Benda Kuno di Lombok Timur Diduga dari Sisa Letusan Gunung Samalas

Benda kuno di Lombok Timur diduga dari sisa letusan Gunung Samalas yang lokasinya satu kawasan dengan Gunung Rinjani.
Kawasan lereng Gunung Rinjani. Babad Lombok menjadi rujukan bagi beberapa peneliti untuk mengetahui sejarah meletusnya Gunung Samalas yang lokasinya satu kawasan dengan Gunung Rinjani. (Foto:Gandi)

Lombok Timur, NTB, (Tagar 1/10/2018) - Sisi lain kesejarahan Desa Sapit, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur masih menarik untuk diungkit kembali setelah ditemukannya benda-benda kuno fase Megalitikum yang juga diduga dari sisa letusan Gunung Samalas.

Asal kata penamaan, Desa Sapit berasal dari wilayah subur makmur, tempat di mana bersatunya tiga kekuatan ideologi kerajaan besar yang pernah mewarnai peradaban Suku Sasak, yaitu Kerajaan Selaparang, Kerajaan Hindu Karangasem Bali, dan pengaruh Boda dari Lombok bagian utara.

"Mengkaji kesejarahan Desa Sapit dari situs yang ada, dua fase yang harus diperhatikan. Pertama, fase prasejarah dan kedua adalah fase sejarah," ungkap Jannatan (32) akrab disapa Jan, Ketua Pemuda Penggerak Desa Wisata di Desa Sapit, Kecamatan Suela, Lombok Timur.

Peradaban masyarakat Desa Sapit pada zaman Megalitikum sudah masuk dalam kategori Neolitikum, karena prasasti peninggalan Neolitikum hingga pada situs perunggu masih ada tersimpan rapi seperti batu jenis menhir, punden, dolmen, manik-manik batu, sarkofagus hingga pada arca perunggu kasar.

Sementara pada fase sejarah, sejak tahun 1960an situs tiga kekuatan besar, yakni Boda, Hindu dan Islam sudah banyak ditemukan. Contoh ditemukannya 4 buah arca, satu di antaranya mirip dengan arca-arca yang terdapat pada Candi Borobudur.

Arca itu diduga kuat sebagai peninggalan abad ke-8. Dua di antaranya terdiri dari arca Dewi Tara dan arca Awalokitaswara. Satunya lagi arca Siwa Mahadewa yang tersimpan di Museum Negeri NTB dan Museum Nasional.

Bukan hanya itu, dari penuturan warga di sana secara turun-temurun bahwa situs bangunan kuno seperti Masjid Kuno Langgar Pusaka yang ada di Desa Sapit dibangun pada abad ke-13. Ada juga 3 buah Alquran tulis tangan, 2 buah materi khutbah yang ditulis dengan bahan daun lontar, 6 buah tombak yang pada masa Wetu Telu dijadikan sebagai tongkat khutbah.

"Sapit adalah tempat pengungsian kerabat Raja Pamatan waktu meletusnya Gunung Samalas, kalau kita lihat dari penggalan dalam Babad Lombok," tutur Jan.

Babad Lombok yang dimaksud Jan menjadi rujukan bagi beberapa peneliti untuk mengetahui sejarah meletusnya Gunung Samalas yang lokasinya satu kawasan dengan Gunung Rinjani.

Baca juga: Warga Lombok Timur yang Temukan Benda Kuno Sudah Akrab dengan Ritual Bebubus Batu

Batu Beraksara KunoBatu beraksara kuno dan gumpalan tanah yang ditemukan warga Desa Sapit. (Foto: Jan)

Berikut penggalan kutipan Babad Lombok.

"Gunung Rinjani Longsor, dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, menghancurkan Desa Pamatan, rumah-rumah rubuh dan hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati.

Tujuh hari lamanya, gempa dahsyat meruyak bumi, terdampar di Lenek, diseret oleh batu gunung yang hanyut, manusia berlari semua, sebahagian lagi naik ke bukit.

Bersembunyi di Jeringo, semua mengungsi sisa kerabat raja, berkumpul mereka di situ, ada yang mengungsi ke Samulia, Borok, Bandar, Pepumba, dan Pasalun, Serowok, Piling, dan Ranggi, Sembalun, Pajang, dan Sapit.

Di Nangan dan Palemoran, batu besar dan gelundungan tanah, duri, dan batu menyan, batu apung dan pasir, batu sedimen granit, dan batu cangku, jatuh di tengah daratan, mereka mengungsi ke Brang Batun.

Ada ke Pundung, Buak Bakang, Tanak Gadang, Bebidas, Kembang Kerang, Pengadangan dan Puka hate-hate lungguh, sebagian ada yang sampai, datang ke Langko, Pejanggik.

Semua mengungsi dengan ratunya, berlindung mereka di situ, di Lombok tempatnya diam, genap tujuh hari gempa itu, lalu membangun desa, di tempatnya masing-masing."

Diketahui dari hasil penelitian beberapa ahli gunung merapi dunia mencatat bahwa Gunung Samalas meletus pada tahun 1257. Salah satu sumber yang dijadikan rujukan penelitiannya dinukil dari Babad Lombok yang ditulis di atas daun lontar.

Letusan Samalas berdampak luas hingga memicu kelaparan dan kematian massal di negara-negara benua Eropa pada 1258, setahun setelah meletusnya Gunung Samalas.

Para peneliti dunia yang juga melibatkan ilmuwan dari Indonesia awalnya melacak letusan Samalas itu dari jejak rempah vulkanik yang terdapat di lapisan es kutub utara.

Letusan Samalas diduga menimbulkan kelaparan hebat warga di negara yang ada di benua Eropa seperti juga dampak yang terjadi ketika Gunung Tambora yang ada di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat meletus pada tahun 1815.

Disebutkannya nama-nama tempat tersebut dalam Babad Lombok memang secara fakta ada di sekitar Desa Sapit dan bisa dibuktikan keberadaannya.

Nukilan Babad Lombok tersebut menguatkan hipotesis sementara, penemuan benda-benda kuno itu berasal dari sisa peradaban Kerajaan Laeq yang ada sebelum Samalas meletus. []

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.