Budayawan: Virus Corona Siklus Agar Alam Seimbang

Merebaknya virus corona ke seluruh penjuru dunia membuat budayawan Bramantyo Prijosusilo merenung tentang apa yang sedang terjadi saat ini.
Budayawan Bramantyo Prijosusilo bersama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, sedang memegang buku Seni Kejadian Berdampak karya Bramantyo. (Sumber: Facebook/Bramantyo Prijosusilo)

Semarang – Merebaknya virus corona ke seluruh penjuru dunia membuat banyak pihak merenung tentang apa yang sedang terjadi saat ini. Tidak terkecuali bagi para budayawan juga ikut menjabarkannya, salah satunya adalah Bramantyo Prijosusilo.

Budayawan yang akrab disapa Mas Bram itu mendefinisikan tentang wabah covid 19 ini sebagai proses alam atau dunia yang sedang menuju keseimbangan. Definisi tersebut menjadi jawaban atas pertanyaan rohani dari khalayak ramai, apa yang sedang terjadi di dunia ini?.

Namun, yang tidak kalah penting, Bram berpesan agar masyarakat bersikap ikhlas dan tidak panik menghadapi cobaan berat ini.

Berikut ini unggahan budayawan blasteran Jawa-Australia ini di akun Facebooknya pada 25 Maret 2020 sekitar pukul 06.00:

"Cul, cul, cul, lepaskan, lepas, lepas ... biarkan pikiran lepas bebas, biarkan nafas lepas bebas, jangan digondeli. Misalnya kita kepikiran Covid-19 ya manut saja jangan lalu malah ide Covid-19 itu kita gondeli, kita pegangi kuat-kuat dan kita curahi pikiran lebih kuat lagi ... jangan begitu, biarkan saja ... kita belajar mengamati pikiran, setidaknya pikiran kita sendiri yang seperti anak monyet meloncat-loncat ke sana ke mari, mirip mimpi yang tak lohis alur ceritanya ...

Covid-19 jelas pasti ada dan kita atasi dengan patuh protokol, kebersihan pribadi dan kolektif, dan do'a. Jadi gak perlu digondeli jadi sesuatu yang kepikiran terus. Yang perlu itu, update informasi sahih.

Mari kita rawat pikiran kita. Jangan mikiri yang gak perlu dipikiri. Justru di saat ini pikiran kita kudu cepet tangkas tepat mencari jalan survive bersama-sama karena tak ada kisahnya manusia bisa survive sendiri. Dunia akan dibolak-balik, kawan. Ekonomi akan mawut. Awal Abad XX ada The Great Depression maka awal dekade kedua Abad XXI ada gerak ombak sejarah yang lebih besar daripada rontoknya pasar saham seabad lalu itu. Derita, derita, derita ... itu adalah yang harus kita hadapi bersama.

Yang berharga di dalam hidup ini hanyalah cinta kasih dan yang berdaya di dalam hidup adalah cinta kasih. Telah lama kita bangun peradaban yang melahirkan kita-kita yang rakus dan eksploitatif dan sekarang kita menyaksikan alam menuju keseimbangannya lagi.

Mohon maaf lahir batin ... mari kita menyiapkan jiwa raga. Bismillah ..."

Hingga berita ini ditulis, unggahan tersebut disukai 105, mendapat 19 komen (yang beberapa menggambarkan kegelisahan atas wabah corona), dan dibagikan 1 kali.

Pada salah satu komentar warganet yang menyatakan gelisah akan virus corona telah menyebar di sekitar dia, Bram menjawab, “[Anda perlu memenangkan diri dengan melakukan] meditasi, lepas semua pikiran biarkan tubuh menyelaraskan diri. Pilek biasa! Virus Corona pasti sudah meluas. Kita menghitung hari menunggu ledakan."

Siapakah Bramantyo Prijosusilo?

Di akun Facebooknya Bram menyebut dirinya sebagai praktisi alkimia Jawa tradisional. Alkimia adalah bidang pengetahuan yang menggabungkan berbagai ilmu pengetahuan modern dengan seni budaya, semiotika, metalurgi, kedokteran, mistisisme, dan agama.

Budayawan jebolan Bengkel Teater milik seniman besar Rendra itu saat ini mukim di Yogyakarta. Dia masih aktif mengadakan seni kejadian berdampak bernama kraton ngiyom setiap tahunnya di Desa Sekalaras, Widodaren, Ngawi. Tujuan dari seni tersebut adalah keseimbangan alam, khususnya menjaga kelestarian sumber mata air.

Kiprah fenomenal budayawan kelahiran 9 Agustus 1965 itu adalah saat menggelar perhelatan seni Mbah Kodok Rabi Peri pada 8 Oktober 2014 di Desa Sekaralas, Widodaren, Ngawi, Jawa Timur pada 8 Oktober 2014. Saat itu Ibnu Sukodok (64 tahun) 'menikahi' peri bernama Roro Setyowati.

Di pelaminan, Ibnu yang didandani layaknya pengantin jawa duduk sendiri tanpa peri atau mahluk halus itu disampingnya.

Perhelatan seni tersebut sukses menyedot perhatian penonton. Dari 800 undangan, puluhan ribu masyarakat berbodong-bondong karena penasaran bagaimana prosesi ‘pernikahan’ itu akan berlangsung.

Baca juga: Netizen: Virus Corona Siklus Wabah 100 Tahun Sekali

Antusiasme masyarakat yang ingin menyaksikan karya Bramantyo saat itu sempat menimbulkan kemacetan hingga 7 KM dari pusat keramaian. []

Berita terkait
Pilot Kena Corona, Pemerintah Jamin Penerbangan Aman
Pemerintah terus mengutamakan keselamatan awak kabin pada industri penerbangan Indonesia menyusul wafatnya seorang pilot karena virus corona.
Hantavirus Tewaskan Warga China, Warganet Gempar
Seorang warga China dilaporkan meninggal dunia lantaran terinfeksi hantavirus.
Cher Bantu Tim Medis Covid-19 Lewat Jejaring Sosial
Superstar Hollywood kontroversial, Cher, membantu tim medis penanggulangan virus corona (Covid-19) lewat jejaring sosial.