Belajar Menjadi Pemimpin Kepada Nabi Zulkifli AS

Nabi Zulkifli AS adalah putra Nabi Ayyub AS. Perjalanan hidup membawanya menjadi raja yang adil dan bijaksana. Ia mengajarkan membayar zakat.
Ilustrasi - Alam Irak. (Foto: Pixabay/WriaHasan)

Jakarta - Nabi Zulkifli AS merupakan putra dari Nabi Ayyub AS dengan Siti Rahmah. Nama aslinya adalah Basyar yang hidup pada zaman Raja Ilyasa berkuasa. Nabi Zulkifli dikisahkan sebagai nabi yang memiliki sifat sangat gigih, tidak mudah goyah. Selain itu, ia memiliki budi yang luhur dan selalu menepati janji yang dibuatnya. 

Sikapnya yang sangat baik itu membuat Nabi Zulkifli mudah diterima dalam pergaulan di tengah masyarakat. Nabi Zulkifli hidup dipenuhi kesederhanaan dan juga kesabaran dalam menghadapi segala cobaan.

Nabi Zulkifli diangkat sebagai rasul sesudah ayahnya. Dikisahkan, ia diutus Allah kepada suatu kaum bernama Amoria di daerah Damaskus. Kemudian pada 1460-an sebelum Masehi, ia diangkat menjadi rasul. Sehingga, sejak saat itu ia mengajarkan kepada umat untuk bertauhid kepada Allah dan berhenti menyembah berhala. Ia juga mengajarkan kepada manusia untuk membayar zakat dan taat beribadah. 

Suatu saat rumah Nabi Ayyub mengalami keruntuhan hingga menewaskan semua anaknya. Tetapi, satu anaknya bernama Basyar atau Zulkifli berhasil selamat. Sejak kecil, Nabi Zulkifli diajarkan berbagai sifat yang mulia. Oleh karenanya ia sangat terkenal sebagai sosok yang sabar, teguh, gigih dalam segala hal.

Nabi Zulkifli wafat di usianya yang ke 75 tahun. Meskipun ada versi lain yang menyebutkan 95 tahun. Makamnya terletak di Kafel berjarak sekitar 130 km dari Baghdad atau yang sekarang dikenal dengan Irak.

Ada pula pendapat yang menyebutkan makam Nabi Zulkifli berada di Palestina dan juga Suriah. Tepatnya ada di daerah Kifl yang merupakan kota kecil dengan jumlah penduduk yang tidak begitu banyak. Letak kota ini ada di bagian selatan Baghdad tepi sungai Eufrat. Hingga hari ini, kawasan tersebut sangat istimewa tidak hanya bagi umat Islam, namun juga umat Yahudi.

Nabi Zulkifli Diangkat Menjadi Raja

Raja Ilyasa adalah sosok raja yang tidak memiliki keturunan. Hal ini membuatnya gusar akan sosok penggantinya ke depan. Pada suatu saat sang raja mengadakan sebuah sayembara untuk mencari penggantinya kelak mengingat usianya yang sudah semakin tua. Ia berharap takhta kerajaan nantinya dipegang orang yang tepat, terbaik.

Raja Ilyasa merupakan pemimpin yang sangat memperhatikan kesejahteraan dan juga kemakmuran rakyat di negerinya. Tidak heran, semua rakyatnya bisa mencalonkan diri menjadi raja asalkan sesuai syarat yang diajukan. Raja Ilyasa membuat kriteria dan syarat khusus bagi siapa pun rakyatnya yang mampu memenuhi syarat tersebut. Jika setuju dengan syaratnya, akan menggantikannya.

Syarat yang diberikan Raja Ilyasa adalah siapa pun calon penggantinya adalah orang yang sanggup berpuasa siang hari kemudian melakukan ibadah saat malam hari. Kabar mengenai sayembara serta syarat tersebut tersebar ke seluruh penjuru negeri. Akhirnya, segenap rakyat berbondong-bondong menuju istana.

Orang-orang dari kalangan pejabat hingga rakyat jelata berkumpul menjadi satu. Nabi Zulkifli tidak ketinggalan untuk ikut serta. Raja menyapa rakyatnya yang berada di halaman depan istana. Kedatangan raja disambut seluruh rakyat dengan sukacita.

Sesudah raja menyapa dan mengumumkan tentang syarat yang diajukan, tidak ada satu pun rakyatnya yang bersedia mengangkat tangan. Salah satu alasannya adalah karena syarat yang ditawarkan sang raja terbilang sangat berat. 

Setelah diam beberapa saat, akhirnya Nabi Zulkifli yang berada di bagian tengah kerumunan masyarakat mengangkat tangan. Ia pun bersuara dengan sangat lantang di tengah-tengah kerumunan bahwa ia sanggup memenuhi syarat yang diajukan raja.

