Bulan Madu Menunggang Kuda Besi ke Pulau Dewata Bali

Bulan madu menunggang kuda besi ke Pulau Dewata Bali, kenangan sebelum Covid-19 datang. Kaum jomlo pada masa pandemi harus tabah membaca ini.
Fauzan Ramdhony dan Putri Abdian Syahona melakukan perjalanan bulan madu, menunggang kuda besi, motor Honda Win, menuju Pulau Dewata Bali, Februari 2020. (Foto: Dok Pribadi)

Tangerang - Seperti drama Korea yang berakhir happy ending. Begitulah kisah cinta Fauzan Ramdhony dan Putri Abdian Syahona. Sama-sama cinta kemudian menikah. Sebulan sebelum Indonesia diserang Covid-19. Mereka leluasa mewujudkan konsep bulan madu ekstrem, menunggang kuda besi ke Pulau Dewata Bali.

Fauzan dan Syahona menceritakan kepada Tagar, dari awal mereka berkenalan hingga menikah, sampai berapa biaya nikah. Bisa menjadi inspirasi bagi yang masih lajang. 

Fauzan lahir di Jakarta, 7 April 1991. Ia berusia 29 tahun saat menikahi Syahona, 1 Februari 2020. Syahona lebih muda satu tahun darinya. Fauzan berpendidikan sarjana, aktif berorganisasi saat masih mahasiswa. Ia hobi menunggangi motor tua. 

Di garasi rumahnya di Tangerang, Banten, nongkrong dua motor tua, Vespa scooter asal Italia, dan Honda Win, motor pabrikan Jepang yang pernah menjadi inventaris pegawai negeri sipil era 90-an.

"Kebetulan adanya itu, Mas, jadi ya dirawat saja sampai akhirnya jadi hobi," kata Ojan, panggilan akrab Fauzan kepada Tagar, akhir Maret 2020.

Lulus kuliah, Ojan mengikuti seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil. Ia lulus kemudian menjadi pegawai di kantor Imigrasi Bandara Soekarno Hatta. 

"Allhamdulillah rezeki, sekarang sudah PNS," ujarnya dengan wajah berbinar.

Syahona yang kini berstatus Nyonya Fauzan, bercerita pada saat ia menikah, terasa tidak lengkap, karena ayahnya telah meninggal pada saat ia duduk di bangku sekolah dasar.

Sama seperti suami, Syahona yang akrab disapa Ona juga berlatar pendidikan sarjana. Lulus kuliah, Ona bekerja sebagai staf administrasi di perusahaan aplikasi financial technologi.

"Saat ini sudah enggak, terakhir pas mau nikah, resign," ujar Ona.

Semua natural. Enggak ribet. Karena kami juga inginnya sederhana, yang penting sah.

Cerita FauzanFauzan Ramdhony dan Putri Abdian Syahona memegang kado nikah berupa plakat yang mengabadikan tanggal pernikahan mereka, 1 Februari 2020. (Foto: Dok Pribadi)

Kenalan Sampai Jadian

Bagi Fauzan, Syahona adalah anugerah terindah dalam hidupnya. Tiga tahun ia hidup menjomlo, sampai kemudian perempuan cantik itu mau jadi pacarnya. Fauzan mengatakan tidak mudah merebut hati Ona. Ia harus sabar melalui hari-hari tanpa kepastian. Fauzan berterima kasih kepada Widha, kawan yang membuka jalan perkenalannya dengan Ona. 

"Widha bilang kasihan sama saya sudah lama menjomlo, terus kebetulan ada yang baru putus juga katanya," tutur Ojan.

Berdasarkan pengarahan Widha, Fauzan menghubungi Syahona. Dari titik ini keduanya terhubung, intens berkomunikasi hingga bertemu tatap muka. 

Fauzan tak akan pernah lupa, tanggal 6 Oktober 2018, ia mengajak Ona ke pameran motor tua di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan. Ona sangat senang pada saat itu dibonceng Vespa, motor tua lelaki yang bisa membuatnya tersenyum. Ona merasa nyaman berdekatan dengan Fauzan.

"Seru, enggak mainstream motornya," kata Ona dengan tawa berderai.

Fauzan menilai Ona seorang perempuan yang asyik, enggak jaim, diajak bicara selalu nyambung, dan orangnya rame. Seru. 

"Satu lagi, dia enggak ada malunya naik motor tua," tutur Ojan penuh puja-puji.

Usai nonton pameran motor tua, Fauzan menguatkan hati. Ia memutuskan akan 'menembak' gebetannya pada saat itu. Ia siap dengan segala risiko, termasuk risiko ditolak dan hatinya jatuh berkeping-keping.

Cerita FauzanFauzan Ramdhony dan Putri Abdian Syahona menunjukkan buku nikah yang membahagiakan hati, Februari 2020. (Foto: Dok Pribadi)

Dengan menunggang Vespa pada kecepatan tidak lebih dari 50 kilometer per jam, Fauzan menarik dan menggenggam tangan Ona. Ia berkata, "Aku mau ngomong, tapi kamu jangan ketawa ya."

Sesaat dalam kekagetan, Ona menjawab, "Iya, apa?"

"Mungkin ini terlalu cepat... kamu mau jadi pacar aku?"

Ona refleks menarik tangannya. Sesaat kemudian ia mengatakan, "Pikir-pikir dulu deh, soalnya baru tiga bulan putus, terus juga belum yakin."

Berikutnya hanya ada hening hingga perjalanan tiba di rumah Ona.

Sejak itu Fauzah pasrah, apakah tembakannya akan berhasil atau gagal. Tak ada komunikasi sama sekali di antara keduanya hingga lima hari kemudian.

