Bidan Icha, Pahlawan di Jalan Sunyi

Hardinisa Syamitri akrab disapa Icha adalah seorang bidan. Ia dianggap makhluk aneh di tengah dominasi dukun di kampung terpencil Luak Begak.
Hardinisa Syamitri Memberikan materi tentang pentingnya kesehatan kepada para lansia di Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. (Foto: Tagar/dok.Hardinisa Syamitri/Riki Chandra)

Limapuluh Kota - Hardinisa Syamitri, akrab disapa Icha, adalah seorang bidan. Ia dianggap makhluk aneh di tengah dominasi dukun di Jorong Luak Begak, Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Sebuah kampung terpencil berpenghuni 500 jiwa lebih, tanpa listrik dan sinyal telekomunikasi.

Eksistensi dukun beranak tak lekang dimakan zaman. Praktik pengobatan tradisional ini masih eksis di berbagai pelosok Tanah Air yang telah memiliki tenaga kesehatan mumpuni dengan peralatan medis canggih.

Bukan pekerjaan mudah mengubah paradigma masyarakat yang turun-temurun tersugesti manjurnya pengobatan dukun. 

Fenomena itu pula yang harus dihadapi Icha ketika takdir membawanya ke sudut kampung terpencil di Kabupaten Limapuluh Kota.

Saya bidan pertama yang ditempatkan di sini. Masyarakat belum bisa menerima kehadiran tenaga medis.

Lebih tiga tahun bidan lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi (tahun 2019 berubah jadi Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi) ini berjuang melepaskan masyarakat dari belenggu dukun, terutama dukun beranak. 

"Sangat terisolir. Namanya saja bidan desa di daerah terisolir," kata Icha kepada Tagar, Kamis malam, 5 Desember 2019.

Tahun 2006 pertama kali Icha menginjakkan kaki di Luak Begak. Kedatangannya tidak serta merta diterima, sebaliknya dianggap aneh masyarakat sekitar. Sebab seumur-umur baru kali ini ada seorang bidan yang ditempatkan dan menetap bertugas di Luak Begak.

Tiga pekan melawati malam di Luak Begak, suasana semakin tak menentu. Icha seolah-olah tidak dianggap sebagai tenaga medis. Sebab setiap persoalan kesehatan selalu dibawa ke praktik dukun aktif yang ada di jorong tersebut.

"Saya bidan pertama yang ditempatkan di sini. Masyarakat belum bisa menerima kehadiran tenaga medis. Mereka tetap dan kukuh percaya dukun. Mau berobat sakit, melahirkan, semuanya ke dukun," tutur Icha yang kala itu masih berusia 22 tahun.

Sebulan dua bulan berlalu, Icha kian bingung dengan sikap warga yang tetap belum menganggap bidan itu penting. Padahal tujuan penempatannya di sana untuk membantu proses persalinan dan pengobatan warga sebagai perpanjangan tangan Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota.

Perlahan-lahan Icha mengkaji akar dari permasalahan. Dia pun menemukan titik terang bahwa yang menjadi persoalan utama di kampung itu bukan semata-mata karena keberadaan dukun. Melainkan sugesti dari orang tua meyakinkan anak-anaknya tentang peran dukun yang lebih baik daripada bantuan medis.

"Anak-anak di kampung itu selalu bilang, kata nenek saya, kata amak (ibu) saya, berobat itu ke dukun ini dan melahirkan di dukun itu. Dukun ini hebat, tidak perlu ke bidan. Jadi mereka berpatokan pada anjuran orang-orang tua, sehingga tidak menghiraukan penjelasan medis dari segi kesehatan dan sebagainya," tutur Icha.

Dia memutar otak mencari cara mendekati para orang tua, terutama kaum ibu-ibu lanjut usia (lansia) yang titahnya paling didengar. Sempat tak tidur bermalam-malam Icha mengonsep program pemberdayaan masyarakat yang hendak dilakukannya.

