yang dipadu serta dikemas seapik mungkin guna menghadirkan penonton atau pengunjung.

Dan, lumayan berhasil. "Penonton lumayan banyak, melebihi target kita," kata Henry Manik, Jumat 23 Agustus 2019 malam, seusai menuntaskan konser Tongam Sirait dan kawan-kawan.

Ancaman mendung tak menyurutkan semangat penonton memadati lapangan open stage di hari pertama. "Hujan turun deras, tapi setelah konser selesai," kata Henry.

Hari ke dua, cuaca mendung tetap mengintai. Saat mobil kami melaju datar, Sabtu 24 Agustus 2019 sore di pelabuhan kapal feri Ajibata, Kabupaten Tobasa, hujan tumpah dari langit. 

Pelabuhan Ihan Batak padat kendaraan roda empat. Antrean memanjang sejak dari bibir dermaga hingga sepanjang 200 meter ke luar, persisnya di ruas jalan Pekan (Pasar) Ajibata.

Kami memutuskan untuk tidak naik Ihan Batak, tetapi KMP Tao Toba. Pertimbangannya, di dermaga ini ada dua kapal feri yang biasa silih berganti mengantar jemput penumpang.

Mobil menyurukkan badan di antrean mobil yang sudah memanjang juga. Persis pukul 17.00 WIB, tak kurang antrean sudah mencapai hampir 500 meter sejak dari pintu masuk dermaga.

Hujan turun, deras. Jam terus bergerak. Informasi diperoleh dari Henry Manik, hujan juga sangat deras di Tuktuk Siadong. Dia sudah demikian khawatir. Hingga menjelang malam, air seakan tak habis-habisnya turun dari langit. Pria berambut gondrong dan bertubuh kurus itu tak patah semangat.

Ah, pantas kami seperti keong dalam rebusan hujan dan malam yang kian gelap

Dia mengakui terpaksa memakai "kekuatan" kearifan lokal. Memohon hujan berhenti demi memberikan hiburan buat puluhan ribu pengunjung yang sudah bergerak dari berbagai daerah ke satu titik, Samosir Music International (SMI) 2019.

"Patupaon dope pangidoan mardongan debban tiar (memohon doa agar cuaca menjadi baik)," kata Henry sekitar pukul 18.00 WIB.

Kami di antrean, satu jam bergerak hanya lima meter. Media sosial dipenuhi keluhan sejumlah pengunjung, sulitnya menyeberang ke Samosir dari Ajibata. 

Seorang warga Kota Pematangsiantar, Herdin Silalahi mem-posting status di dinding akun Facebooknya, sudah di dermaga Ajibata sejak pukul 11.00 WIB, namun baru pukul 18.00 WIB mobil mereka masuk ke tubuh kapal.

Dia membawa keluarga untuk menikmati konser di Tuktuk Siadong, mendengarkan suara Tongam Sirait, Hermann Delago, Gok Manalu, Alsant Nababan, Alex Rudiart Hutajulu dan penampilan musisi Viky Sianipar, musisi Malaysia, Eropa dan lainnya.

Saat mobil kami bergerak ke titik 50 meter, seorang petugas dermaga memberitahu, kapal penyeberangan hanya satu yang beroperasi. Satu kapal lagi sedang dalam renovasi. Ah, pantas kami seperti keong dalam rebusan hujan dan malam yang kian gelap.

"Satu kapal lagi sedang perbaikan, Bang," kata pria tersebut sembari mengatur pergerakan mobil yang mengantre dan kian memanjang ke belakang.

"Kalau Ihan Batak itu beroperasi hanya sampai jam lima," kata Sirait, seorang warga Ajibata, Kabupaten Tobasa. Dia tak tahu apa alasan kapal jenis ro-ro itu harus hanya sampai pukul lima sore.

Sedangkan kapal feri KMP Tao Toba, reguler beroperasi sepanjang ada penumpang yang mau dikirim dari Pulau Sumatera ke Pulau Samosir dan sebaliknya.

"Kalau feri kapan saja beroperasi, sepanjang ada penumpang. Apalagi kalau hari besar, seperti Lebaran atau Natal dan Tahun Baru, bisa 24 jam," kata dia.

Kami hanya bisa menatapi malam. Berharap kapal selekasnya membawa kami ke Samosir bertemu dengan puluhan ribu mata di satu titik di pinggir Danau Toba, untuk Samosir music festival.

Tapi sepertinya harapan itu kandas. Hingga pukul 22.00 WIB kami masih di belakang jembatan Ajibata, sekitar 100 meter sebelum pintu masuk dermaga feri.

