Kudus - Momentum perayaan Idul Adha menjadi berkah tersendiri bagi para perajin pisau di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mereka kebanjiran order perlengkapan penyembelihan hewan kurban. Tak hanya dari pembeli lokal, namun juga dari New Zealand .
Perajin pisau bernama Syahri Baedlowi mengaku pandemi Covid-19 tidak menghentikan animo masyarakat Kudus untuk merayakan Idul Adha. Kondisi tersebut terlihat dari tingginya permintaan peralatan penyembelihan hewan yang diterima para perajin pisau.
"Idul Adha tahun ini order peralatan kurban, seperti pisau, parang hingga kapak yang kami terima meningkat hingga 70 persen," ujar pria yang akrab disapa Syahri ini, Rabu, 29 Juli 2020.
Jika di hari biasa order masuk paling sekitar 50 pieces per hari. Jelang Idul Adha, sekitar sebulan sebelumnya, Syahri mengaku bisa mengerjakan sekitar 300 hingga 500 pieces peralatan penyembelihan hewan kurban tiap harinya.
Menurut dia, tingginya permintaan alat penyembelihan hewan tahun ini dikarenakan suksesnya pemasaran lewat dunia maya yang dilakukan pihaknya. Mengingat, di tengah pandemi sebagian masyarakat tidak berani ke pasar dan memilih berbelanja online.
Idul Adha tahun ini order peralatan kurban, seperti pisau, parang hingga kapak yang kami terima meningkat hingga 70 persen.
Bicara soal pangsa pasar, Syahri mengaku pisau asal Dukuh Bareng atau yang biasa disebut pisau Bareng sudah tembus pasar nasional. Permintaan peralatan penyembelihan hewan dari berbagai daerah di Indonesia pernah diterimanya.
Tahun ini, Syahri mengaku menerima order peralatan penyembelihan hewan dari New Zealand. Seperangkat pisau itu dipesan secara khusus oleh tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di News Zealand.
"Dia order set peralatan dapur untuk mencincang daging kurban senilai Rp 2 juta," tutur dia.
Selain memproduksi, Syahri juga melayani jasa pengasahan atau mempertajam alat penyembelihan. Jasa ini juga cukup ramai peminat, lantaran banyak pisau milik tukang jagal yang tumpul karena kena lemak daging atau lama tidak dipakai.
"Biasanya kalau mereka tidak beli, minimal mengasahkan peralatannya ke sini," kata dia.
Baca juga:
- Harga Emas di Aceh Dekati 3 Juta per Mayam
- Hargai Cabai di Mamuju Sulbar Meningkat Drastis
- Harga Cabai di Aceh Tamiang Jelang Meugang Idul Adha
Untuk harga parang yang diproduksinya, Syahri mengaku satu parang ayam buatannya dibanderol seharga Rp 150 ribu, parang kambing Rp 250 ribu dan parang kerbau Rp 350 ribu. Sedangkan harga pisau suvenir, dia mematok harga mulai dari Rp 1.500.
Meski banjir order, dia mengaku tidak mengalami permasalahan yang serius. Pasalnya, aspek sumber daya manusia dan stok bahan baku tersedia dengan baik. Sehingga semua permintaan bisa dipenuhi.
"Pengalaman beberapa tahun lalu, kami sempat kekurangan tenaga untuk produksi. Belajar dari pengalaman itu, kini kami telah menambah jumlah tenaga produksi. Alhamdulillah tahun ini, kami sudah bisa memprediksi jumlah tenaga dan waktu produksi. Sehingga order yang masuk bisa kami penuhi sesuai deadline," tuturnya.
Selain order alat penyembelihan hewan kurban yang melimpah, Syahri juga menyebut permintaan pisau suvenir jelang Idul Adha juga meningkat. Sebab bulan Zulhijah kerap dimanfaatkan masyarakat untuk menggelar pesta pernikahan yang berimbas pada omzet perajin suvenir seperti dirinya. []