Begini Loh yang Dimaksud dengan Industri 4.0

Saat itu, revolusi industri pertama hadir dalam konteks steam engine atau mesin uap.
Jadi, siapkah Indonesia menghadapi industri 4.0. (Foto: pixaby)

Jakarta, (Tagar 18/2/2019) - Agenda Debat kedua Pilpres 2019 telah digelar pada Minggu (17/2) malam tadi. Industri 4.0 tiba-tiba menjadi buah bibir, pernyataan Prabowo menjadi sorotan. 

"Kemudian revolusi industri kedua pada saat otomotif membuat Indonesia masih Hindia-Belanda. Nah, revolusi industri ketiga diawali di tahun 90-an itu dengan mulai otomatisasi dan pada waktu itu terjadi globalisasi," kata Airlangga di JCC Senayan, , Rabu (4/4/2018) dikutip .Sebenarnya apa sih industri 4.0 itu? Menteri Perindustrian Airlangga Hartato menjelaskan, sejatinya revolusi industri dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Saat itu, revolusi industri pertama hadir dalam konteks steam engine atau mesin uap.

"Kemudian revolusi industri kedua pada saat otomotif general fort membuat line production Indonesia masih Hindia-Belanda. Nah, revolusi industri ketiga diawali di tahun 90-an itu dengan mulai otomatisasi dan pada waktu itu terjadi globalisasi," kata Airlangga di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (4/4/2018) dikutip detik.

Industri 4.0 disebut juga IoT, manufaktur pintar yang mengawinkan produksi dengan operasi fisik, teknologi digital cerdas, pembelajaran mesin, dan data besar untuk menciptakan hubungan yang lebih baik bagi sebuah perusahaan. Selain itu, ada keterhubungan akses waktu dan wawasan di seluruh proses, mitra, produk, dan orang-orang.

"Revolusi industri 4.0 merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintergrasikan dunia online dengan lini produksi di industri, dimana semua proses berjalan dengan internet sebagai penopang utama," jelas Airlangga.

Perlu diketahui, revolusi teknologi pertama kali terjadi pada 1700-an, menggunakan manufaktur manual dengan tenaga manusia sebagai tenaga kerja, dibantu oleh hewan dan pembangkit listrik. Kemudian disusul dengan diperkenalkan baja dengan penggunaan listrik di pabrik-pabrik.

Selanjutnya, secara perlahan mulai muncul lebih banyak teknologi elektronik. Komputer merambah ke pabrik-pabrik, sehingga produsen mengalami perubahan dari teknik analog ke mekanik. Teknik dan perangkat lunak mulai merajalela.

Globalisasi yang dikhawatirkan adalah lahirnya digitalisasi. Pada rapat APEC tahun 90, disebutkan globalisasi untuk ASEAN akan dimulai di tahun 2020.

Revolusi industri ke 4 dimulai dengan revolusi internet, dimulai pada tahun 90-an. Sebelum tahun itu belum mengetahui bagaimana efek internet. Hari ini, baru seluruh negara di dunia melihat apa efek dari Internet of things.

"Jadi industri 4.0 mengikat kepada industri di Jerman, Bapak Presiden melihat berkali-kali bahwa kita harus punya roadmap ke sana dan pada saat setelah pertemuan G20 di China, Bapak Presiden ke Alibaba dan saat itu kita sering membahas ekonomi digital dan roadmap," ucap Airlangga.Pemanfaatan Internet of things ini pertama kali dilakukan oleh Jerman. Dan negara yang terkenal akan tembok Berlin itu juga yang mengglobalkan istilah industri 4.0.

"Jadi industri 4.0 mengikat kepada industri di Jerman, Bapak Presiden melihat berkali-kali bahwa kita harus punya roadmap ke sana dan pada saat setelah pertemuan G20 di China, Bapak Presiden ke Alibaba dan saat itu kita sering membahas ekonomi digital dan roadmap," ucap Airlangga.

Untuk itu, pemerintah menyusun roadmap industri 4.0 dengan bantuan sejumlah pihak. Dengan adanya roadmap ini, diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri nasional di kancah global, serta dapat menjadikan Indonesia sebagai 10 besar ekonomi dunia di 2030.

Pendapat Ahli Tentang Revolusi Industri 4.0

Ada beberapa pendapat para ahli tentang revolusi industri 4.0 seperti dikutip maxmanroe, yang pertama menurut Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation, yang dirilis McKinsey Global Institute (Desember 2017), pada 2030 sebanyak 400 juta sampai 800 juta orang harus mencari pekerjaan baru, karena digantikan mesin.

Pendapat yang kedua, menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang P.S. Brodjonegoro, mempunyai pendapat yang sama dengan McKinsey & Co. Menurutnya, memasuki revolusi industri 4.0 Indonesia akan kehilangan 50 juta peluang kerja.

Pendapat yang ketiga, menurut menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, sebaliknya. Revolusi industri 4.0 justru memberi kesempatan bagi Indonesia untuk berinovasi. Revolusi yang fokus pada pengembangan ekonomi digital dinilai menguntungkan bagi Indonesia. 

Pengembangan ekonomi digital adalah pasar dan bakat, dan Indonesia memiliki keduanya. Ia tidak sependapat bahwa revolusi industri 4.0 akan mengurangi tenaga kerja, sebaliknya malah meningkatkan efisiensi.

Jadi, siapkah Indonesia menghadapi industri 4.0. []

Berita terkait
0
Sri Lanka Padam Ketika Stok BBM Menipis
Kementerian Energi Sri Lanka memperingatkan cadangan bahan bakar di dalam negeri akan segera habis dalam hitungan hari