Untuk Indonesia

Bangkitlah Kaum Intelektual!

Dalam perang global masa kini, nuklir bukan lagi menjadi senjata andalan. - Ulasan Denny Siregar
Ribuan alumni sejumlah universitas di Indonesia menghadiri Deklarasi Dukungan untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Kompleks Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Sabtu (12/1/2019). Deklarasi dukungan untuk kemenangan pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf tersebut digagas oleh Gerakan Alumni Universitas Indonesia (UI) dan sejumlah alumni universitas di Indonesia. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)

Oleh: Denny Siregar*

Dalam perang global masa kini, nuklir bukan lagi menjadi senjata andalan.

Para pemegang strategi militer di negara barat sudah paham bahwa senjata nuklir tidak akan mendapat simpati dari seluruh dunia ketika mereka akan menyerang. Tragedi bom atom di Hiroshima Jepang, menjadi pelajaran berharga karena peristiwa itu menjadi jejak hitam.

Sejak perang di Afghanistan, badan intelijen AS sudah menemukan satu resep andalan dalam menguasai wilayah di satu negara, yaitu dengan pembodohan. Pembodohan ini haruslah dikemas dalam bentuk agama, dengan mengirimkan "ustaz-ustaz" hasil didikan jaringan mereka ke banyak negara.

Baca juga: Alumni Kampus Berkumpul Demi Akal Sehat

Pembodohan atas nama agama memunculkan kefanatikan kepada pemuka agamanya. Dan tombol-tombol disiapkan untuk menggulingkan pemimpin negara yang tidak mengikuti keinginan mereka. Resep ampuh ini digunakan untuk menghancurkan Libya, Irak, Afghanistan, Suriah dan Yaman.

Indonesia pun tidak ketinggalan.

Hasil ajaran doktin selama puluhan tahun di majelis-majelis, masjid-masjid dari ustaz lulusan luar negeri, menghasilkan senjata-senjata yang mengerikan. Umat-umat banyak menjadi zombie yang intoleran dan beringas.

Baca juga: Saat Jokowi Mengenakan Jaket 'Kerja Kerja Kerja'

Mereka hanya patuh kepada orang-orang yang mereka sebut ulama, yang sejatinya hanyalah orang bayaran. Mereka digiring untuk membersihkan jejak kriminal sampai melegalkan politik hitam.

Itulah kenapa mereka sedang melawan Jokowi sekarang. Jokowi melakukan pembangunan infrastruktur dari ujung barat ke timur untuk meningkatkan ekonomi sekitar. Jika kelak perut kenyang, dan pendidikan baik, maka sulit radikalisme akan merusak otak manusia.

Jika apa yang diinginkan Jokowi terjadi, maka para pemuka agama yang berkuasa atas umatnya dengan menerapkan pembodohan dan kemiskinan akan kehilangan kuasa. Kata-kata mereka tidak berarti apa-apa lagi, kecuali hal-hal yang baik-baik saja.

Saya awalnya skeptis melihat situasi yang terjadi di Indonesia yang sedang menuju kehancuran.

Tetapi ketika melihat munculnya gerakan turun ke jalan para silent majority yang dipimpin para intelektual, para alumni perguruan tinggi terkenal, saya melihat harapan. Bahwa banyak yang peduli atas nama bangsa ini, yang muak melihat pembodohan terjadi, dan tidak ingin kehilangan akal sehatnya.

Indonesia bergantung pada kaum intelektual, mau dibawa ke mana negeri ini. Apakah mau dibawa menjadi negara maju dan sejahtera, atau mau hancur seperti Suriah?

Bangkitlah kaum intelektual. Selamatkan negeri ini dari kebodohan dan pembodohan. Jalan perjuangan itu panjang dan tidak mudah. Tetapi setidaknya kegelisahan kalian mempunyai suara.

Satu waktu, kita akan seruput secangkir kopi, sambil bercerita tentang perjuangan kita bersama-sama.

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.