Bincang-bincang Sastra Usung ‘Srawung Karuh Media Sastra Jawa’

Mengusung tajuk "Kalamangsa: Srawung Kawruh Media Sastra Jawa", Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta kembali menggelar Bincang-bincang Sastra.
BINCANG-BINCANG SASTRA: Dalam acara Bincang-bincang Sastra Edisi 143 pada Sabtu (26/8), Studio Pertunjukan Sastra (SPS) dalam semangat kemerdekaan Indonesia menghadirkan mahasiswa dan alumni Universitas Dahlan (UAD) yang meramaikan pementasan musikalisasi puisi bertajuk “Kemerdekaan Musik Puisi”. (Foto: Ist)

Yogyakarta, (Tagar 23/9/2017) – Mengusung tajuk "Kalamangsa: Srawung Kawruh Media Sastra Jawa", Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta bekerja sama dengan Taman Budaya Yogyakarta kembali menggelar Bincang-bincang Sastra di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta pada Sabtu 23 September 2017, pukul 20.00 WIB.

"Dalam acara ini akan hadir sebagai pembicara, Ratun Untoro (Kalawarti Pagagan Balai Bahasa DIY), Ahmad Jalidu (Penerbit Garudhawaca), Fajar Laksana (Kalawarti Mapah Mangsa Sastra Nusantara, UGM Yogyakarta)," kata Ketua Studio Pertunjukan Sastra (SPS) Yogyakarta Mustofa W Hasyim, Jumat (22/9).

Disebutkan, untuk moderator dalam acara ini dihadirkan Taufiq Hakim, juga akan ditampilkan pembacaan sandiwara bahasa Jawa oleh Titer Kamasutra (Jurusan Sastra Nusantara UGM Yogyakarta) dan pembacaan cerkak oleh Cak Kandar (Studio Pertunjukan Sastra).

"Kalau di zaman sekarang manusia Jawa mengalami kesenjangan dalam 'srawung' (interaksi) rasa-rasanya wajar-wajar saja. Karena tempat untuk 'srawung' pengetahuan tentang budaya Jawa semakin sedikit. Tidak menutup kemungkinan lama-lama akan hilang," jelasnya.

Menurut dia, media massa berbahasa Jawa dan khusus sastra Jawa yang memuat nilai-nilai Jawa menjadi salah satu cara yang barangkali bisa diharapkan peranannya. Apalagi saat ini media informasi sudah berkembang amat sangat cepat dengan adanya internet.

"Di situlah tempat 'pasrawungan' manusia Jawa hari ini. Pertanyaannya, sejauh mana masyarakat Jawa memanfaatkan keberadaan media informasi itu untuk perkembangan budaya dan sastra Jawa? Sementara kita tentu saja tidak bisa meninggalkan yang namanya kalawarti bahasa dan sastra Jawa yang ada hingga saat ini. Lantas bagaimana peranan media cetak, dalam hal ini kalawarti bahasa dan sastra Jawa di tengah masyarakat? Apakah masih banyak yang menantinya terbit lalu membacanya?" tukasnya.

Koordinator acara Latief S Nugraha mengatakan, Studio Pertunjukan Sastra sedang mencoba belajar kembali mengenai sastra Jawa.

"Di dalam Bincang-bincang Sastra edisi 144 ini akan kembali menerka sejauh mana perkembangan kualitas karya sastra Jawa dan perkembangan media penyebarannya di era multi media sekarang ini," kata dia.

Ia mengatakan, karena itulah dihadirkan dalam acara ini peneliti yang sekaligus redaktur kalawarti sastra Jawa Pagagan dari Balai Bahasa DIY, Ratun Untoro.

"Selain itu, ada Fajar Laksana perwakilan dari mahasiswa Prodi Sastra Nusantara UGM sebagai generasi milenial yang menginisiasi lahirnya majalah sastra berbahasa Jawa dengan mengedepankan warna bahasa dialek lokal di Jawa, yakni kalawarti Mapah Mangsa yang kini tengah memasuki edisi ke-III," ujarnya.

Sementara untuk perkembangan sastra Jawa di media dalam jaringan (daring) dan penyediaan buku-buku budaya dan sastra Jawa cetak maupun elektronik kami menghadirkan Ahmad Jalidu.

Ia mengatakan, keberadaan sastra Jawa memang perlu dijaga bersama oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahwa media dalam jaringan dan media cetak memungkinkan untuk memupuk keberadaannya sehingga bisa tumbuh ngrembuyung di tengah masyarakat.

"Salah satu pekerjaan rumah yang tidak terselesaikan adalah soal apresiasi terhadap karya sastra Jawa mutakhir. Namun demikian, kita juga perlu menilik kembali perihal bobot kualitas karya sastra Jawa saat ini. Apakah secara kualitasnya memang layak untuk diapresiasi?" ucapnya. (yps/ant)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.