Asner Silalahi, Cawalkot Tunggal di Pilkada Siantar

Nama Asner Silalahi menjadi perbincangan karena berpotensi menjadi calon tunggal di Pilkada Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Asner Silalahi. (Foto: Tagar/Ist)

Pematangsiantar - Nama pasangan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pematangsiantar, Asner Silalahi dan Susanti Dewayani belakangan menjadi perbincangan karena berpotensi menjadi calon tunggal di Pilkada Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Dengan slogan Pasti (Pasangan Asner dan Susanti) keduanya melenggang mulus dalam kontestasi politik dengan dukungan delapan partai yang memiliki 30 kursi di DPRD Kota Pematangsiantar. Lalu siapakah Asner Silalahi. Berikut profilnya yang berhasil dirangkum Tagar.

Masa Kecil Asner Silalahi

Asner merupakan seorang birokrat yang telah malang melintang dalam urusan pembangunan daerah tertinggal atau proyek nasional di beberapa daerah di Tanah Air.

Pria kelahiran Kota Pematangsiantar 59 tahun silam itu tumbuh dan besar dalam keluarga sederhana. Ayahnya merupakan seorang PNS di Dinas Koperasi, sementara sang ibu adalah seorang guru sekolah dasar.

Ditemui Tagar di kediamannya beberapa waktu lalu, Asner menceritakan masa kecil di rumah orang tuanya di Jalan, Sidamanik, Kelurahan Martimbang, Kecamatan Siantar Selatan, Kota Pematangsiantar.

"Kami lima bersaudara. Saya sekolah di SD Negeri 48, SMP Negeri 3, dan SMA Negeri 1 Siantar. Jadi banyak kesan di Siantar. Mulai main alip cendong, patok lele, dan main sepak bola. Itu masa kecil yang tak terlupakan," katanya, Selasa, 4 Agustus 2020.

Asner kecil merupakan pria yang fanatik sepak bola. Sejak kecil dia menggemari olahraga tersebut. Namun saat SMA dirinya mengalami cedera panjang dan memilih meninggalkan kegemarannya itu. Dia pun melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Darma Agung Medan.

Asner Silalahi Bagi KurbanAsner Silalahi dan Susanti Dewayani membangikan daging kurban bersama kader PDI Perjuangan Kota Pematangsiantar. (Foto: Tagar/Ist)

"Jadi orang tua keberatan kalau saya main bola, apalagi kemarin cedera. Waktu itu orang tua suruh memilih mau main bola atau kuliah. Dan akhirnya saya memilih kuliah," ujar Asner.

Pernah Jadi Penulis Lepas

Meninggalkan kampung halaman, Asner muda kemudian melanjutkan kuliah di Kota Medan. Sejak kecil sebenarnya Asner bercita-cita menjadi seorang pengacara. Namun akhirnya dia memilih Fakultas Teknik Sipil karena tertarik pada konstruksi bangunan.

Keterbatasan keuangan keluarga saat itu membuat Asner harus menjadi pria yang mandiri. Sambil kuliah Asner pun menjadi penulis lepas di harian Sinar Indonesia Baru.

Hal itu dia lakoni saat menjadi mahasiswa semester lima. Dari uang hasil menulisnya, kemudian Asner memperoleh tambahan penghasilan memenuhi kebutuhan selama kuliah.

"Karena saat itu tidak hanya saya yang sekolah dan keterbatasan orang tua. Saya mengerti kondisi keluarga. Makanya sambil kuliah sekalian jadi penulis lepas di SIB, bantu-bantu uang kuliah. Dan aktif juga di kegiatan kampus," ujarnya.

"Satu bulan biasa tiga tulisan terbit di SIB, biasa nulis temanya beda-beda. Kadang opini, ada juga puisi. Hitung-hitung bantu uang kuliah, karena banyak yang ditanggung orang tua," ujarnya.

Terlibat dalam Proyek Nasional

Setelah menyelesaikan kuliah, pada umur 26 tahun, Asner telah bekerja sebagai konsultan konstruksi bangunan. Awalnya Asner dipercaya menangani pembangunan irigasi di Kabupaten Simalungun.

Dirinya kemudian melanjutkan karier ke Papua dan terlibat langsung dalam beberapa pembangunan proyek nasional bersama Kementerian PUPR.

Seperti pembangunan Jembatan Holtekamp, Asner menceritakan pengalamannya saat terlibat langsung membangun jembatan kebanggaan masyarakat Papua yang terkenal indah itu.

Holtekamp mendapat dua penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia atau MURI, yakni rekor pengiriman jembatan rangka baja utuh dengan jarak terjauh dan rekor pemasangan jembatan rangka baja utuh terpanjang di Tanah Air.

Kesan manis juga masih dekat dalam ingatannya saat berpacu membangun ruas Jalan Trans Papua, salah satu program ambisius Presiden Jokowi.