Hari kelima, 11 Oktober 2018, Fauzan tidak bisa lagi hidup dalam ketidakpastian. Sepulang kerja, ia memberanikan diri menelepon Ona. 

Mereka bicara apa saja hingga sepuluh menit kemudian terdengar suara merdu Ona di ujung telepon, "Aku terima kamu jadi pacar aku."

Itu adalah nyanyian paling merdu yang pernah didengar Fauzan sepanjang hidupnya.

Ona mengatakan lima hari tanpa komunikasi dengan Fauzan, ia banyak merenung. Ona berpikir apakah Fauzan orang yang tepat dijadikan pacar untuk kemudian jadi suaminya.

Ia sampai pada kesimpulan pria berkacamata itu introvert, pendiam tapi menyimpan banyak keahlian dalam dirinya. Ia merasa lucu melihat Ojan diajak bercanda, responsnya malu-malu kucing

"Hidungnya sampai kembang kempis, hahaha.... Terus juga dia pintar sih, seperti ular cobra, bisa banyak hal," tutur Ona.

Cerita FauzanFauzan Ramdhony dan Putri Abdian Syahona bersama teman-teman di acara resepsi di sebuah kafe di Jakarta Selatan, Februari 2020. (Foto: Dok Pribadi)

Biaya Nikah Rp 38 Juta

Beberapa bulan kemudian Fauzan melihat Ona membalas kasih sayangnya dengan tulus. Ia berkeyakinan Ona adalah seseorang yang tepat dijadikan istri. Ia mengajak Ona menikah. Ona menyambutnya dengan hangat. 

Fauzan melamar Ona pada 9 November 2019. Ia bersama keluarga bertamu ke rumah keluarga Ona, secara resmi menyampaikan lamaran. Ia membawa sedikit kue dan buah-buahan.

"Saya request ke dia, enggak usah neko-neko bawa banyak macam," kata Ona.

Keluarga dua belah pihak sepakat menentukan tanggal pernikahan, 1 Februari 2020, tidak memakai hitungan adat.

"Semua natural. Enggak ribet. Karena kami juga inginnya sederhana, yang penting sah," kata Ona. 

Fauzan yang low profile dan Ona yang cuek, merancang konsep pernikahan sendiri, tidak menggunakan jasa wedding organizer. "Kami konsep dan hitung sebisa kami," ujar Ona.

Hingga sampai pada hari H, akad nikah Fauzan dan Ona dilaksanakan di sebuah restoran, bukan di masjid atau di rumah mempelai perempuan. Akad nikah dihadiri keluarga dua belah pihak.

Ojan mengatakan memilih restoran atau tempat makan karena biayanya lebih terjangkau. "Justru biaya ini menurut kami sangat terjangkau, tidak mahal. Kami hanya mengeluarkan uang Rp 9 juta. Bersih."

Malamnya, resepsi pernikahan digelar di sebuah kafe berkonsep ruang terbuka dengan 100 tamu undangan. Acara pukul 19.00-22.00. Biaya resepsi adalah Rp 15 juta.

"Beda jauh dibanding kita bikin acara di rumah. Kalau di rumah, kita harus memasak, sewa pelaminan, cuci piring, dan lain-lain, sangat repot dan mahal biayanya. Kalau ini praktis, datang, makan, pulang," tutur Ona.

Berikutnya dalam acara selamatan, pengajian dalam lingkup rukun tetangga, Ona menyampaikan bahwa besok mereka akan melakukan perjalanan bulan madu ke Bali dengan mengendarai motor.

"Yang penting tetangga tahu, besok yang memboncengi saya adalah suami yang sudah sah, bukan pacar lagi," kenang Ona.

Tiga acara penting melibatkan keluarga, tetangga, dan teman-teman, sudah dilakukan. Selanjutnya adalah waktu Fauzan dan Ona berduaan, honeymoon kata orang-orang.

Mereka mantap menunggang Honda Win, "Pakai motor, kami bisa singgah di banyak tempat wisata di sekitar Jawa," kata Ojan.

Begitu rencananya. Namun dalam perjalanan, mereka berubah pikiran. Setelah begitu lama beristirahat di Purworejo, akhirnya diputuskan menunggang kuda besi cukup sampai Kota Malang, Jawa Timur. Berikutnya motor dipulangkan dengan paket kereta api. Kemudian Fauzan dan Ona melanjutkan perjalanan dengan bus sampai tempat tujuan, yaitu Bali. Dan pulang dengan pesawat terbang.

Total biaya pernikahan dari akad nikah hingga bulan madu adalah Rp 38 juta. Itu sudah termasuk untuk membayar rumah makan, katering, backdrop, dokumentasi, baju pengantin, souvenir, pengajian, dan kantor urusan agama atau KUA. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Rochmat Rismawan, Setelah Kena PHK di Tengah Pandemi
Rochmat Rismawan, 21 tahun, baru 4 bulan lalu dapat pekerjaan di Tangerang, kini harus menelan pil pahit di tengah pandemi Covid-19. Ia di-PHK.
Senyum Kartini di Tengah Muram Pandemi Covid-19
Di tengah muram pandemi Covid-19, senyum terulas di bibir Hilda Agustini, dara berjiwa Kartini yang tak takut bermimpi setinggi bintang di langit.
Pergolakan Batin Sukarsih Tenaga Medis Positif Covid-19
Sukarsih, seorang perempuan ayu dengan rambut panjang tergerai. Usianya 29 tahun. Ia bekerja sebagai tenaga medis, melayani pasien Covid-19.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.