"Kalau kami menyeberang saja, Bang," ujar seorang pria asal Medan, bermarga Sinaga. "Awalnya mau nonton Hermann Delago, tapi sepertinya tidak mungkin lagi," kata pria muda itu.

Semoga sepulangnya dari acara menuju rumah masing-masing, secara keseluruhan teman-teman dan saudara-saudara dalam keadaan sehat bahagia

Namun dia melayangkan kritik kepada Bupati Samosir yang sejak awal tidak mengantisipasi kesiapan transportasi danau. Apalagi ternyata kabar tak beroperasi satu KMP Tao Toba karena sedang renovasi sudah berlangsung lama.

"Ini Pemkab Samosir yang kurang antisipasi. Membuat event besar seperti ini tapi tidak menyiapkan armada danau. Sudah tahu penonton konser ini selalu membeludak tiap tahun, kenapa misalnya tidak diminta kapal feri dari Muara (Tapanuli Utara), kan bisa saja sebagai pengganti kapal yang sedang direnovasi," katanya.

Kritik itu sepertinya hanya disahut angin malam dan aspal jalan di sepanjang menuju Pelabuhan Ajibata yang kupak-kapik dan kumuh. Sampah di sana sini berserakan dan toko-toko milik warga yang berjejer tak rapi, tak tampak sebuah lokasi transisi destinasi. Air tergenang di lubang-lubang jalan menambah deret kekumuhan itu.

Kami akhirnya batal menyeberang, karena hanya bisa menunggu antrean hingga pukul 02.00 dini hari. Sementara, lampu di pentas Tuktuk Siadong sudah redup. Semua orang sudah menuju titik peraduan, dan kami hanya bisa mendengar suara ombak danau.

Untunglah, kami bisa melihat informasi di media sosial, Bupati Samosir Rapidin Simbolon menyebut "Puluhan ribu pengunjung dari berbagai daerah untuk menyaksikan Samosir Musik Internasional, full hotel dan homestay" sambil dia melampirkan foto suasana konser dengan penonton.

"Bagaimana jika jalan tol sudah selesai dibangun tahun depan dari Tebing Tinggi ke Parapat? Bagaimana cara transisi penumpang atau kendaraan ke Samosir? Jika kesiapan armada dan manajemen transportasi masih begini? Memang semua mau ditumpahkan ke danau? Hahahah...," kata Franky Siburian, seorang warga Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yang gagal menyeberang ke Samosir bersama anak dan istrinya.

Franky dan ribuan warga lainnya, kecewa karena tak bisa menyeberang ke Samosir tepat waktu. Mereka ada yang memaksakan diri tetap menyeberang, untuk sekadar menumpang tidur di Samosir atau menikmati destinasi lainnya. Meski awalnya tujuannya melihat atraksi di Open Stage Tuktuk Siadong. Sebagian lagi memutuskan putar kepala atau kembali ke daerah asal.

Henry Manik memberikan penghiburan lewat akun Facebooknya, menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Kabupaten Samosir dan secara spesial kepada tamu SMI 2019 yang datang dari luar kota menempuh perjalanan jauh.

SMI 2019 menurut dia telah sukses diselenggarakan dalam dua hari, yaitu 23-24 Agustus 2019. "Hal ini tidak terlepas dari doa dan antusiasme kita seluruh pengunjung dan juga tim SMI 2019," katanya.

Dia menyebut, semoga pagelaran SMI 2019 yang baru saja diselenggarakan dapat memberikan kebahagiaan dan cerita baru.

"Semoga sepulangnya dari acara menuju rumah masing-masing, secara keseluruhan teman-teman dan saudara-saudara dalam keadaan sehat bahagia tentunya. Semoga kita tetap dalam lindunganNya, malam ini ahirnya kita diberi malam yang cerah dan penuh kebahagiaan," katanya. []


Berita terkait
Henry Manik, Pengibar Lagu Batak dari Danau Toba
Henry Manik, sosok di balik suksesnya konser musik Batak tiap tahun di Samosir
Kota Parapat Sepi, Wisatawan Serbu Samosir
Wisatawan sepertinya tak menikmati liburan ke Parapat. Akibat tidak adanya tempat menarik di kota tepian Danau Toba itu.
Tongam Sirait, Musisi Danau Toba Konser di Austria
Musisi dari tepian Danau Toba, Sumatera Utara, Tongam Sirait mengelar konser di Tirol, sebuah negara bagian di Austria
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.