Asal Muasal Bencana Banjir Melanda Bekasi

Bekasi sudah sejak lama menjadi langganan banjir karena air kiriman dari Sukabumi, Bogor, dan Cianjur. Berikut sejarahnya dituturkan oleh Ali Anwar
Ikon Kota Bekasi. (Foto: Wikipedia)

Jakarta - Sejarawan Bekasi, Ali Anwar menceritakan asal muasal terjadinya banjir yang melanda wilayah Bekasi. Dalam catatannya, Kota Patriot sudah sejak lama menjadi daerah langganan banjir di Pulau Jawa. 

Dia menuturkan, awal mulanya sekitar tahun 1800-an ditemukan sebuah prasasti Tugu peninggalan Kerajaan Tarumanegara di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, yang kini telah disimpan di Museum Jakarta.

Dalam prasasti tersebut, pada abad ke-5 Raja Tarumanegara, Purnawarman meminta Rajadirajaguru untuk menggali sodetan yaitu Kali Candrabaga dan Kali Gomati untuk menangkal banjir yang kerap menggenangi Istana Kerajaan.

"Perintah itu kemudian dijalankan dan sungainya masih ada sampai sekarang," kata Ali Anwar kepada Tagar, Jumat, 3 Januari 2020.

Baca juga: Kapal PLTD Apung, Bukti Sejarah Tsunami Aceh

Dia menjelaskan, mayoritas masyarakat Bekasi kala itu bermukim di sepanjang aliran sungai agar lebih dekat dengan sumber kehidupan, yakni air. Umumnya mereka menghuni dataran yang dianggap lebih tinggi supaya terbebas dari terjangan banjir. 

Namun, setelah banyak perumahan begitu terjadi hujan, air langsung menggelontor ke sungai-sungai dengan membawa lumpur dari selatan sehingga sungai menjadi dangkal.

Menurutnya, sebelum dibangun jalan raya dan rel kereta api oleh pemerintah Hindia Belanda, sekitar tahun 1700-an penduduk Bekasi tempo dulu mengandalkan moda transportasi air dengan menyusuri sungai-sungai menggunakan perahu.

Dengan dibangunnya jalur transportasi darat, hal itu dimanfaatkan betul oleh masyarakat Bekasi. Namun, suatu waktu terjadi banjir kiriman dari selatan Jawa Barat yang meluluhlantakkan fasilitas umum dan permukiman di wilayah yang bertetanggaan dengan ibu kota negara itu.

"(Menuju) abad 20 Bekasi baru terjadi banjir besar tahun 1933. Air yang dari wilayah selatan Bogor, Cianjur, dan Sukabumi itu menghancurkan banyak bangunan rumah. Rel Kereta Api dan jalan raya hancur dan tenggelam," ucap dia.

Sejarawan Bekasi Ali AnwarSejarawan Bekasi Ali Anwar. (Foto: Wikipedia)

Titik terparah terpaan banjir berada di sekitar Tambun, Cibitung, Cikarang, dan Lemahabang. Bertahun-tahun kemudian air semakin sering merendam permukiman di Bekasi. 

Hingga pada tahun 1957, lanjutnya, mulai dibangun Waduk Jatiluhur yang terletak di Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, yang dijadikan sebagai pengatur air. Artinya, air hujan yang turun akan ditampung di waduk tersebut dan dialirkan ke Sungai Citarum.

Di sisi yang bersamaan, pembangunan Waduk Jatiluhur dibarengi juga dengan pembuatan saluran Kalimalang, yang melintasi sungai-sungai alam.

Baca juga: Temuan 9 Situs, BPCB Jatim Gali Sejarah Majapahit

"Alirannya dari Purwakarta ke Walahar di Karawang, dari situ pecah dua. Yang arah barat Karawang-Bekasi, Jakarta hingga Benhil (Bendungan Hilir). Dari Walahar ke arah timur sampai Indramayu hingga Cirebon," tutur penulis buku Revolusi Bekasi itu. 

Anwar menambahkan karena banjir masih tetap menggenangi wilayah Bekasi, maka itu dibangunlah Kanal CBL (Cikarang Bekasi Laut) yang memiliki kedalaman lebih dari sungai-sungai lain untuk mengaliri air ke laut lepas. 

Hal tersebut dia nilai berhasil menanggulangi banjir untuk sementara waktu di Kota Patriot.

"Dibangun CBL, Kanal Cikarang Bekasi Laut, sungai besar yang lebih dalam dari Kali Bekasi karena masih tetap banjir. Dampak positifnya, setiap hujan air langsung masuk CBL. Pada 1984-1990 bebas banjir," tuturnya.

Anwar mengemukakan, karena CBL dianggap telah menjadi solusi banjir di sana, pemerintah setempat malahan menutup banyak rawa-rawa pada 1980-an, yang sejatinya berfungsi sebagai daerah resapan air.

Belakangan, daerah resapan air justru dialihfungsikan menjadi kawasan permukiman. Hal ini yang menyebabkan Bekasi selalu menjadi wilayah langganan banjir.

"Kemudian menjadi perumahan-perumahan. Saat dibangun awal-awal tidak masalah karena masih sedikit, air masih bisa terserap ke kebun-kebun warga. Namun, setelah banyak perumahan begitu terjadi hujan, air langsung menggelontor ke sungai-sungai dengan membawa lumpur dari selatan sehingga sungai menjadi dangkal," kata dia. []

Berita terkait
Foto Pengendara Motor di Bekasi Panik Melihat Banjir
Para pengendara motor menghalau panik, berusaha tenang, mengumpulkan keberanian untuk melinatasi banjir di Jalan Pejuang Raya kawasan Bekasi Barat.
Permukiman Warga di Bekasi Terendam Banjir
Permukiman warga dilanda banjir. Air setinggi 40-50 sentimeter merendam rumah warga yang berada di bantaran sungai.
Foto Pertokoan Bekasi Lumpuh Karena Serangan Banjir
Deretan toko, warung, tempat makan di Jalan Pejuang Raya, Kecamatan Medan Satria, Bekasi Barat, menjadi lumpuh karena serangan banjir.