TAGAR.id, Jakarta - CEO Starbucks Laxman Narasimhan merespons terkait aksi boikot produk Israel yang turut menyeret Starbucks sebagai salah satu sasarannya.
Laxman mengatakan para pemboikot jaringan kedai kopinya akibat perang Israel di Gaza telah dipengaruhi gambaran keliru di media sosial, tentang hal yang diperjuangkan Starbucks.
Menurutnya, kedai kopi tersebut menjadi sasaran boikot pendukung Palestina usai menggugat serikat pekerja Starbucks pada bulan Oktober lalu, akibat postingan media sosial yang mendukung Palestina.
“Meskipun saya bersyukur atas begitu banyak hal, saya prihatin dengan keadaan dunia yang kita tinggali. Ada konflik di banyak daerah, hal ini mendorong kekerasan pada orang-orang yang tidak bersalah, kebencian dan ucapan serta kebohongan yang dijadikan senjata, yang semuanya kami kutuk,” kata Narasimhan dalam suratnya kepada karyawan, dikutip dari Reuters, Senin (25/12).
“Sikap kami jelas. Kami membela kemanusiaan,” tegasnya.
Narasimhan juga mencatat banyak toko Starbucks yang mengalami vandalisme. Perusahaan telah bekerja sama dengan aparat keamanan setempat untuk memastikan keselamatan para pekerja maupun pelanggannya.
Waralaba kedai kopi global tersebut menjadi salah satu produk yang diboikot para konsumen terutama di negara-negara Arab. Starbucks yang berlokasi di Seattle belum menjelaskan dampaknya terhadap penjualan mereka.
Laporan penjualan kuartal perusahaan berikutnya akan dirilis pada Februari 2024, namun sebelum laporan tersebut dirilis, terdapat tanda-tanda Starbucks mengalami penurunan penjualan.
Dalam laporan awal Desember, Analis JP Morgan John Ivankoe menurunkan perkiraan penjualan Starbucks di AS untuk kuartal pertama, yang terlihat penjualan lebih lambat. Harga saham Starbucks juga terpantau anjlok akibat berita tersebut.
Sementara itu, video yang diposting di media sosial X menunjukkan protes dan kondisi toko yang kosong di London, Australia, Dubai dan tempat lain.
Bersamaan dengan itu, Starbucks juga menebar diskon lebih banyak untuk menarik pelanggan, termasuk minuman dengan setengah harga pada hari Kamis.
Starbucks yang berlokasi di Seattle sebelumnya menggugat serikat pekerja (Workers United) pada bulan Oktober, mewakili ribuan barista dari 360 toko di AS, usai serikat pekerja tersebut mengunggah pesan pro-Palestina di media sosial.
Starbucks pada saat itu mengatakan pihaknya dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian dan kekerasan. Mereka sangat tidak setuju dengan pandangan yang diungkapkan para serikat pekerja tersebut.
Sayangnya, para pengunjuk rasa melihat langkah Starbucks sebagai pro Israel. Pada pertengahan November, perusahaan mengajukan kembali gugatannya.
- Baca Juga: Israel Setuju Gencatan Senjata Diperpanjang
Kali ini, tuntutan tersebut menyampaikan pernyataan pihaknya menghormati hak-hak pekerja untuk memberi pandangan mengenai perang di Timur Tengah dan isu-isu politik lainnya. Gugatan tersebut bertujuan untuk melindungi keselamatan pekerja dan reputasi Starbucks.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Associated Press (AP), seorang mahasiswi di Kent State University di Ohio mengaku sulit untuk mendapat kopi tanpa mampir salah satu Starbucks di kampus.
Namun dia telah bergabung dengan para pemboikot perusahaan tersebut sejak bulan Oktober dan mendukung Palestina. []