Jalan Trans Papua menjadi pekerjaan yang paling mengesankan untuk Asner karena beratnya proses dan medan membangun jalan.

"Saya pertama kerja di Simalungun. Saat itu pembangunan irigasi. Dan kemudian di Papua. Di sana saya ikut serta bersama Kementerian PUPR membangun Jembatan Holtekamp dan pembukaan Jalan Trans Papua menuju Kabupaten Sarmi yang membelah bukit. Itu sangat berkesan bagi saya. Sebelum saya pindah ke Sumatera Utara," tuturnya.

Ingin Membangun Kota Kelahiran

Rasa cinta Asner pada kota kelahirannya memang tak bertepi. Meski tinggal di Papua yang terpaut jauh, Asner selalu menyempatkan kembali ke Pematangsiantar untuk mengenang masa kecil.

Susanti DewayaniSusanti Dewayani saat mengunjungi RS Tentara bersama sejumlah anggota DPRD Kota Pematangsiantar. (Foto: Tagar/Ist)

"Siantar ini sangat nyaman, kota toleran. Makanya walau saya tugas di Papua kalau ada waktu luang saya selalu pulang. Saya selalu rindu duduk di depan rumah ini dan mengenang masa kecil di Siantar. Itu selalu saya rindukan," sebutnya.

Sejak awal Asner mengaku tidak pernah berpikir untuk maju menjadi Wali Kota Pematangsiantar. Niat itu baru terbersit pada 2016, karena merasa terpanggil membangun kota kelahiran.

Dengan tagline membangun infrastruktur yang andal, Asner berkata kemampuan, pengalaman dan jaringan yang dimilikinya ingin dia pergunakan membawa Pematangsiantar pada perubahan yang lebih baik.

"Awalnya tidak ada niat. Sampai saya pulang dan melihat kemajuan Siantar yang stagnan. Kenapa saya bangun kota orang lain sementara kota kelahiran saya tak berjalan baik. Saat itu saya mulai berpikir saya harus bekerja untuk Siantar," tutur ayah tiga anak itu.

"Siantar itu kota transisi, letaknya strategis, sejuk dan nyaman. Namun sekarang banyak bangunan mangkrak, macet, banjir. Ini ada yang keliru dan harus diperbaiki. Kita harus bekerja sama, karena pemimpin tidak dapat tidur jika masyarakatnya dalam masalah," ungkap Asner.

Bantah Borong Parpol Karena Uang

Tak main-main, Asner dan Susanti mendapat dukungan full dari delapan partai yang memiliki 30 kursi di DPRD. Atas hal itu Asner berpeluang menjadi kandidat tunggal di pilkada mendatang.

Asner mengatakan, keberhasilan mendapatkan rekomendasi dari delapan partai bukan karena besarnya finansial yang dimilikinya. Katanya, hal itu murni penilaian objektif partai.

"Tidak benar karena itu. Uang, saya tidak banyak. Tidak mungkin dapat borong semua pakai uang. Saya punya cara pendekatan, serius mengikuti tahapan, punya visi misi membangun Siantar. Partai melihat kandidat dengan objektif tentunya," terangnya.

Idolakan Risma

Ternyata Asner mengidolakan sosok Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai inspirasinya. Asner yang menyelesaikan magister di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya terpukau atas penataan Kota Surabaya yang apik, dan menawan di tangan kader PDI Perjuangan itu.

"Saya terinspirasi dengan Bu Risma. Dia bisa bangun itu Surabaya rapi, tertata, dengan berbagai sarana di ruang publik. Saya ingin Siantar seperti itu juga," ungkapnya.

Hal itu pula yang mendasari dirinya berpasangan dengan Susanti Dewayani. Menurutnya, Susanti melengkapi langkah menyusuri pertarungan politik pada 9 Desember mendatang.

"Makanya saya pilih wakil saya Bu Susanti, seorang perempuan yang memiliki naluri keibuan. Apalagi dia seorang dokter, mudah-mudahan jika diizinkan, kami akan fokus melakukan pencegahan Covid-19 di Siantar," tuturnya.[]

Berita terkait
Etnis Simalungun Kunci Kotak Kosong Menang di Siantar
Hampir bisa dipastikan pasangan Asner Silalahi-Susanti Dewayani akan menjadi pasangan calon tunggal dalam Pilkada Kota Pematangsiantar.
Pilkada Siantar Semua Parpol Mengusung Asner-Susanti
Partai Gerindra dikabarkan sudah menjatuhkan rekomendasi kepada pasangan Asner Silalahi-Susanti Dewayani untuk Pilkada Kota Pematangsiantar.
Bersama Asner Silalahi Pria Pemborong Parpol Siantar
Saya dan Pemimpin Redaksi Tagar.id Fetra Tumanggor meluncur ke rumahnya di Jalan Sidamanik, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.