Orang-orang merasa apa yang diucapkan Nabi Zulkifli main-main karena saat itu usianya terbilang masih sangat muda. Namun, ia berusaha sepenuh hati meyakinkan sang raja. Raja yang awalnya merasa ragu dan khawatir pada akhirnya menjadi percaya dan bersedia menerima Nabi Zulkifli sebagai penggantinya.

Raja hanya menaruh kepercayaan bahwa anak muda bernama Zulkifli tersebut akan mampu membawa sekalian rakyat kepada kesejahteraan dan kemakmuran. Ia pun akan berhasil menjadi seorang raja yang adil dan bijaksana. 

Nabi Zulkifli dan Pemberontakan Kaumnya

Saat menjadi raja, Nabi Zulkifli tidak selalu hidup bahagia dan sejahtera. Bahkan, ia mengalami banyak cobaan dari Allah. Salah satunya adalah cobaan yang berasal dari kaum atau rakyatnya.

Beberapa orang kaumnya mencoba menentang kekuasaan Nabi Zulkifli hingga berniat menghancurkan kerajaan tersebut. Mereka berharap Nabi Zulkifli turun dari jabatannya sebagai raja. 

Akhirnya, Nabi Zulkifli memerintahkan kepada segenap rakyatnya untuk ikut berperang melawan kalangan pemberontak yang berniat jahat. Tetapi, sebagian besar dari rakyat yang dinaunginya enggan mengikuti perintah tersebut. Alasannya karena mereka takut mati saat perang. Bahkan, yang mustahil adalah rakyatnya memberikan syarat agar saat tempur mereka ada jaminan tetap hidup.

Nabi Zulkifli pun memohon pertolongan kepada Allah atas ujian yang menimpa negerinya. Ia berdoa agar segenap kaumnya diberi keselamatan saat melawan para pemberontak. Doa tersebut akhirnya dikabulkan oleh Allah, serta diabadikan sebagai salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Zulkifli.

Pertempuran yang cukup sengit berlangsung beberapa saat dan menghasilkan kemenangan bagi pasukan Nabi Zulkifli yang terdiri dari pasukan rakyat jelata. Yang membuat kagum adalah semua pasukan rakyat Nabi Zulkifli selamat, tidak ada satu pun anggota pasukan yang gugur dalam pertempuran.

Setelah perang tersebut, kondisi kerajaan Nabi Zulkifli merasa sangat tenteram dan bahagia. Terlebih dipimpin seorang yang adil dan bijaksana seperti Nabi Zulkifli.

Nabi Zulkifli dan Kesederhanaannya

Sesudah diterima sebagai calon pengganti raja, Nabi Zulkifli diajak untuk tinggal di istana, menemani sang raja. Malam hari sesudah dinobatkan sebagai penggantinya, raja bahkan bisa tidur dengan sangat tenang dan nyaman. Ia bahagia karena berhasil mendapatkan putra mahkota yang akan bertanggung jawab atas kerajaan dan istananya kelak.

Hidup di istana, Nabi Zulkifli diberi fasilitas yang sangat mewah. Namun, berbagai permata, permadani, ranjang tidur yang sangat nyaman dan lain sebagainya sama sekali tidak membutakan hati Zulkifli. Ia bahkan gigih dan memilih menjadi diri sendiri dan apa adanya seperti yang sebelumnya. Hingga saat ia dinobatkan sebagai raja, Zulkifli diberi pesan agar tetap menjalankan syaratnya menjadi raja.

Akhirnya, raja pun wafat dan menyisakan duka yang sangat mendalam kepada kaumnya. Nabi Zulkifli memilih untuk bersumpah akan menjaga amanat yang diberikan raja kepadanya sampai ia wafat nanti. Semua orang berbondong-bondong mengantarkan sang raja ke peristirahatan terakhir. Tidak lama kemudian, jabatan raja diberikan kepada Nabi Zulkifli.

Sesudah dilantik menjadi raja, rakyat memiliki harapan besar kepada Raja Zulkifli agar ia mampu membawa rakyatnya menuju kepada kemakmuran dan kebahagiaan. Tak lama setelah itu, Nabi Zulkifli membagi jadwal. Di mana ia harus melayani rakyat, berpuasa, dan beribadah kepada Allah. Semua itu ia buat dengan sepenuh jiwa dan raga.

Nabi Zulkifli mengabdi kepada rakyat tanpa kenal waktu sama sekali. Baik itu di pagi hari, siang ataupun malam hari. Semua keperluan yang berhubungan dengan rakyat benar-benar dipenuhi olehnya. Ia pun mampu mengatasi segala urusan dengan adil dan bijaksana. Dengan sikapnya yang demikian, tidak ada gejolak dan konflik baru sama sekali di kalangan rakyat.

Ia adalah raja yang menyamaratakan rakyatnya. Semua dikasihi dengan baik dan sabar. Bahkan, ketakwaannya semakin tinggi kepada Allah sejak diangkat sebagai seorang raja. Karena itulah, ia sangat disegani dan dihormati rakyatnya.

