Aroma Friksi PKS dan Gerindra Dimulai

Aroma friksi konsep negara khilafah yang diusung para elit PKS dengan para elit Gerindra yang tetap mengutamakan konsep negara nasionalis demokrasi.
Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Rasyid Baswedan (ketiga kiri) bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Sandiaga Salahudin Uno (kedua kanan), Presiden PKS Sohibul Iman (kiri), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kiri), Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan (kanan) berpose sebelum memberikan pidato kemenangan Anies-Sandi di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (5/5). (Foto: Ant/Rivan Awal Lingga)

Jakarta, (Tagar 8/5/2017) - Aroma friksi konsep negara khilafah yang diusung para elit PKS dengan para elit Gerindra yang tetap mengutamakan konsep negara nasionalis demokrasi, mulai terlihat setelah Anies-Sandi memang dalam pilgub DKI Jakarta 2017.

partai yang diketuai Prabowo Subianto ini, Kalangan elit politik PKS mengklaim kemenangan Anies-Sandi merupakan kontribusi terbesar PKS. Sedangkan, para elit politik Gerindra membantah bahwa partai yang diketuai Prabowo Subianto ini, kontribusinya sangat kecil dalam memenangkan Anies-Sandi.

Selama masa kampanye, Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) berduet erat mendukung Anies-Sandi. Berdasarkan dua tujuan politik berbeda diatas itulah, akhirnya ‘kemesraan’ Gerindra dan PKS mulai retak. Keretakan ini akan sangat berpengaruh besar dalam pembuatan berbagai kebijakan ekonomi dan politik di Jakarta yang akan dikeluarkan Anies-Sandi.

Tidak lama lagi, publik Jakarta akan menyaksikan drama politik beraroma Islam dan nasionalis dalam sejumlah regulasi Jakarta. Keberadaan Anies-Sandi pun semakin terlihat sebagai boneka yang mudah diatur oleh elit politik PKS dan Gerindra.

Ada dua kemungkinan besar yang bisa menyebabkan koalisi PKS dan Gerindra pecah yaitu pertama, PKS tetap ngotot agar semua kebijakan yang dikeluarkan Anies-Sandi mengacu pada syariat Islam dengan tujuan akhir membentuk negara khilafah.

Puncaknya akan terjadi dalam suksesi kepemimpinan nasional tahun 2019 mendatang. Kedua, Gerindra menolak keras ambisi PKS untuk menjadikan Indonesia sebagai negara khilafah.

Friksi keras ini bisa membuat kepemimpinan Anies-Sandi tidak akan efektif dan produktif dalam membangun kota Jakarta. Partai Gerindra dan PKS juga dipastikan akan mengalami kesulitan untuk menentukan capres dan cawapresnya dalam suksesi kepemimpinan nasional 2019 mendatang. Kita tunggu saja. (Wawan)

Berita terkait