Untuk Indonesia

Bahayanya Relawan Asing di Palu

'Tanggal 1 Oktober kemarin, sebuah pesawat asing yang tidak disebutkan dari negara mana menuju Palu....' - Ulasan Denny Siregar
Anak bermain ayunan di penampungan pengungsi lapangan Vatulemo Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (11/10/2018). Berbagai macam jenis permainan disiapkan oleh para relawan untuk memulihkan kejiwaan (trauma healing) anak pascagempa bumi dan tsunami. (Foto: Antara/Basri Marzuki)

Oleh: Denny Siregar*

Tanggal 1 Oktober kemarin, sebuah pesawat asing yang tidak disebutkan dari negara mana menuju Palu....

Mereka dikabarkan membawa peralatan dan perlengkapan untuk pertolongan korban bencana gempa dan tsunami. Pemerintah Indonesia mengetahui pergerakan mereka dan lalu mengusirnya kembali ke negaranya.

Beberapa waktu lalu, sejumlah relawan asing memposting bahwa mereka diusir pemerintah Indonesia. Mereka dikabarkan dari organisasi pilantrophy Gift of the Givers, yang berpusat di Afrika Selatan. Selain itu beberapa relawan asing dari Meksiko dan Australia juga diusir.

Kenapa diusir? Bukankah mereka membawa bantuan untuk korban bencana Palu?

"Mereka tidak berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia dan ke Palu hanya pakai visa turis," kata Sutopo dari BNPB. Pemerintah Indonesia memang menerima bantuan berupa makanan dan obat-obatan dari negara asing. Tetapi tidak untuk para relawan asing, kecuali mereka yang berkoordinasi dengan TNI.

Sebenarnya ini tidak aneh, mengingat kita sudah masuk di tahun politik menuju Pilpres 2019. Relawan asing yang niatnya di permukaan membantu korban bencana alam, bisa jadi "musuh dalam selimut". Karena itulah dalam penanganan relawan asing ini, TNI dan intelijen ikut dilibatkan.

Ingat kisah White Helmets?

White Helmets adalah organisasi "pura-pura" kemanusiaan di Suriah. Mereka masuk ke Suriah dengan bahasa sebagai relawan, tetapi nyatanya mereka adalah senjata perang bagi Amerika dan koalisinya di sana. White Helmets adalah mesin propaganda yang menciptakan kebohongan demi kebohongan dalam bentuk foto dan film untuk menyudutkan pemerintah Suriah.

Salah satu karya populer White Helmets adalah foto bocah di kursi oranye. Bocah yang disebut rumahnya di bom oleh Bashar Assad Presiden Suriah itu terlihat luka parah sehingga menimbulkan simpati dari seluruh dunia sekaligus kutukan pada pemerintah Suriah. 

Belakangan diketahui bahwa White Helmets di Suriah bekerjasama dengan ISIS menciptakan propaganda berita. Dan bocah itu ternyata tidak apa-apa, hanya bagian dari adegan akting untuk penciptaan berita melalui foto dan video saja.

Jadi pemerintah Indonesia memang wajib untuk melarang relawan asing yang tidak mau berkoordinasi dengan pemerintah. Bahaya. Kita tidak tahu apa niat sesungguhnya.

Bisa saja dalam penanganan bencana, mereka mengunggah foto atau video yang dibuat untuk menyudutkan pemerintah dan disebarkan ke seluruh dunia. Dan ini akan menjadi serangan bagi pemerintah Indonesia yang akan dimanfaatkan secara politik oleh para spin doctor atau tukang pelintir yang memang sedang mencari celah.

Tidak selamanya uluran tangan itu betul-betul membantu. Karena terkadang di balik uluran tangan, ada maksud yang lebih besar dari itu. Selama kita masih bisa menyelesaikan masalah sendiri, lebih baik kita selesaikan urusan dalam negeri. Daripada nanti malah jadi masalah lain yang lebih merepotkan kita nanti.

Seruput kopinya dulu....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.