Bank Sentral AS Berikan Isyarat Akan Ada Kenaikan Suku Bunga yang Lebih Tinggi

Pimpinan Bank Sentral AS blak-blakan peringatkan pada bulan lalu bahwa upaya The Fed kendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga secara agresif
Pimpinan Bank Sentral AS, Jerome Powell, menyampaikan testimoni dalam pertemuan dengan Komite Keuangan Senat AS di Capitol Hill, Washington, pada 3 Maret 2022. (Foto: voaindonesia.com/Pool via AP/Tom Williams)

TAGAR.id, Washington DC, AS - Pimpinan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Jerome Powell, secara blak-blakan memperingatkan dalam pidatonya pada bulan lalu bahwa upaya The Fed dalam mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga secara agresif akan “menimbulkan rasa sakit.”

Warga AS diperkirakan akan memahami seberapa besar rasa sakit yang diderita pada Rabu, 21 September 2022.

Dalam pertemuan terakhirnya, Bank Sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga jangka pendek utama sebesar tiga per empat point untuk ketiga kalinya secara berturut-turut. Kenaikan lain sebesar itu akan mengangkat suku bunga acuan – yang banyak mempengaruhi pinjaman konsumen dan bisnis – ke kisaran 3 hingga 3,25 persen, yang merupakan level tertinggi dalam 14 tahun.

warga ny belanjaWarga AS berbelanja keperluan sehari-hari di Manhattan, New York, sementara terjadi lonjakan harga barang akibat inflasi yang masih tinggi (Foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters)

Sebagai isyarat kekhawatiran mendalam Bank Sentral akan inflasi yang saat ini terjadi, lembaga tersebut juga berencana menaikkan suku bunga jauh lebih tinggi pada akhir tahun nanti dibanding yang diperkirakan pada tiga bulan lalu; dan juga mempertahankannya lebih tinggi pada periode yang lebih lama.

Para ekonom memperkirakan pejabat-pejabat Bank Sentral akan menaikkan suku bunga utama setinggi 4 persenpada akhir tahun ini. Mereka juga cenderung memberi sinyal kenaikan lainnya pada tahun 2023, yaitu mungkin sekitar 4,5 persen.

Suku bunga jangka pendek pada tingkat itu akan meningkatkan risiko terjadinya resesi tahun depan karena naik tajamnya biaya hipotek, pinjaman mobil dan pinjaman bisnis.

Seorang perempuan berbelanja di manhattanSeorang perempuan berbelanja di toko kelontong di Manhattan, New York City (foto: ilustrasi). Harga barang-barang kebutuhan sehari-hari mengalami lonjakan harga akibat inflasi tinggi. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Bank Sentral menaikkan biaya pinjaman dengan harapan dapat memperlambat pertumbuhan dan mendinginkan pasar kerja, membatasi pertumbuhan upah dan tekanan inflasi lain. Namun di sisi lain Bank Sentral dapat melemahkan ekonomi sehingga mengakibatkan penurunan yang memicu kehilangan pekerjaan.

Sebelum krisis keuangan pada 2008, kondisi ekonomi Amerika Serikat belum pernah mengalami tingkat suku bunga setinggi yang diproyeksikan Bank Sentral.

Situs Bankrate.com mengatakan rata-rata tingkat hipotek minggu lalu mencapai 6 persen atau yang tertinggi dalam 14 tahun. Sementara biaya pinjaman kartu kredit mencapai level tertinggi sejak tahun 1996. (em/jm)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga untuk Redam Inflasi
Indonesia mengalami pemulihan yang stabil akibat pandemi dan diuntungkan oleh permintaan global yang kuat akan sejumlah komoditas
0
Bank Sentral AS Berikan Isyarat Akan Ada Kenaikan Suku Bunga yang Lebih Tinggi
Pimpinan Bank Sentral AS blak-blakan peringatkan pada bulan lalu bahwa upaya The Fed kendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga secara agresif