Mula-mula, didatanginya satu persatu rumah warga yang di dalamnya ada lansia kemudian diajak bergabung dalam program sehat rohani dan jasmani (seroja), sebuah gerakan yang lahir dari pemikirannya sendiri setelah bermalam-malam bingung dengan keadaan.

Ketika lansianya sudah tersadarkan, secara otomatis anak dan cucu-cucunya pasti akan menurut petuah mereka.

Seroja mengajak para lansia aktif berolahraga dengan senam pagi. Selain itu fokus dari kegiatan ini adalah memberikan penyadaran tentang pentingnya pengobatan medis, terutama bagi ibu-ibu hamil dan melahirkan. Sehingga dukun tidak lagi menjadi tujuan utama dalam konsultasi masalah kesehatan ibu, bayi, termasuk demam.

Namun usaha awalnya belum menuai hasil memuaskan. Banyak lansia yang tidak mau bergabung dengan berbagai alasan, seperti tidak punya waktu, mengasuh cucu, sibuk bekerja, dan sebagainya.

"Saya juga dianggap ngawur. Katanya mau memberikan pengetahuan tentang medis untuk ibu-ibu hamil, tapi kok yang diajak lansia. Apa tujuannya, lagian dia bidan baru, masih gadis, mau mengajari orang tua," kata Icha mengenang penolakan awal gerakan seroja lansianya.

Banyak lagi ocehan miring yang melemahkan posisinya sebagai bidan berseliweran di tengah masyarakat. Bukannya mundur, semangat Icha justru semakin menyala dan tak gentar terus meyakinkan kaum tua.

Senam LansiaPara lansia di Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat rutin menggelar senam setiap sekali sebulan dalam gerakan sehat rohani dan jasmani (seroja). (Foto: Tagar/dok.Hardinisa Syamitri/Riki Chandra)

Lama-kelamaan berkat kegigihannya, satu, dua, hingga 10 lansia mau diajak aktif di seroja. Kegiatan tersebut dilakukan di tempat yang tidak menentu. Kadang di kediamannya, posyandu, dan rumah warga sendiri. Temanya tidak saja menyoal persalinan, namun juga membahas kesehatan jantung, dan beragam penyakit yang rawan datang di usia senja.

"Saya gelar pertemuan sekali sebulan setiap hari minggu. Tema awal-awalnya tentu tentang kesehatan. Lalu agar tidak bosan, saya giatkan juga senam untuk lansia," tuturnya.

Icha memberikan pemahaman tentang bahayanya persalinan dengan tangan dukun. Apalagi di dunia medis, melahirkan dengan dukun itu masuk rapor merah. "Bukan karena dukun tidak baik, tapi kan ada hal-hal yang memang bahaya, apalagi ini menyangkut nyawa manusia," katanya.

Setahun berlalu, meski sebagian lansia mulai tervirus dan aktif di seroja, namun persoalan keyakinan dukun dan bidan belum drastis berubah. Apalagi di Jorong Luak Begak, terdapat belasan dukun pengobatan alternatif dan seorang dukun beranak yang semuanya aktif mengobati warga.

"Demam, panas sampai melahirkan di sini pakai tenaga dukun. Nah ini yang saya bertekad mengubahnya," katanya.

Kehadiran bidan desa ini sempat membuat seorang dukun beranak merasa tersaingi. Suatu ketika, Icha membantu persalinan kerabat dekat seorang dukun. Namun ketika proses melahirkan akan dimulai, tiba-tiba datang dukun tersebut dan tanpa basa-basi menyebut melahirkan tidak perlu ke bidan.

"Kok dibawa ke bidan? Di rumah saja. Karena kerabatnya ini takut, dia pun menuruti untuk melahirkan di rumah dukun beranak itu," terangnya.

Malangnya, ketika persalinan di rumah dukun selesai, anaknya lahir tanpa mengeluarkan tangis. Kondisi ini membuat si dukun panik karena hal tersebut jarang dan hampir tidak pernah terjadi. Akhirnya bayi kembali dilaporkan ke bidan Icha.

