BPS: Impor Bahan Baku Drop, Ekonomi Positif Terkulai

BPS mencatat terjadi penurunan sejumlah komponen impor pada periode April 2020. Salah satunya melemahnya permintaan terhadap bahan baku.
Pekerja melakukan pemotongan besi di industri logam Desa Lemah Duwur, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu, 29 Januari 2020. (Foto: Antara/Oky Lukmansyah/pd)

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan sejumlah komponen impor pada periode April 2020. Salah satu yang mendominasi adalah melemahnya permintaan terhadap bahan baku/penolong industri.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan tersebut harus terus diwaspadai pemerintah secara periodik sebagai indikator terjadinya pelemahan ekonomi di dalam negeri.

“Ini [penurunan impor] bisa memberikan dampak pada sektor industri, perdagangan, dan investasi yang cukup besar,” ujar Suhariyanto dalam teleconference di Jakarta, Jumat, 15 Mei 2020.

Padahal, kata Hariyanto bahan baku menjadi komoditas paling dominan importasi RI dengan persentase 74,63 persen. Disusul kemudian barang modal sebesar 15,66 persen dan barang konsumsi dengan 9,71 persen.

Adapun untuk periode April 2020, impor bahan baku/penolong tercatat anjlok sembilan persen dibandingkan dengan Maret 2020 menjadi senilai 9,36 miliar dolar Amerika Serikat (US$).

“Beberapa bahan baku yang mengalami penurunan impor pada April 2020 diantaranya adalah golongan logam mulia dari Jepang, crude petroleum oils dari Nigeria,” tuturnya.

Secara nominal, nilai impor Indonesia pada April 2020 sebesar US$ 12,54 miliar atau turun 6,10 persen dibanding Maret 2020. Sedangkan total impor Januari-April 2020 tercatat sebesar US$ 51,71 miliar

Hal serupa juga terjadi dari sisi ekpor yang turut pula mengalami tekanan walaupun tidak sedalam sisi impor. Untuk periode April 2020, RI membukukan ekspor sebesar US$12,19 miliar atau turun 13,33 persen dibandingkan dengan Maret 2020 yang sebesar US$ 14,07 miliar. Lalu, total ekspor sepanjang Januari-April 2020 adalah US$ 53,95 miliar.

Koreksi impor yang lebih dalam ketimbang ekspor menjadikan transaksi perdagangan barang Indonesia surplus sebesar US$ 2,25 miliar.

Melemahnya permintaan impor bahan baku industri mengindikasikan roda perekonomian di dalam negeri cukup terhambat. Kondisi ini pula yang ditengarai menjadi salah satu alasan mengapa BPS menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 2,97 persen pada kuartal I/2020 dibandingkan dengan rerata 2019 yang sekitar 5 persen. []

Berita terkait
BPS: Ekspor Turun 13 Persen, Pertambangan Pemicunya
BPS mencatat nilai ekspor pada April 2020 turun 13,33 persen menjadi US$ 12,19 miliar, salah sastu pemicunya adalah sektor pertambangan.
Gibran Rakabuming Sarungan, Blusukan Antar Bantuan
Gibran Rakabuming memakai kaus bergambar Didi Kempot, sarungan, dan bersandal jepit, malam-malam blusukan antar bantuan ke pos ronda.
BPS: Neraca Perdagangan Surplus 743,4 Juta Dolar AS
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2020 mengalami surplus 743,4 juta dolar Amerika Serikat (AS).
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.