Garut - Penemuan bayi dengan kondisi berlumur darah di sebuah pos polisi membuat geger warga Garut, Jawa Barat. Petugas kepolisian kini memburu pasangan yang tega membuang bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut.
Kepala Sub Bagian Humas Polres Garut, Ipda Muslih Hidayat mengatakan, kasus tersebut saat ini ditangani Polsek Leles. Petugas tengah mendalami sekaligus mengumpulkan bukti-bukti dan keterangan sejumlah saksi.
“Tentunya sedang diselidiki. Kasusnya ditangani Polsek Leles, sementara bayi sudah diamankan di P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A),” kata Ipda Muslih dilansir NTMC Polri, Kamis, 29 Oktober 2020.
Diberitakan sebelumnya, warga Tutugan Leles digegerkan dengan penemuan sesosok bayi. Bayi tersebut ditemukan warga di belakang pos gatur polisi yang berada di Jalan Raya Leles-Garut, Kampung Tutugan, Kecamatan Leles pada Rabu, 28 Oktober 2020.
Saat ditemukan, bayi tersebut dalam kondisi hidup terbalut handuk biru. Polisi yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) menemukan adanya ceceran darah di dekat bayi.
“Anggota Polsek kemudian mengevakuasi bayi tersebut ke Puskesmas Leles,” kata Ipda Muslih.
Bayi malang itu saat ini berada di rumah aman P2TP2A Pemda Garut. Hingga saat ini, jajaran Polsek Leles tengah melakukan penyelidikan dan memburu pasangan jahanam yang tega membuang bayi tersebut.
Lihat juga: Penyebab Kasus Buang Bayi Marak di Yogyakarta
Maraknya kasus pembuangan bayi tidak hanya terjadi di Jawa Barat. Dalam catatan Tagar, dalam enam bulan terakhir tercatat ada sembilan kasus serupa yang terjadi di Yogyakarta.
Dari jumlah tersebut lima di antaranya dalam kondisi sehat dan masih hidup. Sementara empat lainnya meninggal dunia. Kasus-kasus itu terjadi di Kabupaten Sleman sebanyak tujuh kali, Kabupaten Kota Yogyakarta satu kali dan Kabupaten Bantul satu kali.
Pakar Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Koentjoro ikut menanggapi fenomena kasus pembuangan bayi di Kota Pelajar ini. katanya, pelaku pembuangan bayi didominasi kalangan mahasiswa.
"Jika pembuangan bayi terjadi di Yogyakarta, itu dapat dianggap sebagai hal yang biasa. Alasannya, banyak faktor yang mendorong anak-anak muda melakukan hubungan seks pra nikah," katanya kepada Tagar melalui sambungan telepon, Kamis, 6 Agustus 2020.
Prof Koentjoro mengaku fenomena seperti ini sangat mengkhawatirkan generasi penerus bangsa khususnya perempuan. Dirinya ingin menekankan pemberdayaan perempuan. Pasalnya dalam kasus seperti ini, tingkat kerugian banyak dialami oleh perempuan.
Perlu ditekankan, hubungan seks pra nikah sangat tidak dianjurkan. Seorang pria akan pandai menggoda wanitanya sampai ia mendapatkan sesuatu yang diinginkan yaitu seks pra nikah.
Jika sudah terjadi, keadaan akan terbalik di mana perempuan akhirnya mengemis kepada laki-laki agar mau menikahi. "Kalau hamil yang nanggung perempuan, perempuannya malu. Karena laki-laki mah enggak hamil," kata Prof Koentjoro.[]