Berkibar Banyak Bendera Selain Merah Putih, Tanda Indonesia Genting

'Berkibar banyak bendera selain Merah Putih, bendera hitam tulisan Arab, tanda Indonesia genting.' - Gus Nuril
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menghadiri apel kebangsaan Patriot Garda NKRI (PGN) di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang Jawa Tengah. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang, (Tagar 18/11/2018) - Indonesia dalam keadaan genting, indikasinya adalah maraknya pengibaran bendera selain Merah Putih. 

Hal tersebut disampaikan Nuril Arifin akrab disapa Gus Nuril Pemimpin Patriot Garda NKRI (PGN) dalam apel kebangsaan bela negara di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (17/11). 

"Genting itu Anda sudah tahu sendiri jawabannya. Ketika bendera hitam bertuliskan Arab di-kerek (dikibarkan), bukan merah putih, padahal di Arab dilarang, maka itu sudah genting," ujar Gus Nuril.

Gus Nuril juga Pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang. Ia sebelumnya adalah Panglima Tertinggi Patriot Garuda Nusantara serta Pemimpin Pasukan Berani Mati era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Ia menyatakan siap membangkitkan kembali semangat Pasukan Berani Mati di PGN sebagai garda pertama pembela Pancasila dan NKRI.

Dalam kesempatan ini hadir Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu. Menhan menyatakan kehadirannya bukan bagian dari agenda politik terkait Pemilu 2019.

"Jangan disangkutkan dengan tahun politik. Politik saya adalah politik negara. Politik negara adalah bagaimana bangsa ini bersatu," ujar Menhan.

Menhan Ryamizard mengingatkan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Persatuan tanpa membedakan asal, suku maupun agama dapat menangkal penyebaran paham radikalisme yang terus berupaya merongrong falsafah Pancasila.

"Kita ingat sejarah ke belakang, mulai Sumpah Pemuda, kesepakatan waktu Proklamasi, bahwa kita dalam beragam agama. Itu yang saya sampaikan, ingat bangsa Indonesia itu dari Aceh sampai Papua, agama itu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu dan lain-lain, itu Indonesia," tegas Menhan.

Karena NKRI harga mati, lanjut Ryamizard, maka bicara persatuan adalah dengan tidak menjelekkan, memojokkan atau bahkan memfitnah orang lain yang tidak sekeyakinan. Terlebih mengkafirkan atau bahkan menggolongkan mereka yang tidak seagama dengan pernyataan akan masuk neraka.

"Dalam rujukan Islam, lakum diinikum wa liya diin, untukmu agamamu dan untukku agamaku. Ya sudahlah kita tidak usah omong masuk surga dan neraka,  itu yang tentukan Tuhan. Mari kita hidup bersatu bela saja negara, bersatu untuk negara," tuturnya.

"Kalau kita bicara dengan hati yang baik sesuai agama masing-masing maka tidak akan macam-macam. Tapi kalau hatinya sudah menjelekkan, memojokkan orang lain, memfitnah apalagi, itu kita tahu fitnah lebih kejam dari bunuh orang. Bunuh saja kejam apalagi fitnah, itu hindari, Tuhan tidak suka, kalau Tuhan tidak suka apa artinya? kita rasakan sendiri nanti," tambah Menhan. []

Berita terkait
0
Kesehatan dan Hak Reproduksi Adalah Hak Dasar
Membatasi akses aborsi tidak mencegah orang untuk melakukan aborsi, hal itu justru hanya membuatnya menjadi lebih berisiko mematikan