BI Putuskan Tahan Repo Rate 5 Persen di Awal Tahun

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,00 persen.
Bank Indonesia. (Fot: indonesia.go.id)

Jakarta - Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,00 persen. Hal tersebut ditetapkan usai petinggi bank sentral melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir pada Kamis, 23 Januari2020. Suku bunga acuan, Bank Indonesia juga memberlakukan ketentuan Deposit Facility sebesar 4,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,75 persen.

Asumsi sejumlah acuan tersebut didasarkan pada kondisi makro moneter yang tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali. Dalam keterangan resminya, Bank Indonesia menyebut bahwa kebijakan makroprudensial yang akomodatif ditempuh untuk mendorong pembiayaan ekonomi sejalan dengan siklus finansial yang di bawah optimal dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian.

"Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal, serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi," tulis BI seperti yang dikutip dari laman resmi, Kamis, 23 Januari 2020.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan ditopang perbaikan ekspor dan konsumsi rumah tangga yang tetap baik. Perbaikan ekspor didorong kenaikan permintaan mitra dagang dan harga beberapa komoditas ekspor utama.

Peningkatan investasi diprakirakan berlanjut didorong pembangunan infrastruktur serta kenaikan keyakinan pelaku usaha sebagai dampak peningkatan ekspor dan kemudahan iklim berusaha sejalan dengan kebijakan Pemerintah termasuk implementasi Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.

Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2019 dapat mencapai sekitar 5,1% dan meningkat dalam kisaran 5,1-5,5 persen pada tahun 2020.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2019 diprakirakan terus membaik sehingga menopang ketahanan sektor eksternal. NPI yang membaik ditopang naiknya aliran masuk modal asing dan terkendalinya defisit transaksi berjalan.

Aliran masuk investasi portofolio asing ke pasar keuangan domestik pada triwulan IV 2019 tercatat neto US$ 6,36 miliar, lebih tinggi dari perkembangan triwulan III 2019 sebesar neto US$ 4,88 miliar.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan yang terkendali didukung oleh membaiknya neraca perdagangan, yang pada Desember 2019 tercatat defisit US$ 0,03 miliar, menurun tajam dibandingkan dengan defisit bulan sebelumnya sebesar US$ 1,39 miliar. Dengan perkembangan tersebut, defisit transaksi berjalan 2019 diprakirakan sekitar 2,7 persen PDB dan pada 2020 tetap terkendali dalam kisaran 2,5-3,0 persen PDB.

Posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2019 meningkat menjadi US$ 129,2 miliar, atau setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Nilai tukar Rupiah terus menguat didukung kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang membaik. Pada 22 Januari 2020, Rupiah menguat 1,74 persen (ptp) dibandingkan dengan level akhir Desember 2019. Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada 2019 yang tercatat 3,58 persen (ptp) atau 0,76 persen secara rerata.

"Penguatan Rupiah didorong pasokan valas dari para eksportir serta aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut sejalan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda," kata BI.

Inflasi 2019 tetap rendah dan terkendali sehingga mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi IHK 2019 tercatat 2,72 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi 2018 sebesar 3,13 persen dan berada dalam kisaran sasarannya sebesar 3,5±1 persen. Perkembangan ini menunjukkan inflasi selama lima tahun terakhir konsisten berada dalam kisaran sasarannya.

Ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga sehingga inflasi IHK 2020 tetap terjaga dalam kisaran sasarannya sebesar 3,0±1 persen.

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, meskipun fungsi intermediasi perbankan terus menjadi perhatian. Stabilitas sistem keuangan terjaga tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan November 2019 yang tinggi yakni 23,66 persen, dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang tetap rendah yakni 2,77 persen (gross) atau 1,24 persen (net).

Sementara itu, pertumbuhan kredit belum kuat, meskipun pada November 2019 sedikit meningkat dari 6,53 persen (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 7,05 persen (yoy) dipengaruhi pola musiman permintaan kredit akhir tahun.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga belum kuat, meskipun sedikit naik dari pertumbuhan Oktober 2019 sebesar 6,29 persen (yoy) menjadi 6,72 persen (yoy) pada November 2019. Dengan mempertimbangkan dinamika tersebut, pertumbuhan kredit perbankan 2019 sebesar 6,08 persen sedangkan pertumbuhan DPK sebesar 6,54 persen.

Pada tahun 2020, berbagai sumber pembiayaan diperkirakan membaik sejalan prospek peningkatan pertumbuhan ekonomi, termasuk pertumbuhan kredit dan pertumbuhan DPK yang masing-masing dalam kisaran 10-12 persen dan 8-10 persen.

Ke depan, Bank Indonesia tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait sehingga dapat tetap menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan. []

Berita terkait
Bank Indonesia Musnahkan Uang Setengah Miliar di Sumsel
Jajaran Bank Indonesia (BI) memusnahkan uang palsu dengan nominal lebih dari setengah miliar rupiah yang pernah beredar di provinsi Sumsel.
DPR Pertanyakan Aktor Intelektual Kasus Jiwasraya
Ketua Komisi III DPR Herman Heri mempertanyakan siapa aktor intelektual dibalik kasus korupsi Asuransi Jiwasraya.
Dana Nasabah Jiwasraya Bisa Kembali via Lotus Putra
Pemerintah melalui OJK bentuk anak usaha bernama Lotus Putra demi mengembalikan dana nasabah Jiwasraya yang terbelit polemik.