Semarang - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang tidak bertindak sembarangan dalam membersihkan area lokalisasi Resosialisasi Argorejo atau Sunan Kuning (SK) dan Gambilangu (GBL). Mereka memilih cara humanis untuk membersihkan area lokalisasi dibanding dengan cara kekerasan.
Petugas Satpol PP yang berjumlah 10 orang disana, lebih banyak memantau area dengan berkeliling kawasan daripada mencopot atribut berbau pornografi di tempat karaoke dan wisma.
"Kami menjaga perasaan mereka sehingga memang belum kami lepas. Sebelumnya mereka sudah sanggup untuk melepas sendiri," kata Kepala Satpol PP Semarang Fajar Purwoto di area lokalisasi, Senin, 22 Juli 2019.
Kami sendiri sudah meminta agar pengelola memberedel sendiri. Mereka juga sadar bahwa praktik prostitusi wajib dihilangkan.
Menurut Fajar, cara yang dilakukannya ternyata lebih efektif menyentuh kesadaran masyarat disana. Tanpa harus diperintah, mereka perlahan-lahan mau membersihkan area yang berbau pornografi.
"Ini bagus, kami mengapresiasi karena warga sudah paham dan prosesnya juga tidak ada gesekan. Namun, kami tetap akan melakukan supervisi," tutur dia.
Satpol PP Humanis
Ketua Resosialisasi Argorejo atau Sunan Kuning Suwandi mengamini jika cara yang dilakukan Satpol PP memang humanis karena akhirnya pemilik area porstitusi sadar dengan kewajibannya.
"Kami sendiri sudah meminta agar pengelola memberedel sendiri. Mereka juga sadar bahwa praktik prostitusi wajib dihilangkan," ucap dia.
Meski masih banyak berbagai atribut berbau pornografi seperti gambar perempuan di tembok, papan iklan dan neon box bergambar maupun bertuliskan alat kontrasepsi serta tulisan 'Daerah 100 persen Wajib Kondom' yang masih eksis, Suwandi berjanji tidak dibiarkan begitu saja. Dia yakin proses pembersihan akan selesai sebelum tenggat waktu yang telah ditentukan.
"Jadi, sebelum ditutup Agustus, kami upayakan tampilan komplek sudah berubah karena di sini akan menjadi kampung tematik kuliner dan wisata religi," tutur dia. []
Baca juga: