Jakarta - British Medical Journal of Nutrition dalam penelitian terbarunya menemukan bahwa sebanyak lima persen dari pasien Covid-19 ,memiliki masalah kesulitan tidur sehingga rentan terpapar virus tersebut.
Dilansir Huffpost, para peneliti berhipotesis bahwa kurang tidur dan gangguan tidur dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan meningkatkan sitokin dan histamin pro-inflamasi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keparahan penyakit.
Mereka juga menunjuk pada studi yang menghubungkan kelelahan dengan peningkatan risiko pilek dan flu serta kondisi jangka panjang, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, penyakit muskuloskeletal, dan kematian dari semua penyebab.
Studi semacam itu menunjukkan bahwa kelelahan dapat secara langsung atau tidak langsung memprediksi penyakit akibat stres kerja yang merusak sistem kekebalan dan mengubah kadar kortisol.
Gangguan pada siklus tidur-bangun nyatanya dapat memengaruhi metabolisme, kekebalan, dan bahkan kesehatan psikologis. Kurang tidur juga dapat membuat makanan padat kalori, lebih tinggi lemak, gula dan garam, lebih menarik, terutama selama masa stres dan atau pola kerja shift. Sehingga semua ini berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dalam penelitian tersebut, tingkat keparahan infeksi didefinisikan sebagai berikut.
- Sangat ringan, yakni tidak ada atau hampir tidak ada gejala.
- Ringan, demam dengan atau tanpa batuk, tidak memerlukan pengobatan.
- Sedang, demam, gejala pernapasan dan/atau pneumonia.
- Parah, kesulitan bernapas dan saturasi oksigen rendah.
- Kritis, kegagalan pernapasan yang membutuhkan bantuan mekanis dan perawatan intensif. []
Baca JUga: Fadli Zon Ingatkan Pemerintah Tak Mengelabui Data Covid-19