"Kalau bidan ada penanganan pertama saat anak lahir tidak menangis. Nah setelah saya tangani, bayi pun menangis dan dukunnya ikut berterima kasih," kenangnya.

Perubahan besar terjadi setelah kejadian itu. Tidak saja soal meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bidan, peristiwa itu turut menyadarkan dukun yang akhirnya bergabung dalam gerakan seroja. Dukun itu pun ikut mengampanyekan agar masyarakat tidak lagi berobat melalui tangannya, karena penanganan medis lebih baik.

Lansia yang mengampanyekan pentingnya bersalin lewat bidan. Sehingga anak cucunya percaya dan perlahan meninggalkan dukun.

Icha sengaja menyebar pengetahuan tentang medis kepada lansia, karena mereka yang sangat berperan di kampung itu dalam memberikan sugesti dukun pada generasi muda. Mulai dari anak-anaknya, cucu, semua patuh kepada anjuran lansia.

"Ketika lansianya sudah tersadarkan, secara otomatis anak dan cucu-cucunya pasti akan menurut petuah mereka. Sebab para lansia-lah yang menganjurkan untuk berobat ke dukun beranak," tuturnya.

Setelah gerakan seroja dihadiri lebih 30 orang lansia, Icha mulai melibatkan kawan-kawan seprofesinya di puskesmas untuk terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan itu. Sehingga tema-tema yang disajikan semakin kompleks. Tidak saja menyoal kesehatan dan senam semata, seroja juga menggelorakan semangat lansia untuk aktif menari dan kasidah rebana.

"Lansia yang mengampanyekan pentingnya bersalin lewat bidan. Sehingga anak cucunya percaya dan perlahan meninggalkan dukun," katanya.

Gerakan seroja yang dimotorinya berkegiatan dengan dana iuran anggota kelompok. Besarannya tidak ditentukan dan yang penting menyumbang setiap sebulan. Sumbangan itulah yang digunakan untuk biaya makan dan minum selama menggelar pertemuan, senam, dan sebagainya.

Jorong Luak Begak berubah 180 derajat dari segi pengakuan kepada bidan dan tenaga medis. Tahun 2010 atau tiga tahun setelah gerakan seroja hadir, masyarakat mulai meninggalkan dukun dalam urusan persalinan. Nyaris sejak tahun itu, semua ibu-ibu hamil melahirkan lewat tangan bidan.

"Sekarang dukun-dukunnya banyak yang aktif di seroja. Ini saya yakini dampak dari menyadarkan lansia, sehingga generasinya tidak lagi ragu-ragu berobat dan melahirkan dengan bidan," katanya.

Sengsara Membawa Nikmat

Perempuan kelahiran 2 Mei 1984 itu tidak pernah bermimpi merintis gerakan kecil yang akhirnya berdampak besar di kampung pelosok itu. Apalagi dia pernah bersungut-sungut dan sedih ketika mengetahui penempatannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) berada di daerah terisolir.

"Saya betul-betul tidak tahu Luak Begak itu di mana awalnya, nenek saya pun tidak tahu. Padahal orang tua dan saya sendiri asli Koto Tinggi yang masih satu kecamatan dengan Luak Begak," tutur Icha.

Dia sendiri juga tidak pernah bercita-cita ingin menjadi bidan desa. Apalagi ketika mengikuti tes CPNS tahun 2006, Icha sudah menjadi asisten dosen di salah satu kampus di Provinsi Riau. "Cita-cita saya itu dulu jadi dosen. Tes bidan ini awalnya coba-coba saja dan tahu-tahunya lulus," katanya.

Semula, lanjut sarjana terapan kebidanan itu, pihak dinas kesehatan menyebut penempatannya tidak jauh dari Kota Payakumbuh, jalannya bagus, ada sinyal handphone dan mudah akses transportasi. Namun setelah lokasinya diketahui, keadaannya justru berbanding terbalik.

Saya bersyukur bisa menginjakkan kaki di Luak Begak. 

