Banjir dan Longsor Terjang Aceh Selatan

"Jalan menuju Gampong Buloh di Kecamatan Kluet Timur longsor di tiga titik dengan panjang 100 meter," sebut Dadek.
Banjir dan longsor terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh. Selasa (16/10). (Foto: Dokumen BPBA)

Aceh Selatan, (Tagar 16/10/2018) - Akibat hujan deras sejumlah wilayah di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh sejak Senin (15/10) hingga Selasa (16/10) sebanyak 19 kecamatan 63 desa terkena banjir.

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek mengatakan hingga pukul 14.45 WIB tercatat jumlah warga yang terdampak banjir 12.591 jiwa di 19 kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan.

"Akibat hujan yang turun dari pukul 18:00 WIB tadi hingga sekarang menyebabkan terjadi banjir di beberapa Kecamatan wilayah Kabupaten Aceh Selatan," kata Dadek kepada wartawan, Selasa (16/10).

Dadek melaporkan, selain banjir, beberapa wilayah mengalami longsor di antaranya, Gampong Lawe Sawah Kecamatan Kluet Timur terjadi longsoran tebing, Gampong Panjupian Kecamatan Tapaktuan Gunung Longsor setinggi dua meter dengan panjang lebih kurang 100 Meter.

"Jalan menuju Gampong Buloh di Kecamatan Kluet Timur longsor di tiga titik dengan panjang 100 meter dengan material terdiri dari batu batu besar dan tanah dan masih terisolir akibat dari longsor yang terjadi," sebut Dadek.

Kemudian sambung Dadek, longsor juga terjadi di Jalan Gampong Lubuk Layu, Kecamatan Samadua. Longsor di jalan menuju Gampong Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan sepanjang 30 meter dengan ketinggian 2 meter.

"Longsor di Jalan Krueng Batu Menuju Gunong Pulo Kecamatan Klue Utara Sepanjang 200 meter dan Longsor enam titik di Jalan Tanah Munggu Kecamatan Kluet Timur," sebutnya.

Dikatakan Dadek, Gampong Teungoh Kecamatan Trumon Tengah sebanyak 6 KK mengungsi di balai serba guna. Sedangkan Gampong Lhokbengkuang Kecamatan Tapaktuan sebanyak 6 KK dan 17 Jiwa mengungsi ke pos Damkar O1.

"Sejauh ini belum ada korban jiwa, namun ruas Jalan Nasional belum bisa dilalui dan sedang dilakukan pembersihan," pungkasnya.

Waspadai Air Sungai

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat mewaspadai air sungai yang tiba-tiba keruh saat curah hujan meningkat di sejumlah wilayah di Indonesia, karena hal itu salah satu tanda potensi banjir bandang.

"Ada sejumlah tanda-tanda yang bisa menjadi alarm peringatan dini terjadinya banjir bandang, di antaranya pertama, air sungai yang tiba-tiba berwarna keruh atau mengalir bersama lumpur, pasir, dan bahkan disertai ranting-ranting kayu," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa.

Tanda-tanda lainnya yang harus diwaspadai, kata dia, kadang disertai kenaikan muka air sungai sekitar 10-20 centimeter.

Selain itu, kata dia seperti dirilis Antaranews, cuaca di pegunungan atau perbukitan di bagian hulu sungai terlihat mendung atau berawan tebal.

Jika masyarakat, terutama yang tinggal di pinggir sungai, menjumpai tanda-tanda itu, katanya, harus mengantisipasi banjir bandang, antara lain meninggalkan lembah atau bantaran sungai.
Dia juga mengemukakan perlunya inspeksi di hulu sungai untuk melacak adanya endapan-endapan longsor.

Dia menjelaskan, endapan tersebut perlu segera ditangani agar tidak terakumulasi membendung sungai dan akhirnya jebol meluncur ke bawah saat hujan ekstrem.

Sebelumnya, BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadinya banjir bandang di sejumlah wilayah di Indonesia menyusul semakin meningkatnya curah hujan.
Wilayah rawan banjir bandang untuk periode satu minggu ke depan, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. []

Berita terkait