Jakarta - Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia Tbk. memprediksi bakal ada kenaikan tarif pesawat sebesar 10 persen hingga 20 persen dari biaya saat ini. Narasi tersebut diungkapkan langsung oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra saat menggelar teleconference khusus dengan Tagar.
Menurut dia, peningkatan ongkos tersebut dimaksudkan guna mengimbangi beban operasional yang cukup tinggi di masa pandemi Covid-19. Pasalnya, airlines dituntut untuk memberikan ruang kosong diantara kursi penumpang guna memastikan protokol physical distancing tetap berlangsung di dalam pesawat.
“Walaupun pada akhirnya nanti harus menaikan tarif pesawat, tetapi kita tunggulah persetujuan dari regulator dan kenaikannya tidak mungkin sampai dua kali lipat,” ujarnya Jumat, 12 Juni 2020.
Menurut Irfan, pihaknya kini terus melakukan sejumlah upaya efisiensi untuk membantu bisnis perusahaan tetap berjalan. Salah satu yang difokuskan adalah mengurangi instrumen biaya yang tidak terkait langsung dengan urusan operasional penerbangan.
“Untuk itu kami juga memastikan tidak ada komponen-komponen lain yang over heat cost, yang tidak terkait langsung dengan penerbangan, seperti gaji dan fasilitas untuk dilihat ditinjau ulang supaya bisa mendatangkan margin,” tuturnya.
Untuk diketahui, rerata keuntungan maskapai sebesar satu hingga dua persen baru didapatkan penyelenggara penerbangan apabila tingkat keterisian penumpang (okupansi) telah melebihi angka 70 persen dari kapasitas pesawat. Kondisi tersebut cukup memberatkan mengingat perusahaan aviasi harus mematuhi ketentuan jumlah penumpang maksimal 50 persen.
Meskipun demikian, Garuda Indonesia sedikit terbantu konfigurasi tempat duduk di dalam kabin yang bisa memperbesar persentase jumlah penumpang. Sebagai informasi, maskapai dengan kode saham GIAA ini dapat memuat sekitar 70 persen penumpang untuk kelas ekonomi dengan pola kursi 3-3 yang memberi satu ruang kosong untuk setiap tiga kursi.
Sedangkan kelas bisnis dengan konfigurasi 2-2, dapat menampung 63 persen penumpang dari kapasitas maksimum dengan satu ruang kosong dari dua kursi.
“Betul load factor bisa mempengaruhi harga tiket, tetapi itu bukan satu-satunya, masih ada elemen lain yang menentukan seperti harga sewa pesawat.Ini yang sedang kami negosiasikan untuk mendapat harga yang lebih baik,” ucap Irfan.
Baca juga :
- Swiss dan Ambisi Jadi Raja Fintech Global
- Dubes Muliaman Hadad Ungkap Kondisi WNI di Swiss
- Siasat Menperin Jaring Perusahaan AS yang Relokasi