AS Batalkan Evakuasi Pengungsi Afganistan ke Korsel dan Jepang

Masalah logistik dan geografis jadi kendala evakuasi pengungsi Afganistan ke pangkalan militer AS di Korsel dan Jepang
Pangkalan militer milik Amerika Serikat di Korea Selatan (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Masalah logistik dan geografis jadi kendala evakuasi pengungsi Afganistan ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, seperti yang diungkapkan oleh dua sumber. Tampaknya "AS telah menemukan lokasi penampungan sementara yang lebih baik."

AS memutuskan untuk membatalkan rencana mereka menggunakan pangkalan militer luar negeri terbesarnya di Korea Selatan (Korsel) dan Jepang guna menampung pengungsi Afganistan. Demikian ungkap dua orang sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada kantor berita Reuters.

Salah satu sumber tersebut mengatakan bahwa pejabat AS "tampaknya telah menemukan lokasi penampungan sementara yang lebih baik," kata sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.

Negara itu juga memutuskan untuk menghapus Korsel dan Jepang daftar lokasi penampungan sementara bagi pengungsi Afganistan, antara lain karena masalah logistik dan geografis.

Lebih lanjut, sumber tersebut mengatakan bahwa ketika Amerika Serikat pertama kali melontarkan ide itu, pemerintah Korea Selatan telah meresponsnya secara positif. Departemen Luar Negeri AS tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar terkait pembatalan ini.

Sebelumnya, Korea Selatan bekerja sama dengan Amerika Serikat telah mengevakuasi sekitar 400 warga Afganistan yang selama ini bekerja sama dengan pasukan asal Korsel. Warga Afganistan tersebut telah dibawa ke Seoul, kata sumber tersebut.

Sebagian besar warga Afganistan tersebut antara lain bekerja sebagai tenaga medis, insinyur, dan penerjemah. Mereka telah membantu pasukan Korea Selatan yang ditempatkan di Afganistan antara tahun 2001 dan 2014, atau ambil bagian dalam misi rekonstruksi yang berjalan sejak 2010 hingga 2014.

"Meskipun ada penolakan dari dalam negeri untuk menerima pengungsi, orang-orang ini telah membantu kita dan itu harus dilakukan mengingat keprihatinan kemanusiaan dan kepercayaan dari komunitas internasional," kata salah satu sumber.

Gejolak situasi di KabulGejolak situasi di Kabul dan ribuan orang yang berebut untuk bisa masuk ke bandara menyebabkan rencana untuk membawa para pengungsi Afganistan ke Seoul sulit dilakukan (Foto: dw.com/id)

1. Batas Waktu Kian Dekat, Relokasi Pengungsi Batal ke Korsel

Sebelumnya, rencana untuk membawa para pengungsi Afganistan ini ke Seoul penuh dengan ketidakpastian mengingat gejolak situasi di Kabul dan ribuan orang yang berebut untuk bisa masuk ke bandara. Setelah Taliban mengambil alih ibu kota Afganistan pada 15 Agustus, ribuan warga memutuskan untuk melarikan diri ke luar negeri antara lain lewat jalur udara.

Amerika Serikat dan sekutunya berpicu untuk menyelesaikan proses evakuasi semua orang asing dan warga Afganistan yang dinilai rentan sebelum berakhirnya batas waktu yang disepakati dengan Taliban pada 31 Agustus 2021.

Sementara Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, pada Selasa, 24 Agustus 2021, mengatakan pihak Sekutu Barat tidak akan bisa menerbangkan setiap warga Afganistan yang membutuhkan perlindungan keluar dari Kabul sebelum batas waktu penarikan 31 Agustus.

“Bahkan jika (evakuasi) berlangsung hingga 31 Agustus 2021 atau bahkan beberapa hari lebih lama, itu tidak akan cukup untuk memungkinkan AS atau Jerman untuk menerbangkan mereka yang rencananya akan mereka terbangkan,” ujar Maas kepada televisi Jerman, Bild TV.

Karena itu, Maas mengatakan bahwa sekutu harus memiliki rencana untuk dapat terus mengeluarkan orang-orang dari Afganistan bahkan setelah operasi militer berakhir sesuai jadwal.

Para pemimpin kelompok negara kaya yang tergabung dalam G7 akan mengadakan pembicaraan pada Selasa malam mengenai krisis yang dipicu oleh kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan. Mitra-mitra Eropa juga telah mendesak Washington untuk menunda batas waktu dalam mengakhiri penempatan pasukan mereka di Afganistan.

Jika batas waktu hingga 31 Agustus 2021 tetap dipertahankan, Amerika Serikat "pasti akan membutuhkan dua hari untuk menerbangkan pasukan militer mereka sendiri," kata Maas.

2. Spanyol Klaim Tidak Bisa Evakuasi Semua Orang Afganistan

Masih pada Selasa, 24 Agustus 2021, Menteri Pertahanan Spanyol, Margarita Robles, mengatakan bahwa negaranya tidak akan dapat menyelamatkan semua warga Afganistan yang melayani misi Spanyol di sana karena situasi "dramatis" di lapangan udara.

Robles mengatakan banyaknya pos pemeriksaan dan kekerasan oleh Taliban telah mempersulit orang-orang untuk mencapai bandara Kabul dan mengejar salah satu penerbangan harian oleh pesawat militer Spanyol ke luar negeri.

"Kami akan mengevakuasi sebanyak mungkin orang tetapi ada orang yang akan tetap tinggal karena alasan yang tidak bergantung pada kami, tetapi pada situasi di sana," kata Robles dalam wawancara dengan radio berita Spanyol, Cadena Ser.

"Ini adalah situasi yang sangat membuat semua orang frustrasi karena bahkan (setelah) mereka mencapai Kabul, akses ke bandara sangat rumit," tambah Robles.

Spanyol telah mengevakuasi lebih dari 700 orang dari Afganistan dan kontraktor lokalnya dari Afganistan melalui Dubai sejak Taliban kembali berkuasa. Namun Robles mengatakan masih ada "banyak orang" yang takut akan pembalasan Taliban yang harus segera keluar dari sana.

"Kami akan terus berusaha sampai akhir," kata Robles [ae/hp (Reuters, AFP)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Amerika Tingkatkan Kecepatan Evakuasi dari Kabul
Amerika terus berpacu dengan waktu untuk terus menyelesaikan penarikan pasukan dari Afghanistan dengan batas waktu 31 Agustus 2021
Wapres Harris Sebut AS Tetap Fokus pada Evakuasi di Afghanistan
Wapres Harris tegaskan bahwa negaranya harus mempertahankan fokusnya dalam mengevakuasi warga AS dan warga Afghanistan yang rentan
Amerika Percepat Evakuasi Warga AS dan Afghanistan dari Kabul
Biden mengatakan bahwa tenggat itu mungkin akan mundur dari akhir Agustus 2021 untuk menerbangkan mereka yang ingin keluar dari Afghanistan
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja