Berkat ‘Tour de Central Celebes’ Warga Nikmati Jalan Tanpa Lubang

Berkat ‘Tour de Central Celebes’ warga untuk pertama kalinya dalam sejarah pembangunan Sulawesi Tengah bisa meluncur di jalan raya beraspal nyaris tanpa lubang.
PEMBUKAAN TOUR DE CENTRAL CELEBES: Salah seorang peserta merapikan sepedanya saat digelar pembukaan Tour de Central Selebes (TdCC) di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (2/11). Balap sepeda yang digelar 6-8 November itu diikuti sekitar 120 pebalap nasional dan internasional yang akan menempuh jarak sepanjang 486,9 kilometer dan melintasi Kabupaten Tojo Unauna, Poso, Parigi Moutong, Donggala, Sigi dan Kota Palu dalam tiga etape. (Foto: Ant/Basri Marzuki)

Ampana, Sulteng, (Tagar 4/11/2014) - Gara-gara ‘Tour de Central Celebes’ (TdCC) untuk pertama kalinya sepanjang sejarah pembangunan Sulawesi Tengah, masyarakat bisa meluncur di jalan raya beraspal nyaris tanpa lubang sepanjang hampir 400 kilometer.

Kalaupun ditemukan lubang, ukuranya relatif kecil dan jumlahnya bisa dihitung dengan jari tangan dan kaki. Lubang-lubang itupun sedang diberesi oleh tim Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sehingga pada Senin (6/11), lubang-lubang itu dijamin sudah raib seluruhnya.

Itulah yang terjadi saat ini pada ruas jalan nasional antara Kota Palu, Parigi, Poso hingga Ampana. Seluruhnya berstatus jalan negara yang sedang dimuluskan untuk kepentingan lomba balap sepeda wisata internasional Tour de Central Celebes (TdCC), 6-8 November 2017.

Dua pekan lalu, lubang-lubang jalan di poros ini masih cukup banyak, sekarang sudah hampir hilang semuanya.

Selain lubang-lubang aspal yang dibenahi, jajaran Balai Pembangunan Jalan Nasional Wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara Kementerian PUPR juga meminimalisasi permukaan jalan yang bergelombang serta kelokan-kelokan yang aspalnya pecah.

Di beberapa titik, khususnya antara Kota Poso dan Ampana, masih tampak kegiatan pengaspalan dan pembuatan marka jalan sehingga seluruh rute balap sepeda ini akan mulus dalam dua hari ke depan.

Dengan mulusnya jalan raya ini, waktu tempuh juga semakin pendek sehingga dampak ekonomi dari mulusnya jalan ini semakin tinggi.

Poros Palu-Poso sejauh 215 kilometer misalnya, yang biasa ditempuh dalam waktu lima setengah sampai enam jam, kini bisa dijangkau hanya dalam tempo empat jam. Sedangkan poros Poso-Ampana sekitar 185 kilometer yang biasa ditempuh tiga setengah jam, kini hanya dua setengah jam.

Perjalanan para jurnalis peliput TdCC membuktikan hal itu. Berangkat dari Kota Palu pada pukul 09.00 WITA sudah tiba di Poso pukul 13.30 WITA, sudah termasuk waktu istirahat setengah jam di menikmati makanan khas lalampa di Toboli, Kabupaten Parigi Moutong.

"Sekarang biar pake mobil sedan dari Poso ke Ampana, kita tidak ragu lagi akan kandas di jalan. Jalan ini sudah nyaman sekali," kata Basri Marzuki, seorang jurnalis foto yang ikut dalam rombongan itu.

Kalau bukan kegiatan TdCC, kata Basri, masyarakat Sulawesi Tengah pasti belum akan menikmati jalan semulus ini sekarang.

Tour de Central Celebes (TdCC) yang pertama kali digelar di Sulawesi Tengah memang menjadi alasan utama pemerintah membenahi jalur jalan nasional di empat kabupaten dan Kota Palu yang notabene adalah daerah-daerah tujuan wisata unggulan di Sulawesi Tengah.

"Kami sangat berterima kasih kepada Menteri PUPR dan jajarannya yang bersedia mengalokasikan anggaran cukup besar untuk membenahi jalan antara Ampana-Poso-Parigi-Sigi-Palu agar memenuhi kualifikasi Indonesia Cyclist Federation (ICF) dan Union Cyclist Internationale (UCI) untuk sebuah iven balap sepeda profesional," kata Gubernur Sulteng Longki Djanggola.

Paling Pertama

Ketua Harian Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Sulawesi Tengah (Sulteng) Dr Hasan mengakui, aspek jalan raya yang akan menjadi lintasan balap akan selalu menjadi perhatian pertama dan utama untuk dibenahi bila ingin menyelenggarakan iven balap sepeda profesional seperti TdCC.

Pemerintah Provinsi Sulteng memang cerdik karena TdCC ini akhirnya mampu mewujudkan sebuah ruas jalan beraspal tanpa lubang sama sekali dengan panjang seluruhnya 487 kilometer.

"Ini luar biasa, karena dampaknya kepada ekonomi daerah dan kesejahteraan rakyat pasti besar sekali," ujarnya.

Dosen Universitas Tadulako (Untad) yang bertindak sebagai Race Director TdCC ini merasa miris kalau masih ada pihak yang menyoroti TdCC sebagai sebuah kegiatan yang menghambur-hamburkan dana.

Semua kegiatan Tour de Indonesia yang pernah digelar membuktikan bahwa dampak ekonomi dan sosial bagi daerah yang bersangkutan sangat besar.

Pada ‘Tour de Ijen di Banyuwangi’, Jawa Timur, misalnya, pemerintah daerah setempat yang membelanjakan APBD-nya sekitar Rp 5 miliar mampu meraih manfaat sekitar Rp 120 miliar dalam berbagai bentuk mulai dari pengucuran dana pembenahan infrastruktur, objek wisata, hotel, dan restoran, ekonomi kreatif serta meningkatnya omzet usaha kecil dan menengah.

Karena itu, Deputi Pengembangan Sarana Wisata Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti mendesak pemerintah provinsi untuk melanjutkan TdCC secara rutin setiap tahun dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan.

Dampak ekonomi dan pariwisata TdCC akan terlihat setelah tiga sampai lima tahun ke depan, karena itu TdCC harus berkelanjutan dan melibatkan peran yang lebih besar dari seluruh komponen masyarakat sebab pembangunan kepariwisataan sendiri basisnya ada di masyarakat, ujarnya.

Menurut Longki Djanggola, TdCC ini digelar sebagai ajang utama untuk publikasi dan promosi pariwisata dan investasi Sulawesi Tengah, khususnya Kepulauan Togean di Kabupaten Tojo Unauna yang menjadi destinasi wisata utama Sulteng dengan keindahan alam bawah lautnya.

"Saya yakin betul bahwa Sulawesi Tengah sangat berpeluang untuk menjadi salah satu destinasi wisata unggulan nasional. Karena itu, upaya publikasi dan promosi serta pembenahan infrastruktur sertasisi amenitasnya akan terus digencarkan," ujarnya.

TdCC yang berhadiah total uang tunai Rp 600 juta ini akan dimulai pada Senin (6/11) hingga Rabu (8/11) dengan rute Ampana-Palu sepanjang 486,9 kilometer yang dibagi dalam tiga etape.

Di setiap garis finis, para pebalab yang berjumlah 100 orang dari berbagai negara di dunia, akan menikmati keindahan alam daerah bersangkutan serta dihibur dengan penampilan seni dan budaya serta kuliner daerah. (ant/yps)

Berita terkait