Jakarta - Kurs rupiah melemah di awal perdagangan, pada Jumat 22 Januari 2021. Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengungkapkan di satu sisi rupiah berpotensi akan terkoreksi jika euro melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Alwi mengamati European Central Bank (ECB) mulai khawatir akan penguatan euro yang berpotensi menghambat laju inflasi.
"Jika euro terkoreksi maka dolar AS bisa menguat dan berimbas juga ke pelemahan rupiah," ujanya.
Meskipun sentimen risk on masih menyelimuti, pelaku pasar sudah priced in pada euforia acara pelantikan presiden di Amerika Serikat. Alwi menggambarkan rupiash akan berpotensi melemah tipis ke Rp 13.910 per dolar AS sampai Rp 14.100 per dolar As pada hari ini, Jumat 22 Januari 2021.
- Baca juga : Bank Indonesia Luncurkan Aplikasi Chat LISA
- Baca juga : Bank Indonesia Ajak Milenial Mencintai Kain Nusantara
Ekonom Bank Mandiri Reni Eka Puteri mengatakan, BI yang menetapkan suku bunga di 3,75 persen, berpotensi membuat pergerakan rupiah stabil.
"Pergerakan rupiah Jumat (22 Januari 2021) didominasi data AS dan Eropa, dari domestik tidak ada," imbuh Reny, Kamis, 21 Januari 2021.
Reny memproyeksikan rupiah melemah tipis ke Rp 13.935 per dolar AS-Rp 14.060 per dolar AS pada hari ini, 22 Januari 2021.
Dilansir dari Bloomberg, rupiah berada ke level Rp 14.025 per dolar AS atau melemah 0,18 persen. Kurs rupiah di pasar spot menguat 0,25 persen ke Rp 14.00 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor menguat 0,18 persen ke Rp 14.039 per dolar AS.
Jika euro terkoreksi maka dolar AS bisa menguat dan berimbas juga ke pelemahan rupiah.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo di level 3,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur BI Januari 2021.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Januari 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,5%," ujar Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam keterangan pers setelah selesai RDG, Kamis, 21 Januari 2021.
Gubernur BI juga menambahkan, BI akan selalu memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya serta mendukung kebijakan lanjutan untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional lewat lima kebijakan.
Pertama, pembukaan sektor produktif aman dan baik dalam lingkup nasional maupun masing-masing daerah. Kedua, akselerasi stimulus fiskal oleh pemerintah. Yang ketiga, penyalun kredit perbankan dari sisi permintaan serta penawaran.
Keempat, BI akan melanjutkan stimulus moneter serta makroprudensial yang telah tergulir. Serta yang kelima, mempercat digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya pengembangan UMKM yang didukung langkah akselerasi digiltalisasi sistem pembayaran di BI. []
(Risma Dewi Indriani)