Banyak Pasangan di India Melilih Pernikahan yang Ramah Lingkungan

Keduanya bersikeras bahwa pernikahan mereka tidak akan berkontribusi lebih jauh terhadap pemanasan global
Pernikahan di India biasanya sangat megah (Foto: dw.com/id - Santarpan Roy/Pacific Press/picture alliance)

TAGAR.id - Pernikahan di India sering kali merupakan acara yang megah. Namun, seiring meningkatnya kesadaran akan lingkungan, banyak pasangan yang kini memilih untuk melakukan perayaan yang lebih sederhana dan ramah lingkungan. Midhat Fatimah melaporkannya untuk DW.

Nupur Agarwal dan Ashwin Malwade berkenalan pada sebuah kegiatan pembersihan pantai di Mumbai, India. Mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 2019.

Keduanya bersikeras bahwa pernikahan mereka tidak akan berkontribusi lebih jauh terhadap pemanasan global. "Kami tahu bahwa kami akan mengadakan pernikahan tanpa sampah karena tidak mungkin kami ingin menghasilkan sampah seperti yang telah kami punguti di pantai," kata Nupur Agarwal kepada DW.

Pasangan ini gagal menemukan perusahaan perencanaan pernikahan yang dapat membantu mengatur hari istimewa mereka dengan cara yang ramah lingkungan, jadi mereka memutuskan untuk melakukannya sendiri.

Para anggota baraat (prosesi pernikahan mempelai pria), diinstruksikan untuk tiba di lokasi pernikahan dengan menggunakan kendaraan listrik. Nupur mengenakan gaun pengantin ibunya, yang telah didaur ulang untuk acara tersebut dan dihiasi dengan tagar seperti #katakantidakpadaplastik dan #krisisiklimitunyata.

Baju pengantin hasil daur ulangBaju pengantin hasil daur ulang lebih ramah lingkungan (Foto: dw.com/id – Greenmyna)

'Nol sampah itu sulit, tetapi mengurangi sampah itu mudah'

Acara kawinan mereka sangat sukses sehingga banyak pasangan yang mulai menghubungi mereka untuk meminta saran tentang bagaimana merencanakan pernikahan tanpa sampah. Mereka memutuskan untuk menjadikan pekerjaan sampingan ini sebagai profesi mereka, dengan mendirikan sebuah perusahaan perencanaan dan konsultasi acara bernama Greenmyna.

Dalam tiga tahun terakhir, mereka mengorganisir tujuh pernikahan dan memberikan saran ramah lingkungan kepada lebih banyak pasangan. Mereka bangga bahwa Greenmyna telah menetralisir lebih dari dua ton karbon dan mengomposkan lebih dari lima ton sampah.

Namun, hal ini hampir tidak berarti apa-apa di negara, di mana industri pernikahan diyakini sebagai sektor ekonomi terbesar keempat, dengan perkiraan 10 juta pernikahan berlangsung setiap tahunnya.

"Pernikahan yang berlangsung selama tiga hari menghasilkan sekitar 700 hingga 800 kilogram sampah basah dan 1.500 kilogram sampah kering. Emisi karbon yang dihasilkan dari pernikahan semacam itu mencapai sekitar 250 ton," kata Ashwin Malwade kepada DW.

Pooja Devani dan Arjuna Thakker, keduanya bukan penduduk India, juga ingin melakukan sesedikit mungkin kerusakan pada planet ini dengan pernikahan mereka di Kota Pune, bagian barat India. Namun, mereka telah mengundang 140 tamu dari Inggris.

"Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menjadi ramah lingkungan ketika kami menerbangkan orang-orang ke India?" kata Pooja Devani.

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk mengimbangi jejak karbon mereka dengan menanam pohon dengan bantuan Greenmyna. "Kami menyadari bahwa sulit untuk mengadakan pernikahan tanpa limbah, tetapi kami dapat dengan mudah mengadakan pernikahan dengan limbah yang rendah."

Mengimbangi emisi karbon

Shanay Jhaveri, yang menikah pada Desember 2022, juga meminta bantuan Greenmyna untuk membantu mengimbangi emisi karbon, dengan memutuskan untuk menanami hutan Miyawaki dengan spesies lokal.

"Saya juga membuat undangan elektronik dan undangan yang saya cetak menggunakan kertas benih, yang kami tabur sebagai bagian dari upacara dengan kerabat dekat," ujarnya.

Arindam Ghosal, seorang manajer proyek di Dubai, juga mencari cara ramah lingkungan untuk merencanakan pernikahan saudara perempuannya pada Januari lalu. Dia menemukan Climes, sebuah perusahaan pembiayaan iklim yang memungkinkan individu dan perusahaan untuk membeli penyeimbangan karbon melalui kredit online dan menggunakan perusahaan tersebut untuk menetralkan 2.250 kilogram karbon dioksida.

"Saya tidak memahami tentang netralisasi karbon hingga tahun 2021," jelas Ghosal. "Setelah pertemuan iklim internasional COP 27, saya menjadi penasaran untuk mengetahui lebih lanjut tentang emisi gas rumah kaca."

"Moto kami adalah mengurangi apa yang Anda bisa dan menetralkan apa yang tidak bisa," ujar pendiri Anirudh Gupta, yang meluncurkan perusahaan ini pada tahun 2021 dan kini telah memiliki lebih dari 20 merek konsumen sebagai mitra.

"Kita perlu menyederhanakan aksi iklim, membuatnya mudah diakses, layak secara ekonomi, dan menyenangkan untuk dilakukan," ujarnya, seraya menjelaskan bahwa untuk membuat aksi terkait iklim menjadi lebih menyenangkan, Climes memberikan kredit kepada para tamu pernikahan dan kode QR untuk memindai dan memilih proyek solusi iklim yang akan didanai.

"Uang tersebut bergerak dalam bentuk kredit Climes. Setiap Clime berharga 395 rupiah dan mengimbangi satu kilogram karbon dari atmosfer," katanya.

Perusahaan ini telah mengimbangi lebih dari 26 ton karbon yang dikeluarkan dari empat upacara pernikahan.

Membagikan makanan berlebih bagi kaum tak punya

Menurut platform online Statista, pernikahan India memiliki jumlah tamu terbesar di dunia, dengan rata-rata sekitar 500 tamu yang hadir. Sebuah studi tahun 2017 oleh Kementerian Urusan Konsumen India di wilayah Delhi menunjukkan bahwa tidak jarang prasmanan pernikahan menyajikan 200 hingga 300 hidangan yang berbeda-beda. Sejumlah LSM mengatakan bahwa sering kali terdapat sisa makanan berlebih yang berpengaruh buruk pada lingkungan.

"Rata-rata, makanan berlebih yang tersisa dari pesta pernikahan dapat memberi makan hingga 100 orang," kata Abdul Wahid, yang menjadi sukarelawan di New Delhi bersama Robin Hood Army, sebuah LSM yang mendistribusikan makanan kepada masyarakat yang kurang beruntung. (ap/hp)/dw.com/id. []

Berita terkait
Seruan Partai Oposisi Utama India untuk Akhiri Kebencian di Kashmir
Aksi unjuk rasa berlangsung di tengah pengamanan ketat untuk mencegah aksi kekerasan dan memastikan unjukrasa itu berakhir damai