Nabi Zulkifli Digoda Iblis

Pada suatu hari, kebetulan Nabi Zulkifli sedang sibuk mengurusi rakyatnya. Sementara waktunya untuk tidur harus dipakai untuk melakukan ibadah kepada Allah. Hal itu membuatnya merasa amat lelah dan capek. Tepat pada kesempatan tersebut, iblis memberi perintah kepada para pasukannya untuk menggoda Nabi Zulkifli yang sedang kelelahan.

Segerombolan setan yang diperintah iblis untuk mengganggu Nabi Zulkifli tersebut datang ke kerajaan, menyamar sebagai lelaki jelata. Saat datang itu, para setan berpura-pura memohon adanya keadilan hukum kepada sang raja. Saat itu, para pengawal istana sesungguhnya sudah memberitahukan bahwa raja tengah istirahat. Namun, mereka tetap memaksakan untuk menemui raja.

Sesudah mendengar hal itu, Nabi Zulkifli meminta kepada salah seorang rekannya untuk datang ke ruang pengadilan untuk menemui segerombolan setan berwujud manusia. Beberapa saat setelah istirahat sebentar, Nabi Zulkifli datang ke ruang pengadilan. Namun, ketika sudah sampai di ruang pengadilan istana, segerombolan setan tidak ada di sana hingga Nabi Zulkifli menunggui beberapa saat, tapi tak juga tidak datang juga.

Kejadikan serupa terulang esok harinya. Namun, karena merupakan sosok yang gigih dan sabar, sang Nabi Zulkifli yang juga seorang raja sama sekali tidak merasa terpancing amarahnya. Ia benar-benar bisa mengendalikan amarahnya. Melihat hal ini, setan masih saja belum menyerah dan tetap ingin menggoda Nabi Zulkifli pada esok hari.

Kemudian, untuk hari yang ketiga setan berniat langsung mengetuk pintu rumah Nabi Zulkifli pada saat ia sedang istirahat. Akhirnya, mereka mengetuk pintu kamar tempat raja istirahat. Nabi Zulkifli tetap saja sabar dan tidak terpancing amarahnya sama sekali. Akhirnya, segerombolan setan menyerah kemudian membuat pengakuan bahwa mereka dikirim oleh iblis untuk memancing emosinya.

Para iblis itu gagal dalam menggoda, karena Nabi Zulkifli sama sekali tidak marah dan emosi. Itu berarti, Nabi Zulkifli sama sekali tidak mengingkari janji yang telah ia buat. Ia benar-benar berhasil menjadi seorang raja yang adil, bijaksana dan tidak pernah mengingkari janji yang ia buat sendiri. 

Kisah Nabi Zulkifli memang tidak banyak diceritakan di dalam Alquran yang menjadi sumber paling utama bagi umat Islam. Namanya hanya disebutkan di dua ayat saja, pertama ada di surah al-Anbiya: 85 dan kedua ada di surat Shaad: 48. 

Nabi Zulkifli dikenal sebagai seorang raja yang memiliki sifat mulia. Sebagaimana pendapat dari Ibnu Jarir Al-Tabari yang memandang Zulkifli sebagai sosok figur yang baik hati, senantiasa membela kebenaran dan sabar dalam menolong kaumnya, Akan tetapi, bagi al-Tabari Zulkifli bukanlah seorang nabi. Sekalipun banyak mufassir lain yang menganggap bahwa ia adalah nabi.

Karena ia adalah putra dari Nabi Ayyub, maka banyak yang berpandangan bahwa ia mewarisi sifat-sifat yang dimiliki ayahnya. Di antaranya adalah sifat adil, sabar serta memiliki suatu pendirian yang teguh. Sebagaimana yang diungkap di dalam QS. al-Anbiya yang menceritakan bahwa Ismail, Idris, dan juga Zulkifli adalah sosok-sosok yang sabar karena mereka mendapatkan rahmat. []

Baca juga:

Berita terkait
Nabi Syuaib AS, Ahli Pidato dari Kalangan Para Nabi
Nabi Syuaib AS berdakwah dengan argumentasi yang kuat sehingga ia disebut Khathibul Anbiya, ahli pidato dari kalangan para nabi.
Nabi Ayyub AS, Manusia Paling Sabar di Dunia
Nabi Ayyub AS dari kaya dibuat miskin, dari sehat dibuat sakit yang dahsyat, cobaan bertubi-tubi tidak menyurutkan keimanannya. Ia tetap bersujud.
Nabi Ishaq AS, Saudara Seayah dengan Nabi Ismail AS
Allah SWT mengutus Nabi Ishaq untuk menjadi penuntun bagi kaum Kanaan yang berada di Kota Hebron atau yang kerap juga disebut sebagai Al-Khalil.
0
Anak Elon Musk Mau Mengganti Nama
Anak CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, telah mengajukan permintaan untuk mengubah namanya sesuai dengan identitas gender barunya