Buntut Kudeta Militer Myanmar Diprediksi Menuju Negara Gagal

Kekerasan kembali pecah ketika pasukan militer Myanmar memasuki lokasi protes warga di Kota Kale, pengunjuk rasa tuntut pemulihan pemerintah sipil
Demonstran Myanmar suarakan perlawanan terhadap junta militer dengan telur Paskah, 4 April 2021 (Foto: dw.com/id)

Jakarta – Kekerasan kembali pecah ketika pasukan militer Myanmar memasuki lokasi protes warga pada hari Rabu, 7 April 2021, di Kota Kale, para pengunjuk rasa menuntut pemulihan pemerintah sipil Aung San Suu Kyi.

Media setempat melaporkan peristiwa tersebut mengakibatkan korban luka dan korban jiwa. Outlet berita Mizzima secara spesifik menyebut setidaknya ada tiga orang yang tewas dalam kejadian ini.

1. Terkendala Akses Informasi dan Komunikasi

Pembatasan akses internet dan layanan data seluler yang dterapkan hingga saat ini, membuat gerakan pemuda anti-kudeta kesulitan bergerak dalam mengatur kampanye dan arus informasi melalui media sosial.

"Myanmar telah runtuh secara bertahap ke dalam jurang informasi sejak Februari lalu," kata Alp Toker, pendiri observatorium pemblokiran internet NetBlocks mengatakan kepada Reuters. "Komunikasi sekarang sangat terbatas dan hanya tersedia untuk beberapa orang."

pengunjuk rasa myanmarPara pengunjuk rasa mengangkat spanduk yang menuntut pembebasan pemimpin Myanmar yang ditahan Aung San Suu Kyi selama demonstrasi menentang kudeta militer 1 Februari di Yangon pada 10 Februari 2021. (Foto: voaindonesia.com - AFP/Ye Aung Thu)

Pengunjuk rasa menemukan solusi untuk menyampaikan pesan mereka dengan memproduksi pamflet berita harian berukuran A4 yang dibagikan secara digital dan dicetak untuk didistribusikan ke publik.

Dr Sasa, yang memimpin pemerintahan paralel sisa-sisa pemerintahan Suu Kyi, mengatakan dalam sebuah pernyataan Selasa (06/07), penasihat hukumnya akan menyerahkan bukti kekejaman militer ke berbagai badan hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dr Sasa mengatakan pengacara untuk Komite yang Mewakili Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) telah menerima 180 ribu barang bukti dan akan bertemu pada hari Rabu, 7 April 2021, dengan perwakilan dari mekanisme investigasi independen untuk Myanmar.

2. Menakar Masa Depan Myanmar

Dalam sebuah laporan yang dirilis hari Rabu, 7 April 2021, Fitch Solutions menilai, sanksi Barat tidak mungkin berhasil memulihkan demokrasi Myanmar. Dalam jangka menengah diyakini akan terjadi revolusi kekerasan antara militer dan oposisi bersenjata yang terdiri dari anggota gerakan anti-kudeta dan milisi etnis.

Fitch mengatakan, Myanmar sedang menuju negara gagal. "Meningkatnya kekerasan terhadap warga sipil dan milisi etnis menunjukkan bahwa Tatmadaw semakin kehilangan kendali atas negara," katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian besar orang mendukung pemerintah paralel.

pengunjuk rasa myanmarPengunjuk rasa berusaha melawan pasukan militer di Amarapura, Mandalay, Myanmar, 3 April 2021 (Foto: dw.com/id)

Sejauh ini, tekanan diplomatik tampaknya hanya berdampak kecil, karena kematian dan penahanan terhadap warga sipil terus berlanjut setiap hari.

3. Junta Militer Kehilangan Kendali

Setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, di Jakarta, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan pada hari Rabu, 7 April 2021, saat ini Inggris dan masyarakat internasional tengah berupaya keras menyelesaikan krisis Myanmar.

Negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia sudah terlebih dahulu memberlakukan atau memperketat sanksi terhadap para jenderal dan jaringan monopoli bisnis pejabat militer Myanmar.

Rusia yang menunjukkan dukungan kepada dewan militer yang berkuasa di Myanmar pada hari Selasa, 6 April 2021, mengatakan, Barat berisiko memicu perang saudara di negara itu dengan menjatuhkan sanksi pada junta militer.

myanmar berdarah"Myanmar berdarah" - sebuah poster di Yangon, 2 April 2021 (Foto: dw.com/id)

"Faktanya, tindakan seperti itu berkontribusi mengadu domba satu pihak dengan pihak lainnya dan mendorong rakyat Myanmar menuju konflik sipil skala penuh," kata Kementerian Luar Negeri Rusia, dikutip oleh Kantor Berita Interfax.

Uni Eropa sedang bersiap untuk menjatuhkan sanksi kolektif pada militer Myanmar dengan menarget kepentingan bisnisnya, kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian di Paris.

"Kami akan menambahkan sanksi ekonomi di seluruh negara Uni Eropa .... terhadap entitas ekonomi yang terkait dengan tentara Myanmar sehingga (sanksi) dapat diterapkan dengan sangat cepat," kata Le Drian kepada anggota parlemen [ha/as (Reuters, AFP, AP)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Pidato Ratu Kecantikan Myanmar Menentang Kudeta Militer
Pidato peserta kontes kecantikan jarang jadi berita utama, tapi ketika Han Lay, bersuara menentang dugaan kekejaman di negaranya jadi berita dunia
Militer Myanmar Bom Persembunyian Aktivis, Etnis dan Sipil
Aktivis, politisi dan penduduk desa di daerah-daerah warga etnis telah bersembunyi namun mereka tetap dibom oleh militer
Kematian Lebih 40 Anak-anak Sudutkan Junta Militer Myanmar
Tatmadaw dihujani kecaman menyusul kematian lebih dari 40 anak-anak dan “penghilangan paksa” terhadap ratusan demonstran di Mynamar
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu