Berkah Pandemi untuk Pedagang Tanaman di Yogyakarta

Pandemi Covid-19 menjadi berkah tersendiri untuk pedagang tanaman hias di kawasan Jl Kebun Raya, Yogyakarta. Omzet mereka melonjak drastis.
Ratusan tanaman hias yang dijual di Studio 4, Jl Kebun Raya, Yogyakarta, Kamis, 22 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta - Ratusan tanaman hijau beragam jenis tertata rapi di satu sisi Jalan Kebun Raya, Yogyakarta, hanya beberapa ratus meter dari kebun binatang Gembira Loka. Rindang pepohonan dan tanaman itu membuat terik matahari siang tidak terlalu menyengat.

Seorang perempuan paruh baya duduk di belakang meja, tepat di belakang ratusan tanaman hias yang dijual di situ. Sementara, beberapa pria muda terlihat sibuk mengatur dan merawat tanaman yang ada.

Perempuan paruh baya itu, Siti Mulyani, 57 tahun, merupakan pemilik Studio 4, nama usaha penjualan tanaman hias itu. Dia memperhatikan para karyawannya. Sesekali jemarinya membetulkan letak masker di wajahnya agar kembali pada posisi semula.

Sejumlah peralatan taman ada di sekitar mejanya, seperti media tanam, tempat pot dari besi, karung pupuk, dan beberapa peralatan lain.

Cerita Tanaman Hias Yogyakarta (2)Pemilik usaha penjualan tanaman hias Studio 4, Siti Mulyani, 57 tahun, menunjukkan jenis tanaman Philodenron yang saat ini sedang tren dan harganya cukup mahal, Kamis, 22 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Siti merupakan pedagang tanaman hias pertama yang menjual di kawasan itu. Dia sudah melakoni bisnisnya selama 25 tahun. Menurutnya, bisnis tanaman hias di Yogyakarta cukup menjanjikan dan prospeknya masih bagus.

“Kalau di Jogja lumayan bagus Mas, terutama tanaman koleksi seperti Aglonema, sekarang yang baru tren lagi yang jenis philo (Philodendron), macem-macem philo lagi melejit.” Jelasnya saat ditemui, Kamis, 22 Oktober 2020.

Pesaing Janda Bolong

Jenis tanaman Philodendron cukup beragam. Salah satunya adalah tanaman hias yang sedang tren saat ini, yakni Janda Bolong. Tapi menurut Siti, saat ini jenis tanaman Philodenron yang sedang banyak dicari adalah jenis Birkin.

Menurutnya, harga tanaman Philodenron jenis Birkin memiliki harga yang cukup mahal. Untuk ukuran kecil dengan jumlah daun antara empat hingga lima lembar dihargai minimal Rp 1 juta.

Sekarang yang lagi in itu Philo Birkin namanya. Itu dari luar, harganya lumayan, kecil aja sejuta lebih. Kalau janda bolong yang hijau nggak begitu mahal sih. Yang mahal kan yang arigata, ada putihnya, itu yang mahal.

Harga tanaman Janda Bolong hijau ukuran kecil disebutnya hanya berkisar Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu.Meski demikian, Siti menjelaskan bahwa harga tanaman tidak bisa ditentukan dengan hanya menyebut jenisnya saja, karena harganya ditentukan oleh banyak faktor. Misalnya bentuk tanaman, jumlah daun, dan beberapa faktor lainnya.

Tanaman Philodendron lain yang harganya lebih mahal adalah jenis Kabel Busi. Untuk Kabel Busi kecil dengan jumlah daun antara empat hingga lima lembar harganya sudah mencapai Rp 1,5 juta lebih. Padahal Philodenron jenis ini menurutnya bukan merupakan tanaman impor.

“Sama Philo yang merah kehitaman, itu juga mahal, ada Red Congo, ada Black Cardinal, itu mahal. Banyak macam sih, tidak bisa disebutkan satu persau, ada puluhan. Tapi sekarang baru mahal harganya,” ucapnya menegaskan.

Mengenai perawatan tanaman-tanaman hias mahal yang sedang tren tersebut, kata Siti, untuk jenis Philodendron sebenarnya merupakan tanaman yang mudah dalam perawatan.

“Kalau kayak Philo ini perawatannya gampang, pengembangannya juga gampang,. Ya sekarang aja istilahe lagi larang goro-goro dihebohke neng medsos (istilahnya sedang mahal gara-gara dihebohkan di medsos,” lanjutnya.

Padahal tanaman jeni s ini dulunya harganya standar, dalam artian bukan termasuk tanaman mahal. Tapi, meskipun sekarang harganya melambung, tetap saja banyak pelanggan yang mencarinya.

“Kalau untuk pedagang ya menguntungkan, dulu kan nggak tren, kita banyak stok, harganya cuma segitu-gitu aja terus tiba-tiba naik kan jadi yo melu seneng sih nek pedagang (jadi ikut senang sih kalau pedagang).”

Cerita Tanaman Hias Yogyakarta (3)Siti Mulyani, 57 tahun, menunjukkan tanaman Sikas yang disebutnya sebagai salah satu tanaman hias mahal sepanjang masa, Kamis, 22 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Melejitnya harga tanaman jenis Philodenron disebutnya memengaruhi harga beli mereka juga. Sebagai pedagang, mereka harus sering mencari informasi tentang perkembangan harga dan tanaman hias. Sebab, kalau tidak menikuti perkembangan, bisa-bisa harga jual mereka tidak bisa untuk membeli tanaman yang sama karena dijual terlalu murah. ”Kalau nggak update, harga jual tidak bisa untuk kulakan meneh (belanja lagi).”

Tanaman Mahal Sepanjang Masa

Selain tanaman hias yang harganya melejit karena viral di medsos, seperti Philodendron, Siti mengatakan, ada tanaman yang harganya selalu stabil sepanjang masa. Salah satunya adalah jenis tanaman Sikas.

“Sikas itu juga stabil dari masa ke masa. Dari dulu sampai sekarang tetap mahal. Itu dari harga Rp 100 ribuan sampai jutaan, tergantung besar dan kecilnya dengan tergantung bentuknya. Biasanya kan ada yang cabang mas, itu mahal.”

Padahal perawatan Sikas dinilainya cukup sulit. Tanaman jenis ini membutuhkan banyak sinaar matahari sekaligus air yang cukup. Jika tanaman ini kekurangan sinar matahari akan mudah terserang hama. Olehnya itu pemilik Sikas harus sering disemprot dengan obat pengusir hama.

“Sikas itu tetap ada yang beli dan orang banyak yang senang. Cuma itu perawatannya kan agak sulit, orang kan nggak mau ribet, kalau yang ribet itu orang njuk wegah nggoleki. Kalau cikas memang agak susah,” kata Siti lagi

Selain tanaman hias berharga mahal sepanjang masa, ada juga tanaman hias yang harganya standar sepanjang masa. Biasanya tanaman itu adalah tanaman-tanaman yang digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan proyek.

“Misalnya melati mini, pucuk merah, dll. Bisanya orang beli banyak. Kebanyakan untuk proyek, termasuk tanaman perdu, harganya stabil, dari harga Rp 3 ribu paling mahal Rp 15 ribu.”

Pandemi Covid-19 kata Siti, sama sekali tidak menurunkan minat penggemar tanaman hias. Bahkan pandemi ini disebutnya sebagai berkah untuk para pedagang tanaman hias, khususnya saat awal pandemi pada Maret hingga April 2020 lalu.

Penjualan tanaman hias kata Siti meningkat cukup drastis, mencapai 50 persen dari hari-hari sebelum pandemi. Dia menduga itu akibat orang mencari kesibukan di rumah selama pandemi.

“Kan banyak sekali orang di rumah, itu malah tanaman jadi larise ra umum (tanaman jadi laris sekali). Kan njuk pengine neng omah duwe kegiatan (kan jadi ingin punya kegiatan di rumah., Kalau punya uang ya beli yang bagus-bagus. Kalau nggak punya uang ya beli yang muah-murah.”

Selain tanaman hias, penjualan bibit sayur mayur juga melonjak drastic pada awal pandemic, mulai dari bibit kangkung, cabai, tomat, dan sebagainya.

Cerita Tanaman Hias Yogyakarta (4)Seorang karyawan Siti Mulyani sedang mengatur tanaman di Jl Kebun Raya, Yogyakarta, Kamis, 22 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Saat ditanya mengenai suka duka menjadi penjual tanaman hias, Siti mengaku lebih banyak sukanya. Terlebih sejak kecil dia memiliki hobi bercocok tanam. Bahkan dulu, sebelum dia berkecimpung di bisnis tanaman hias, halaman rumahnya dipenuhi oleh tanaman.

“Saya lebih banyak sukanya, di samping lihat tanaman itu memberikan rasaa teduh dan nyaman, rasane seneng. Dari hobi akhirnya jadi pebisnis. Ini saya menjual udah 25 tahun lebih. Saya yang pertama menjual di sini, Studio Empat,” kata dia menambahkan.

Tahun-tahun yang paling berkesan untuk Siti selama menjadi pedagang tanaman hias adalah antara tahun 2000 hingga tahun 2010. Saat itu di Yogyakarta sedang banyak proyek yang membutuhkan tanaman hias. “Otomatis penjualan meningkat tajam. Kalau yang paling laris biasanya bulan September sampai Desember.” []

Berita terkait
Pot Lukis Imut, Cantik, dan Unik dari Yogyakarta
Seorang pemuda berusia 30 tahun di Yogyakarta menjual pot lukis berukuran kecil dengan gambar unik. Awalnya dia hanya membantu sang ibu.
Nama 10 Pasukan Keraton Yogyakarta dan Filosofinya
Keraton Yogyakarta memiliki 10 pasukan atau bregodo, dua di antaranya berasal dari Sulawesi. Masing-masing mempunyai makna filosofis tersendiri.
Hangatnya Kopi dan Musik di Sela Cuaca Dingin Ruteng
Alline Cafe Houese menjadi kafe popular di Ruteng, manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan alunan live musiknya pada setiap akhir pekan.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.