Luak Begak kala itu betul-betul masih terbelakang. Tidak ada sinyal dan listrik, jalan menuju kampung juga sangat memperihatinkan. Jangankan mobil, sepeda motor pun jarang melintas di jalan perkampungan itu. Ketika diguyur hujan, jalan menjadi sangat becek dan sulit dilewati sepeda motor.

"Dulu kalau ke sana harus bawa baju ganti. Sebab turun dari sepeda motor, baju akan berubah warna karena debu, apalagi kalau sudah hujan," tuturnya.

Di Lubuak Begak, Icha tinggal di rumah bekas kantor jorong yang kondisinya cukup memprihatinkan. Sejumlah kayu rumah lapuk, atap pun bocor yang membuat dia kerap kecipratan air ketika hujan melanda kampung tersebut.

"Awalnya sendiri saja. Setelah lumayan dekat, saya ditemani sejumlah anak gadis," katanya.

Seiring berjalan waktu, Icha mulai mencintai pekerjaannya. Jalan takdir membawanya larut menjadi bidan hingga melahirkan gerakan seroja yang kini mengubah pandangan hidup masyarakat Luak Begak.

LansiaPara lansia di Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat yang tergabung dalam gerakan sehat rohani dan jasmani (seroja). (Foto: Tagar/dok.Hardinisa Syamitri/Riki Chandra)

Ketika hasil gerakan seroja mulai terlihat nyata, Icha dipindahtugaskan ke Jorong Talang Anau atau daerah tetangga Luak Begak. Di sini, praktik dukun pun masih aktif berlangsung, namun tidak separah di tempat pertama kali dia menjadi bidan.

Meski begitu, gerakan seroja di Luak Begak tetap berjalan dan rutin digelar setiap bulan. Bedanya kini cakupan Icha semakin luas, karena program seroja juga diterapkannya untuk lansia-lansia di Jorong Talang Anau.

"Tetap berjalan bahkan lebih antusias lansianya berkegiatan bersama kami dan sekarang bidan di sana yang meng-handle," katanya.

Hal itu diakui salah seorang lansia, Erniwarti, 63 tahun. Dia bahkan mengganggap bidan Icha pahlawan pemikiran masyarakat, terutama para orang tua di Nagari Talang Anau. Menurutnya, sejak puluhan tahun silam masyarakat di nagari tersebut aktif berobat ke dukun, terutama dalam urusan persalinan.

"Sejak buk bidan ada, saya tidak perbolehkan lagi anak-anak saya melahirkan dengan dukun, semuanya harus dengan bidan. Ternyata memang berbahaya melahirkan lewat dukun dan saya itu dari pelajaran yang diberikan di seroja," kata warga Jorong Talang Anau itu.

Selain itu, kata Ermiwati, program seroja juga memberikan pengetahuan tentang bagaimana menjaga tubuh agar tidak rentan diserang rematik, sakit jantung, dan sebagainya.

"Saya aktif senam dan kegiatan seroja lainnya. Alhamdulillah badan sehat, pikiran tenang. Seroja sudah seperti rumah kami lansia untuk berkumpul dan bersenda gurau," katanya yang diamini lansia lainnya, Arnim Asmida, 50 tahun.

Di sisi lain, Icha juga tidak pernah menyangka gerakan seroja itu, mengantarkannya meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards 2013. Dia menyabet juara 1 bidang kesehatan di ajang lomba tahunan persembahkan PT Astra International Tbk untuk generasi muda yang menginspirasi.

Dia sempat bingung atas terpilihnya menjadi wakil Sumatera Barat dan berhasil menyisihkan pesaing dari seluruh Tanah Air. Sebab gerakan seroja sejak 2006 hingga 2010 berjalan sunyi. Tidak pernah terekspos media mana pun, bahkan pemerintah Kabupaten Tanah Datar belum sepenuhnya mengetahui perjuangan Icha di Luak Begak.

Gerakan besar berawal dari titik terkecil yang bahkan melelahkan.

Kabar terpilihnya Icha ini datang ketika ia tengah bertugas di Jorong Talang Anau. Tiba-tiba suatu hari datang telepon yang katanya dari Jakarta, lantas menanyakan kegiatan yang dilakukannya.

