Jakarta - Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Viktor S. Sirait mengingatkan pemerintah soal potensi krisis ekonomi tahun ini. Bara JP merujuk pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal dua dan tiga tahun ini yang diperkirakan negatif akibat pandemi Covid-19.
"Ini namanya krisis ekonomi kalau dua kuartal itu tumbuh negatif," kata Viktor S. Sirait dalam seminar web bertajuk 'UMKM sebagai Pilar Pemulihan Ekonomi Nasional', Jakarta, Rabu, 29 Juli 2020.
Hadir dalam pertemuan virtual ini Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki dan Kepala Kajian Iklim Usaha Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Mohamad D. Revindo.
Di depan 142 peserta seminar, Viktor menyampaikan kekhawatirannya apabila kontraksi ekonomi berlanjut hingga kuartal keempat. Jika itu terjadi, kata dia, persoalan serius bakal berdampak pada kehidupan sosial dan poltik bangsa ini.
Bapak Presiden sudah mengingatkan beberapa kementerian
Berdasar kondisi ini, Bara JP mendukung peringatan Presiden Jokowi terhadap setiap lembaga dan kementerian untuk bekerja optimal. Setiap lembaga dan kementerian strategis, kata Viktor, diharapkan menjalankan fungsinya masing-masing demi percepatan pemulihan ekonomi.
"Bapak Presiden juga sudah mengingatkan beberapa kementerian supaya melakukan tugas-tugasnya dengan optimal," ucapnya.
Baca juga:
Kemarin di Istana Bogor, Presiden Jokowi mengaku belum mengetahui angka pertumbuhan ekonomi riil Indonesia usai dihantam pandemi sejak Maret lalu. Periode sulit ini, kata dia, melanda hampir semua negara.
"Ini melanda hampir semua negara, 215 negara. Yang kecil sulit, yang tengah sulit, dan gede juga sulit," kata Jokowi, Selasa, 28 Juli 2020.
Pertumbuhan ekonomi Prancis tahun ini, kata Jokowi mencotohkan, diperkirakan berada di minus 17,2 dan Inggris di angka minus 15,4. "Minus dan minus," ucap Presiden.
Meski demikian, Jokowi ingin merebut momentum di balik terpuruknya ekonomi semua negara pada masa pandemi Covid-19. Oleh karena itu, ia ingin para pembantunya di pemerintahan bekerja cepat dan berani melakukan terobosan.
"Kita perlu cara kerja baru, kita perlu budaya kerja baru dalam bekerja yang lebih cepat," ujarnya. "Berkali-kali saya sampaikan, bukan negara besar mengalahkan negara kecil. Tetapi yang sekarang dan yang akan datang, negara cepat yang mengalahkan negara lambat."
Kembali pada seminar yang digelar Bara JP, Teten mengatakan, usaha kecil mikro menengah (UMKM) paling terpuruk dalam krisis ekonomi akibat pandemi corona. Situasi ini berbeda ketika krisis ekonomi menghantam pada 1998.
"Ini berbeda dengan krisis 1998 yang saat itu UMKM justru menjadi penyelamat ekonomi nasional," ujarnya.
Pagebluk, kata dia, telah memukul UMKM dari dua sisi: suplai dan permintaan. Sejak Covid-19 mewabah, pelaku UMKM kesulitan melakukan produksi dan mendapatkan konsumen. "Jadi, hari ini betul-betul terganggu," ucap Teten Masduki. []