Bursa di ASEAN Berdarah Kena Imbas Virus Corona

Bursa saham di ASEAN kembali mendapat tekanan negatif imbas penyebaran virus corona jenis COVID-19 yang semakin meluas.
Seorang pelaku bursa tengah melihat pergerakan saham di Bursa Saham Shanghai. Penyebaran virus corona berimbas terhadap bursa saham di China yang mengalami penurunan tajam. (Foto: BBC News).

Jakarta - Bursa saham di negara-negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN) kembali mendapat tekan negatif imbas penyebaran wabah virus corona jenis COVID-19 yang semakin meluas. Penyebaran virus mematikan yang cepat dan masif itu memicu kekhawatiran akan krisis ekonomi global. Hal ini mendorong aksi jual saham oleh investor untuk menghindari kerugian.

Pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat, 28 Februari 2020, seluruh bursa saham di ASEAN memerah. Indeks saham di bursa Thailand mencatat kinerja terburuk sejak krisis moneter di Negeri Gajah itu tahun 2008.

Sejumlah negara mulai melaporkan kasus pertama infeksi virus corona, saat dunia bersiap-siap menghadapi pandemi. Semakin meluasnya penyebaran virus membuat kalangan investor melepas ekuitas mereka, seperti diberitakan dari Reuters.

Bursa saham Thailand mengalami koreksi yang tajam, turun sebesar 3,8 persen dibandingkan hari sebelumnya, dari 1.395,08 menjadi 1.341,76 poin. Emiten yang mencatat penurunan saham terbesar adalah PTT PCL sebesar 6,6 persen dan Bandara Thailand 4,8 persen.

Bank sentral Thailand mengatakan wabah virus corona yang berkepanjangan akan berdampak pada perekonomian global. Bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi Thailand kurang dari satu persen tahun ini. Tahun lalu, ekonomi bertumbuh 2,4 persen yang merupakan tingkat paling lambat dalam lima tahun.

Bursa Efek IndonesiaPekerja berjalan di dekat monitor pergerakan bursa saham saat pembukaan perdagangan saham tahun 2020 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)

Bursa saham Singapura dan Filipina juga mencatat kinerja terburuk sejak tahun 2011. Indeks saham di bursa Singapura tergerus 3,2 persen dari 3.111,7 menjadi 3.011,08 poin. Begitu pula dengan indeks bursa Filipina turun 2,6 persen dari 6.967,84 menjadi 6.787,91 poin. Emiten yang mengalami koreksi saham antara lain DBS Group Holdings sebesar 2,9 persen dan Oversea Chinese Banking Corporation turun 2,8 persen.

Bursa saham Malaysia membukukan penurunan mingguan terburuk sejak tahun 2015. Indeks saham turun 1,52 persen dari 1.505,59 menjadi 1.482,64 poin. Selain imbas virus corona, tekanan terhadap indeks saham karena faktor internal kekacauan politik setelah pengunduran diri Perdana Menteri Mahathir Mohamad. Istana Kerajaan Malaysia menolak rencana Mahathir dilakukannya pemungutan untuk pemilihan perdana menteri baru. Bank Negara Malaysia juga diperkirkan akan memangkas suku bunga acuan pada Selasa.

Sementara Bursa Efek Indonesia mencatat penurunan bulanan terburuk sejak 2003. Hal yang sama juga terjadi dengan nilai tukar rupiah yang mengalami penurunan tajam sejak delapan tahun terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,5 persen dari 5.535,69 menjadi 5.452,70 poin. Sementara rupiah melemah 2,21 peresn di pasar spot di posisi Rp 14.340 per dolar AS. Kinerja rupiah ini tercatat sebagai pelemahan harian terbesar sejak September 2011.[]

Baca Juga:

Berita terkait
OJK Sebut Virus Corona Penyebab Pelemahan IHSG
OJK buka suara atas pelemaham indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terus berlanjut sejalan dengan tekanan di berbagai bursa saham dunia.
IHSG Berdarah, Ada Apa? Apa yang Harus Dilakukan?
Pelaku pasar saham Indonesia panik, banyak yang bingung dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan terus menerus dalam seolah tak terbendung.
Baru Dibuka Lagi, Bursa Saham China Langsung Jeblok
Kekhawatiran terhadap merebaknya wabah virus corona baru yang telah menyebar secara global memicu penurunan tajam bursa saham di China.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.