"Saya tanya, Bapak siapa? Ada keperluan apa kok tanya-tanya kegiatan seroja? Dia jawab waktu itu, kami panitia SATU Indonesia Award di Jakarta. Saya bingung, kan, karena merasa tidak ikut lomba-lomba dan segala macam," kata Icha mengenang pengalaman mendebarkan 6 tahun silam.

Setelah telepon pertama, dengan rasa penasaran tinggi Icha mencari tahu siapa orang yang mendaftarkannya dalam lomba bertaraf nasional tersebut. Ternyata ia didaftarkan temannya yang mengaku terinspirasi dari gerakan seroja.

Beberapa pekan kemudian masuk lagi telepon dari nomor yang sama dan menanyakan apakah kediamannya jauh dari bandara. Masih setengah bingung, Icha pun menjawab tempat tinggal sekitar 4-5 jam dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM).

"Katanya mau melihat kegiatan seroja. Saya tanya apa yang harus dipersiapkan? Katanya cuma penginapan dan saya jawab di sini tidak ada hotel, tapi mereka mau menginap di rumah warga saja," tuturnya.

Sampai sebelum kedatangan tim SATU Indonesia Award, Icha masih merasa bingung dengan semua yang dialaminya. Selama ini setiap agenda lomba di pemerintah, selalu disiapkan segala sesuatu yang akan dinilai, namun lomba ini berbeda. Mereka hanya ingin datang dan melihat dari dekat seperti apa kegiatan seroja itu.

Tak lama setelah observasi ke Jorong Luak Begak, Icha dikabarkan masuk 10 besar SATU Indonesia Award dan diminta ke Jakarta untuk mempresentasikan gerakan seroja yang dirintisnya sejak 6 tahun jelang masuk nominasi.

"Alhamdulillah saya menjadi yang terbaik di bidang kesehatan. Saya sangat terharu dan bangga bisa membawa nama Limapuluh Kota dan Sumbar di tingkat nasional. Padahal jujur, saya pribadi tidak mengekspos kegiatan ini," kenangnya.

Di lain hal, Astra tidak melepaskan Icha begitu saja setelah berhasil memenangkan perlombaan itu. Dia mendapat sejumlah bantuan sebagai penunjang meneruskan pengabdiannya di seroja, seperti infokus dan sebagainya.

Hingga kini, Astra juga memberikan kesempatan bagi Icha berkeliling nusantara untuk memberikan motivitas bagi perempuan dan generasi muda. Sasarannya satu, yakni mewariskan semangat juang yang hingga kini masih terjaga utuh di dalam diri sang bidan itu.

Sejak berhasil menjadi yang terbaik di ajang SATU Indonesia Award, Icha pun diundang salah satu stasiun televisi nasional untuk mempresentasikan gerakan seroja. Di kampung, nama bidan Hardinisa Syamitri pun mulai dikenal pemerintah daerah.

Dia membawa puskesmas pembantu tempatnya bekerja menjadi puskesmas terbaik kedua tingkat Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2010. Selain itu, Icha juga menjadi terbaik 1 kategori tenaga kesehatan teladan Kabupaten Limapuluh Kota 2019.

"Saya bersyukur bisa menginjakkan kaki di Luak Begak. Di sana saya belajar dengan semua dinamika kampung, di sana juga belajar tentang arti perjuangan," katanya.

Gerakan seroja kini menyebar di tiga jorong Nagari Talang Anau, Kecamatan Limapuluh Kota. Masing-masing di Jorong Luak Begak, Jorong Talang Anau dan Jorong Simpang Padang. Jika dulu fungsi utama seroja untuk mentransformasikan pandangan dukun kepada bidan, kini Icha yang telah melibatkan dua bidan desa lainnya berjuang memberikan penyadaran agar masyarakat yang memiliki balita, rutin membawanya ke posyandu.

"Soal melahirkan dukun sudah tuntas dan nyaris tidak ada lagi yang bersalin lewat dukun. Hari ini, seroja mengajak para ibu untuk teratur membawa anaknya ke posyandu atau puskesmas," katanya.

Seroja mengintegrasikan kegiatan lansia dengan posyandu. Sehingga tidak ada lagi alasan bagi kaum ibu untuk tidak membawa balitanya ke posyandu.

"Dulu alasannya tidak ke posyandu karena bekerja dan anak-anak di rumah dengan neneknya. Nah sekarang neneknya kami ajak, tentu tidak ada alasan lagi. Alhamdulillah tingkat kunjungan posyandu sejak beberapa waktu belakangan juga mulai meningkat," katanya.

Selain itu, lansia kini juga diberi pengetahuan untuk memanfaatkan barang-barang bekas menjadi kerajinan tangan. Kalaupun tidak untuk dijual, minimal hasil barang rongsokan tersebut dapat menghiasi rumah. Seperti membuat pot bunga dari kaleng bekas, bunga, dan sebagainya. Kegiatan seroja juga menyehatkan pikiran dan dapat menunda kepikunan lansia.

"Saya berharap gerakan seroja tetap hidup jika pun nanti saya tidak lagi di sini. Untuk generasi muda apa pun profesinya, mengabdilah dengan sepenuh hati. Sebab gerakan besar berawal dari titik terkecil yang bahkan melelahkan," tuturnya.

Gerakan seroja memang berdampak baik terhadap masyarakat di tiga jorong tersebut. Hal ini juga diakui Wali Nagari Talang Anau, Rahmat. Menurutnya, seroja membuat lansia aktif bergerak dan berpikir. Apalagi gerakan tersebut juga membawa perubahan pandangan masyarakat yang dulunya masih menomorsatukan dukun.

"Kalau dukun beranak masih ada di nagari ini, tapi boleh dikatakan tidak praktik lagi, kecuali dalam hal-hal mendadak sekali. Tidak ada bidan atau jauh, baru mereka membantu," katanya.

Lansia LagiPertemuan rutin Hardinisa Syamitri dengan para lansia di Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. (Foto: Tagar/dok.Hardinisa Syamitri/Riki Chandra)

Rahmat membenarkan ketika bidan Icha bertugas di Jorong Luak Begak, aktivitas dukun beranak masih tumbuh subur. Salah satu faktor mungkin karena sulitnya akses menuju kampung tersebut. Apalagi Jorong Luak Begak baru ditempuh listrik sejak tahun 2009. Namun kini para dukun justru aktif dengan gerakan seroja dan membantu kerja bidan dalam mensosialisasikan program kesehatan.

"Waktu bidan Icha di sana belum ada listrik. Sekarang sudah tapi sinyal telekomunikasi belum masuk juga," katanya.

Dia mengatakan Seroja tidak saja berguna untuk persoalan kesehatan, namun juga menjadi mitra pemerintah nagari. Para lansia aktif bergotong royong setiap Nagari Talang Anau mengadakan berbagai kegiatan. Dia berharap gerakan-gerakan seperti seroja ini juga lahir di nagari-nagari lainnya di Sumatera Barat, sehingga para lansia tetap bisa berperan di usia senja.

"Alhamdulillah banyak apresiasi yang diterima buk bidan Icha, mulai dari tingkat nasional hingga daerah. Tidak ada kata untuk tidak mendukung gerakan bermanfaat seperti ini," tuturnya. []

Berita terkait
Kusir Setia Penjaga Bendi di Kota Padang
Keberadaan bendi di Kota Padang kian tak dilirik penumpang. Namun masih ada kusir yang setia menjaga bendi agar tak punah dilindas zaman.
Berkah Sampah di Nagari Situjuah Batua
Nagari Situjuah Batua, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar, mengelola sampah dengan baik. Konon program itu terinspirasi dari mahasiswa Jepang.
Ratapan Hantu Mall Klender, Korban Tragedi Reformasi
Mall Klender terbakar pada awal reformasi. Mayat bergelimpangan di mana-mana. Hingga kini cerita hantu masih menjadi bisik-bisik di mall tersebut.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.